Palagan Pep Guardiola di Liga Champions

https://thedailyguardian.com/guardiola-100-ucl-wins/

Joseph "Pep" Guardiola sudah tujuh musim melatih Manchester City. Itu waktu terlama dibandingkan masa empat tahun fantastis di Barcelona (2008-2012), dan tiga musim membesut Bayern Munchen (2013-2016). Jadi Pep sudah 14 musim berkompetisi di tiga liga elite, dan hanya tiga season ia gagal juara, yakni pada musim 2012, 2017, dan 2020.

Pep telah membangun dan mengubah banyak hal di Manchester City. Lima gelar Liga Premier dalam tujuh musim termasuk hetrik pada 2021-2023 adalah pencapaian hebat di kompetisi yang dianggap paling keras persaingannya. Pep sekarang sejajar dengan Kenny Dalglish dan Herbert Chapman, satu di belakang Matt Busby, dua di belakang Bob Paisley, dan, seperti manajer lain, jauh di belakang Alex Ferguson dengan 13 titel bersama Manchester United.

Kesuksesan di City juga diyakini mengubah cara sepak bola dimainkan, dilatih, dan dipahami di Inggris. Hal serupa saat ia menukangi Bayern Munchen yang secara tidak langsung merevolusi sepak bola Jerman.

Tapi masih ada lubang besar dalam karir kepelatihanya di Etihad. Pep belum pernah mengantar City memenangkan Liga Champions, kompetisi paling bergengsi di Eropa, trofi yang paling didambakan Citizens

Babak gugur Liga Champions sudah menjadi taman bermain tim Pep, dan pada saat yang sama, menjadi tempat mimpi terburuk mereka. Seperti bencana dan kutukan menyakitkan. Sudah enam kesempatan bersama City entah mengapa gagal terus. Tiga kali di perempat final, sekali di 16 besar, sekali di semifinal 2022, dan sekali di final 2021.

Bagi Pep itu adalah tantangan tersulit dalam karirnya di Eropa selama 12 tahun ini. Mencapai final, apalagi menjuarai jauh lebih sulit ketimbang dua dekade silam. Baginya babak gugur Liga Champions ibarat meja kasino alias perjudian para mafia. Bisa ditentukan dari satu laga, insiden kecil, keputusan kontroversial wasit, pemilihan pemain, dan hal tak terduga lainnya.

Blunder Pep pada final 2021 dan bencana semifinal melawan Real pada 2022 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Pep untuk menebusnya pada tahun ini. Mengarungi musim 2022/2023 Pep membangun tim yang lebih lengkap, lebih seimbang, dan lebih solid.

Kevin De Bruyne menetapkan standar di lini tengah; Bernardo Silva dan Jack Grealish di sayap tidak dapat diungguli oleh siapa pun. Pertahanan aman dengan benteng tangguh Ruben Diaz, yang di depannya ada duet jangkar Jhon Stones dengan Rodry, formasi baru Pep yang belum ditemukan solusi lawan-lawannya. Striker Erlind Haland yang baru bergabung musim ini benar-benar menjadi senjata menghabisi lawan dengan cepat dan tidak pernah bangkit lagi. Jenis dominasi tim terbaik yang menghancurkan musuh-musuh.

Perjalanan City yang kita sudah saksikan hingga saat ini sungguh fantastis. City Pep memenangkan Liga Premier ke-5 setelah mendominasi rival utama Arsenal, kemudian akhir pekan lalu sekali lagi menundukkan United untuk menyabet FA Cup. Banyak yang bilang City 2023 adalah tim sepak bola Inggris terhebat yang pernah ada, bisa disandingkan dengan United 1999 Ferguson dan tim invincible Arsene Wenger.

Pep menciptakan standar baru sepak bola Eropa dan dunia secara keseluruhan. Apa yang telah dicapai oleh Pep dan pasukannya memang luar biasa. Mereka mendominasi, mendikte, dan menang dengan berkelas tanpa sedikit pun keraguan.

City berada di puncak permainan, konsisten dengan performa eksplosif, dengan tidak hanya mengalahkan tetapi juga memusnahkan juara Eropa 14 kali, raksasa Real Madrid, sebelumnya membantai Banyern Munchen untuk mencapai final Liga Champions.

Tim Pep Guardiola dapat menyelesaikan treble Liga Premier, Piala FA, dan Liga Champions, menyamai United Ferguson 1999, dengan mengalahkan Inter Milan pada hari Sabtu ini di Istanbul, ketika City bisa menjadi juara Eropa untuk pertama kalinya, sekaligus mendapat pengakuan yang lebih besar sebagai salah satu tim terbaik Eropa sepanjang sejarah.

Sepertinya Pep sudah menyatukan semua elemen untuk menjadi kampiun Liga Champions 2023. Waktunya telah tiba untuk "menghapus penderitaan Pep" di Eropa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja