Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Lima Film Rekomendasi

Gambar
Sebagai penikmat film, kita mungkin sudah lupa berapa jumlah pasti film yang telah kita nonton. Namun saya yakin, kita pasti masih bisa ingat film-film apa saja yang berkesan dan paling membekas di hati. Bahkan film-film itu dapat memberi inspirasi kita dalam menjalani kehidupan kita masing-masing. Secara subyektif, saya pun sudah memiliki daftarnya. Sebenarnya cukup banyak film yang berkesan, tapi karena keterbatasan tempat di wall ini, Lima film saya kira cukup mewakilkan. Sedepat mungkin saya mengindari kesan spoiler dalam catatan ini. Daftarnya sebagai berikut: 1.The Green Mile. Dirilis pada1999 adaptasi serial novel pada 1996 karangan Stephen King berjudul sama. Diangkat ke layar lebar secara jenius oleh Director Frank Darabon. Film bersetting saat musim panas tahun 1935, di Blok E, Lembaga Pemasyarakatan Louisiana, Amerika Serikat. Blok yang ditempati Napi menunggu ajal di kursi listrik. Satu alasan kuat saya menggemari film ini adalah karena temanya sangat laki

Membenahi Program Televisi Kita

Gambar
(dok.pri) “Saya saat berkeluarga nanti dan jika siaran televisi kita belum juga berubah atau lebih buruk, lebih baik saya membawa keluarga dan anak-anak saya pulang kampung dan tinggal di pedalaman dimana tidak tercemar dengan siaran-siaran ‘sampah’ yang ada di televisi Indonesia. Benar saya sudah muak.” Kalimat di atas merupakan kutipan seseorang yang terdapat dalam Buku Kick Andy . Mungkin apa yang dirasakan orang tersebut juga dialami oleh beberapa masyarakat Indonesia. Mungkin juga sebagian orang menilai pernyataan tersebut terlampau ekstrem dan berlebihan. Jika kita berpikir secara rasional, pernyataan tersebut masih bisa diterima. Memang benar, tontonan yang ditampilkan oleh stasiun-stasiun TV merupakan acara murahan, tidak ada unsur mendidik, dan hanya mengajarkan manusia untuk bermimpi tanpa harus bekerja keras. Bahkan lebih parah lagi beberapa tayangan TV telah melakukan pembohongan publik secara nyata. Hampir semua stasiun TV bergerak ke satu arah menjadi me

Forza Inter Milan

Gambar
(dok. pri) Begitulah sepak bola. Sepak bola mengajari kita untuk mengalami kenyataan nasib. Entah itu kesuksesan atau pun kegagalan. Suatu tim boleh saja mengira, mereka tidak bakal kalah.Tapi tiba-tiba datanglah peristiwa yang mencampakkan mereka ke dalam jurang kekalahan hanya dalam beberapa saat saja. Tentang kekejaman nasib sepak bola, ingatlah peristiwa yang terjadi pada final Liga Champions 1999, ketika Bayern Munchen dikalahkan Manchester United hanya dalam waktu 112 detik saja.  Tidak berhenti di situ, fase quarter final LC 2007, Bayern juga harus menerima kenyataan pahit dikalahkan secara tragis oleh AC Milan di markas mereka sendiri, Allianz Arena. Dan beberapa saat yang lalu, Bayern Munchen harus kembali menerima kekejaman nasib. Saat mereka sangat yakin dapat meraih kemenangan untuk memastikan tempat delapan besar turnamen antar klub paling kompetitif di Eropa, hukuman datang, lagi-lagi tim dari kota Milano lainnya, si biru-hitam, Internazionale.

Kontroversi Marzuki Ali

Sebenarnya sejak lama saya termasuk orang yang cuek-cuek saja dengan omongan para politisi di media. Mereka adalah wakil rakyat atau pejabat publik yang memang senantiasa dimintai komentarnya tentang berbagai permasalahan yang berkembang di masyarakat. Dan biasanya komentar mereka seragam, klise. Namun entah kenapa saya selalu merasa sewot dan jengkel dengan segala komentar-komentar kontroversial yang diucapkan politisi dari partai Demokrat, Marzuki Ali. Marzuki memang baru kali ini menjadi anggota DPR, dan langsung menjadi Ketua. Jangan bandingkan dengan ketua DPR sebelumnya Agung Laksono, apalagi dengan Akbar Tanjung. Dia tidak memiliki mental kepemimpinan yang kuat mengingat pengalaman politik dan organisasinya yang memang tak mumpuni dan kurang terasah. Belum dua tahun menjabat di Senayan, paling tidak beberapa pernyataan dia yang membuat masyarakat geram, menunjukkan kedangkalan berpikir dan sikapnya. Tidak mencerminkan seorang pejabat yang berpihak kepada rakyat yang telah m