Merayakan Kenangan di Konser Dewa 19

Alangkah cepat waktu berlalu. Dewa 19, grup musik asal Surabaya, yang dibangun Ahmad Dhani, kini sudah 30 tahun berkarya sejak meluncurkan album debut Dewa 19 pada 1992 yang mempopulerkan lagu Kangen.

Perjalanan panjang tiga dekade tentu dilalui dengan pasang surut, tak selalu jalan mulus. Perselisihan dan pergantian personel, side project, terjerat narkoba, kematian, hasrat politik praktis, dan kasus lain, adalah persoalan yang sering menerpa eksistensi sebuah band, tak terkecuali Dewa 19.

Dari formasi awal berdirinya Dewa 19, hanya Ahmad Dani dan gitaris Andra Ramadhan yang masih bertahan, selebihnya terjadi bongkar pasang, personel datang dan pergi.

Dewa 19 bisa dikatakan punya dua babak besar dengan dua vokalis yang punya warna berbeda namun sama-sama berkualitas tinggi. Dewa 19 sama sekali tidak kehilangan jiwa saat berganti vokalis, mungkin karena kuatnya figur leadership Ahmad Dhani.

Dewa 19 era vokalis Ari Lasso (1992-1999), mengisi album pertama Dewa 19 hingga album keempat Pandawa Lima (1997) dan The Best of Dewa pada 1999. Elfonda Mekel atau populer dengan Once menggantikan Ari mulai album kelima berjudul Bintang Lima (2000),-konon album terlaris terjual hampir 2 juta copy. Once cabut pada 2010 setelah menyelesaikan album studio kedelapan bertajuk Kerajaan Cinta.

Dewa 19 era Ari atau Dewa 19 masa Once punya karakteristik dan warna masing-masing yang layak diapresiasi penggemar musik. Saya termasuk Baladewa yang sudah sampai pada titik tak lagi ingin terjebak pada debat kusir siapa vokalis terbaik Dewa 19? Ari atau Once? Dan sekarang Virza atau Ello?

****

Ketika manajemen Dewa 19 merilis bahwa Makassar menjadi kota ke-5 dalam rangkaian Anniversary Tour 30 Years of Dewa 19. Saya tentu saja tak ingin melewatkan momen spesial dari grup band legendaris ini.

Pada Rabu 6 Juli 2022 silam, bersama Vera, istri saya, datang ke Phinisi Hall Grand Claro Hotel, venue konser, dengan membawa ekspektasi tinggi, bernostalgia menghidupkan cerita masa lalu, merayakan kenangan. Saya sudah membayangkan 30 lagu yang dibawakan akan menciptakan klimaks di malam konser yang lama dinanti-nantikan.

Lagu-lagu Dewa-19 mengiringi kehidupan saya dan banyak penggemar musik pada era 1990-an. Hampir semua lagu Dewa 19 sudah tidak asing di telinga pecinta musik Indonesia. Kita mendengar di tape, televisi, walkman, CD player, MP3, ponsel, YouTube, dan berbagai perangkat pemutar musik di mana pun kita ada.

Satu hal membuat saya salut adalah jenis lagu-lagu Dewa 19 itu sangat bervariasi, dari jenis pop, rock, dan juga jazz. Musik Dewa 19 perpaduan aransemen yang sangat berkualitas, dengan lirik puitis dan dalam, serta kaya harmoni improvisasi para personel.

Saya mengira mayoritas penonton konser malam itu sepantaran dengan kami (35 tahun ke atas), namun ternyata banyak juga fans Dewa 19 kalangan ABG, termasuk generasi milenial yang belum berusia 25. Dari sini, saya paham penggemar Dewa 19 merupakan lintas generasi yang masing-masing membawa kenangan pada setiap lagu-lagu Dewa 19 yang tidak pernah terkikis zaman.

Konser Dewa 19 memberikan sensasi luar biasa, sebelum masuk arena, saya berjumpa sejumlah teman sekolah yang sudah lama kehilangan kabar, seolah menciptakan suasana era 1990-an. Serba senang bahagia, kala jalanan tidak semacet sekarang, jajan di kantin masih murah, tidak ada krisis ekonomi, dan tidak ada virus korona.

Sekitar satu jam menunggu, pada pukul 20.00, lighting menyorot panggung megah menyambut hadirnya Ahmad Dhani, Andra Ramadhan, Yuke Sampurna (bassist), Agung Gimbal (drumer), dan duet penyanyi Ello dan Virza, bersiap-siap menghibur Baladewa Makassar yang berjumlah tidak kurang 2.500 penonton.

Duet vokal Ello dan Virza membuka konser dengan tiga lagu yang menghangatkan susana, Selamat Pagi, Kita Tidak Sedang Bercinta, dan Still I am Sure We'll Love Again. Kemudian Dhani pun beraksi dengan lagu Cinta Gila. Penonton pun mulai panas.

Setelah itu Ello dan Virsa secara bergantian mengisi panggung dan ada kalanya diselingi vokal Dhani membawakan puluhan hits mereka, sebut saja Larut, Risalah Hati, Aspirasi Putih, Lagu Cinta, Angin, Roman Picisan, hingga Arjuna Mencari Cinta, berhasil menghibur Baladewa Makassar.

Dhani memang berkarisma, auranya sangat kuat jika di tengah panggung. Malam itu ia tak banyak berkomunikasi pada penonton, ia cukup dengan berdiri, berjalan ke seluruh area panggung, memainkan gitar, mengajak penonton ikut bernyanyi dan berjingkrak, sudah begitu jelas menunjukkan bahwa ialah otak dan jiwa Dewa 19, the one and only.

Hanya dua nomor, yakni Dua Sejoli dan Satu Hati yang tidak keluar malam itu dari playlist saya. Sedangkan deretan hits, Kita Tidak Sedang Bercinta, Cukup Siti Nurbaya, Takkan Ada Cinta yang Lain, Pupus, Kirana, dan Sedang Ingin Bercinta, membuat saya menggapai klimaks konser malam itu.

"Saling bercerita tentang kisah asmara...ouowoo tanpa kita tahu kita bukan pasangan cinta yang kasmaran"/ atau nyanyikanlah "Aku mencintai mu lebih dari yang kau tahu" - Lirik yang sama persis diucapkan Tom Hanks kepada Jane di film Cast Away (2000), I love you more than you know.

Lagu Kangen dan Separuh Napas menutup konser yang berlangsung nyaris tiga jam. Ketika Dhani dan seluruh kru pamit turun panggung, sebagian Baladewa masih tak percaya, bahwa konser meriah dan megah ini harus berakhir.

Namun mereka semua terpuaskan. Rabu malam itu menjadi tak terlupakan, suatu penantian lama yang dibayar tuntas band idola, Dewa 19, salah satu legenda atau ikon terbesar dalam sejarah musik populer Indonesia.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja