Slam Pertama Jannik Sinner dan Era Baru Tenis

https://www.skysports.com/tennis/news/12110/13058399/australian-open-jannik-sinner-clinches-first-grand-slam-title-with-epic-five-set-comeback-win-over-daniil-medvedev-report

Pada Minggu sore hingga malam kemarin 28 Januari 2024, saya menyaksikan streaming final tunggal putra Grand Slam Australia Open. Dari pre show hingga trophy ceremony selama hampir 5 jam.

Lagu fireworks Moulin Rouge membuka acara di Rod Laver Arena Meulborne Park yang cerah. Mantan petenis Jim Courier dan aktris Ana de Armas kemudian mempersembahkan koper merk Louis Vitton yang berisi trofi Norman Brookes, lambang juara tunggal putra Australia Terbuka. Disusul National anthem Australia Advance Australia Fair yang dinyanyikam Jay Laga'aia. Menciptakan atmosfer luar biasa yang juga dihadiri langsung Rod Laver, living legend.

Dari locker room, kedua finalis disorot berjalan menuju lapangan. Jannik Sinner di depan dan Danii Medvedev di belakangnya. Pertandingan yang dinanti-nantikan akan segera berlangsung. Laga yang bisa jadi mengawali persaingan baru tunggal putra. Ya ini final pertama sejak Australia Open 2005 tanpa Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic.

Sinner adalah petenis Italia uggulan ke-4 di turnamen ini melaju ke final dengan sangat meyakinkan. Tanpa pernah kehilangan satu set hingga semifinal. Sinner lah yang mengandaskan dominasi Novak Djokovic, yang telah menang 10 kali di Melbourne dari 24 titel Slam. Terbanyak dari semua petenis sepanjang masa. 

Ini final akbar pertama Sinner, ia menantang petenis Rusia Medvedev unggulan ke-3, yang sudah empat kali maju ke final Slam dengan sekali juara pada US Open 2021. Medvedev menyingkirkan Alexander Zverev di semifinal epik dengan lima set, begitu juga saat mengatasi Huber Hurkacks di delapan besar.

Saya sendiri mengunggulkan Jannik sejak membuat Nole tak beruktik pada laga semifinal Jumat lalu. Namun set pertama dimenanangkan Medeved 6-3 lewat permainan solid dalam waktu 36 menit. Jannik sedikit gugup menghadapi atmosfer final. Pukulan-pukulannya tidak semantap di semifinal, ia kesulitan menemukan ritme terbaiknya.

Begitu juga di set-2, Jannik belum bisa melepaskan tekanan, ia kembali takluk 3-6 dalam 49 menit, relatif mudah, meskipun sempat mematahkan servis Medvedev pada game-8. 

Kalah dua set di laga final pertamanya membuat publik menilai Jannik antiklimaks. Ia benar-beanr tak berkembang dan tak bisa mencari cara untuk menghadapi Medvedev yang sangat tenang.

Dalam sisa waktu yang kritis untung saja Jannik belum telat, ia perlahan bangkit di set-3. Rasa gugupnya telah hilang dan mulai bermain lepas. Saling mempertahankan servis hingga game-9, Jannik dengan ketangguhan dan keberanian luar biasa berhasil mematahkan servic keras Medvedev di game-10, sekaligus merebut set-3, 6-4. Laga belum selesai.

Pertandingan berlanjut di set-4, Jannik masuk lapangan dengan sangat percaya diri, sedangkan Medvedev sengaja telat dengan tujuan mengacaukan fokus dan momentum Jannik. Serupa dengan set-3, Jannik menang skor 6-4, kembali mematahkan service Medvedev pada game-10 dengan durasi 45 menit.

Final harus ditentukan pada set-5. Jannik sudah di atas angin, namun tak bisa meremehkan ketangguhan Medvedev. Mereka mempertahankan servis hingga game-5 dengan permaina relly yang menguji kesabaran dan keteguhan. Jannik sukses mematahkan servis Medvedev pada game-6, yang membuatnya unggul 4-2. Momen ini juga sudah terlihat jelas fisik Medvedev merosot dengan akurasi pukulan yang buruk. Keunggulan ini dijaga dengan baik oleh Jannik yang menutup set-5 dengan skor 6-4, pada match point pertamanya. Ia menang 3-6, 3-6, 6-4, 6-4, 6-3 selama 3 jam 44 menit. 

Setelah pukulan forehand lurusnya tak terjangkau Medvedev, ia menjatuhkan tubuhnya tergeletak merayakan kemenangan Slam pertama dalam karirnya. Momen yang sangat dashyat bagi dirnya, bagi Italia, dan bagi dunia tenis. Jannik menjadi orang Italia pertama sejak Adriano Panatta memenangkan Slam di Roland-Garros pada 1976.

Jannik telah membuktikan semangat dan kerja kerasnya berbuah hasil manis. Banyak yang prediksi kemenangan Jannik yang baru berusia 22 di Australia akan mengubah konstelasi persaingan tenis setelah dua dekade terakhir kita telah menikmati era kejayaan spektakuler pada Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic. Kita penasaran siapa yang akan menggantikan mereka?

Inilah yang kita tunggu-tunggu, lahirnya era baru tenis pada generasi petenis milenial, pada Jannik, Carlos Alcaraz, Holger Rune, Taylor Fritz, Francesco Tiafoe, dan petenis lain.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja