Nilai-nilai Pancasila
(sumber gambar http://www.bin.go.id/asset/upload/images/garuda_.jpg)
Mempertahankan negara adalah suatu kewajiban; meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah keharusan yang tak bisa diabaikan; serta mencerdaskan kehidupan bangsa adalah kewajiban mutlak. Semuanya merupakan janji kemerdekaan yang tak pernah selesai.
Kemerderkaan Indonesia bukanlah pemberian atah hadiah dari penjajah, melainkan hasil perjuangan panjang bangsa. Kita sama-sama mengetahui hampir 75 tahun telah berjalan ketika batas sejarah dibuat dan diproklamirkan oleh duet Sukarno dan Hatta.
Hari-hari paska kemerdekaan itu, Bangsa Indonesia masih menghadapi rintangan, halangan, dan ragam tantangan. Sejarah telah merekam jejak peristiwa jatuh bangun sebagai bangsa. Sari zaman revolusi, Orde Lama, Orde Baru, dan saat ini Reformasi yang ditandai multi aspek: ekonomi, politik, kepemimpinan, budaya, dan sebagainya.
Sesungguhnya musuh terbesar bangsa kita adalah dari dalam negeri sendiri yang menggerogoti bangsanya sendiri, menikmati dengan serakah kekayaan melimpah yang kita miliki, seperti yang pernah dikatakan dengan lantang oleh Bapak Bangsa, Bung Karno : "Perjuanganku lebih muda karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan jauh lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."
****
Kemajuan suatu negara pada dasarnya terletak pada kualitas sumber daya manusia yang tidak bisa dilepaskan dari nila-nilai tradisionalnya, dengan terus menggali kekayaan lokal dan memanfatkan potensinya.
Lantas, kenapa kita cenderung meninggalkan keluhuran bangsa sendiri, yakni PANCASILA.
Demikan faktanya dalam kehidupan kita sehari-hari, segala lapisan masyarakat banyak telah melupakan lima asas dasar negara kita tersebut, kalaupun ada yang masih mengingatnya, relatif memahami PANCASILA hanya aspek sejarah dan sisi luarnya saja, padahal masih banyak yang dapat digali lebih dalam dari nilai-nilai PANCASILA.
Terdapat juga kekeliruan pola pikir dalam mengimplementasikan PANCASILA. Banyak yang menilai PANCASILA sebagai ideologi bangsa hendaknya disakralkan bahkan dikeramatkan, padahal esensinya ideologi tersebut diaktualisasikan secara terus menerus sebagai ideologi yang berproses.
Hal itu terjadi karena PANCASILA bagi sebagian masyarakat baru sebatas hal yang mempengaruhi pola perasaan (pattern of feeling) dan pola pikir (pattern of thinking), tapi belum sampai kepada perilaku keseharian atau pola perilaku (pattern of action).
Kita mungkin lupa dan tidak menyadari bahwa nilai-nilai dasar tersebut semakin lama semakin terpinggirkan oleh ideologi asing dengan nilai-nilai modern yang terkadang tidak sesuai dengan semangat ke Indonesiaan, sehingga dengan mudahnya melupakan nilai-nilai jati diri bangsanya.
Bahkan lebih gawat lagi, cenderung ada upaya untuk mengganti PANCASILA sebagai ideologi negara oleh kelompok-kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan sempit. Padahal PANCASILA tidak pernah memandang ideologi lain sebagai lawan yang harus disingkirkan, tapi bagaimana mengakomodasikan hal-hal positif supaya bermanfaat bagi bangsa.
Arus globalisasi dimana era informasi dan komunikasi berlangsung sangat terbuka mungkin yang menciptakan fenomena ini. PANCASILA sudah tidak dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan, terutama kebijakan ekonomi yang kerap bersifat liberalisme. Semangat kebebasan liberalisme telah disembah banyak orang yang seolah memberi harapan akan kemajuan dan kemakmuran. Ideologi liberalisme telah berkembang pesat dan cenderung menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan.
Oleh karena itu pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus menjadi pihak paling depan untuk kembali menghidupkan dan mengimplementasikan nilai-nilai PANCASILA. Orang-orang di pemerintahan harus memberikan teladan kepada masyarakat. Terasa naif jika mengharapkan implementasi PANCASILA dalam segala bidang dilakukan oleh masyarakat jika pemerintah sendiri menyimpanginnya.
PANCASILA sebagai ideologi Bangsa Indonesia tidak dapat dimungkiri merupakan landasan untuk seluruh aspek yang ada dalam kehidupan. Sebagai Ideologi bangsa, ia tidak boleh dikeramatkan, tapi justru terbuka untuk diperbincangkan dan diaktualisasikan. Itulah yang disebut ideologi berproses secara inklusif, di mana di dalamnya terkandung nilai spiritualisme, humanisme, kebersamaan, demokrasi, dan keadilan.
Jangan pernah meragukan PANCASILA dengan nilai-nilai universal dimana terkandung nilai spiritualitas, humanisme, kebersamaan, demokrasi, dan keadilan merupakan nilai paling berharga yang kita miliki.
Sekali lagi, mari kita gali dan aktualkan nilai-nilai PANCASILA sesuai dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Bukan untuk siapa-siapa, namun buat kita semua yang bangga terhadap bangsa dan negara sendiri. Negara Indonesia.
Komentar
Posting Komentar