Coco Gauff Mengukir Namanya di Roland Garros
Saya sering melewatkan pertandingan tenis putri entah alasan apa. Malam tadi pada 7 Juni 2025, setelah sekian lama saya kembali menyaksikan pertandingan tenis tunggal putri dari awal hingga selesai.
Final Roland Garros antara petenis Belarusia Aryna Sabalenka melawan Coco Gauf dari Amerika Serikat. Petenis nomor 1 dan nomor 2 dunia saat ini. Sabalenka telah tiga kali menang Grand Slam dan ini final pertamanya di Paris, sedangkan Gauff mengincar Grand Slam keduanya setelah menang di AS Terbuka 2023. Intinya akan ada juara baru di Perancis Terbuka dari dua petenis terbaik di turnamen. Sabalenka sedikit difavoritkan tapi Gauff punya kekuatan sendiri, ia menang atas Sabalenka di AS saat memenangkan Grand Slam pertamanya.
Final dimulai dengan upacara dengan pertunjukan tari yang diiringi pemain biola Busby Berkeley. Eric Cantona ada di antara kerumunan, begitu pula Andre Agassi, dan Thomas Bach mantan Presiden IOC. Atap lapangan Philippe Catrier dibiarkan terbuka dan dikabarkan angin bertiup kencang, bisakah itu berpengaruh besar? Sulit menebak tapi kita akan disuguhi pertandingan berkualitas yang hebat di sini.
Pada set pertama berlangsung sengit, walaupun Sabalenka sempat melaju 4-1 setelah dua kali melakuakn break pada game-3 dan game-5. Gauff perlahan menemukan celah dan menyusul 4-4 dengan membalas break pada game-6 dan game-8. Sabalenka unggul lagi 5-4, tapi servisnya dipatahkan Gauff pada game-10, game paling lama 14 menit karena terjadi empat kali jus. Setelah keduanya melakukan break sehingga terjadi tiebreak.
Gauff di atas angin saat unggul 3-0, 4-1, 4-2, kemudian disusul 4-5, dan pukulan voli depan net Sabalenka menutup set pertama 7-6 dalam waktu 77 menit. Set yang epik dan menegangkan.
Saya mengira mental Gauff akan melemah karena gagal mengamankan peluang memenangkan set pertama. Ternyata tak sedikit pun wajah Gauff menampakkan kearaguan, wajahnya tetap tenang menjalani laga sulit ini.
Tanpa kesulitan Gauff melesat 3-1 dan 5-2, kemudian mengakhiri set kedua dengan servis love game. skor 6-2 hanya dalam 32 menit saja. Kita kini menantikan set penentuan.
Gauff memulainya dengan baik dan memimpin 3-1. Sabalenka kemudian membalas, 3-3. Tekanan kembali pada Gauff, yang merespon itu dengan baik, unggul lagi 4-3, dan 5-3. Namun Sabalenka mengejar 5-4, untuk servis yang akan menentukan pemenang pada game-10.
Benar saja Gauff melakukan tugasnya, ia memenangkan Perancis Terbuka 2025 setelah pukulan backhand silang Sabalenka melebar di depan matanya. Ia pun menjatuhkan dirinya di tanah liat Roland Garos untuk merayakan kemenangan bersejarah ini. Grand Slam keduanya pada usia 21 tahun. Sebaliknya bagi Sabalenka, ini seperti kematian mendadak kalah dengan cara seperti ini.
Kedua pemain berpelukan dengan sportif, momen yang luar biasa untuk disaksikan. Mereka memainkan final klasik yang berakhir dengan drama berkelas.
Kemenangan dari perjuangan dan keberanian Gauff bertahan dari serangan-serangan Sabalenka. Gauff tidak pernah kehilangan arah meskipun kalah di set pertama, dan dia juga tetap tenang. Ia sangat bertekad.
Justru Sabalenka yang berusia 27 sering kehilangan kendala atas emosinya, dia seperti tidak percaya saat sudah mengerahkan segalanya tapi Gauf tidak pernah menyerah sepanjang sore itu. Sambil menunggu upacara, Sabalenka duduk merenungkan kekalahannya, matanya basah. Di podium Sabalenka menangis lagi di dekat Justin Henin Hardene, mantan petenis nomor 1 dunia, yang mendapat kehormatan untuk mempersembahkan trofi juara.
“Ini semua sangat menyakitkan, bermain buruk dalam kondisi seperti ini. Coco, kamu jauh lebih baik dariku, kamu seorang petarung. Untuk Henin, kamu adalah inspirasi bagiku. Terima kasih kepada timku, saya minta maaf atas final yang buruk ini, seperti biasa saya akan kembali lebih kuat”, ujar Sabalenka yang menyentuh.
Setelah drama Sabalenka, tentu saja Coco Gauff muncul sebagai juara, ia menerima dan mendapat banyak waktu untuk mengangkat trofi Coupe Suzanne Lenglen, lambang juara tunggal putri, kemudian lagu kebangsaan Amerika Serikat dinyanyikan.
Di Paris kita tidak hanya mendapatkan pemenang baru, tapi juara sejati yang karirnya masih panjang. Congrats, Coco Gauff.
Komentar
Posting Komentar