Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Olimpiade Masa Depan

Gambar
Pada 7 September 2013, bertempat di gedung opera Teatro Colon, Buenos Aires, Argentina, Presiden International Olympic Committee (IOC) saat itu, Jacque Rogge, mengumumkan secara resmi tuan rumah Olimpiade ke-32 pada tahun 2020 dipercayakan pada Tokyo. Ibukota Jepang tersebut menyisihkan dua kandidat kuat: Istanbul (Turki) dan Madrid (Spanyol). Selama nyaris tujuh tahun, Jepang bekerja keras dan sangat serius menyiapkan dengan sangat baik semua unsur yang akan membuat Olimpiade 2020 akan terselenggara sebagai ajang olahraga terbesar, menjadi pengalaman luar biasa bagi atlet dan pendukung. Ada hubungan menarik antara Indonesia dengan Jepang. Dua kali terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade, Jepang selalu 'terkait' saat Indonesia menyelenggarakan ajang Asian Games.  Sebelum Olimpiade Tokyo 1964, Indonesia menghelat Asian Games 1962. Lima puluh enam tahun kemudian "paket" tersebut terulang. Kini Jepang menyiapkan Olimpiade 2020 (1), di mana tiga tahun sebelumnya Indonesia m

Final Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley

Gambar
Mungkin klise untuk ditulis, sejak melihat drawing babak gugur Piala Eropa 2020, saya berharap Inggris dan Italia bisa berjumpa di pertandingan final. Sejak mulai merasakan "demam bola" pada Piala Dunia 1994 dan Piala Eropa 1996, Italia dan Inggris merupakan jagoan saya setiap turnamen besar. Sederhana, karena saya tumbuh menjadi penggemar sepak bola dari siaran Liga Italia dan Liga Inggris sejak awal era 1990-an. Tekun menonton setiap akhir pekan Seri A dan Premiership mendoktrin saya seperti ungkapan "tak kenal maka tak sayang". **** Hari istimewa, dunia sepak bola menantikan dengan penuh semangat untuk menyaksikan final Piala Eropa 2020 atau edisi ke-16 yang bertepatan dengan perayaan 60 tahun UEFA, otoritas sepak bola Eropa menggelar turnamen paling prestisius, pertama kali dilaksanakan pada 1960. Italia atau Inggris akan mendapatkan "kehormatan" ketika salah satu finalis memenangkan gelar Euro 2020 di Stadion Wembley, London pada hari Minggu, 11 Juli

Mitos Adu Pinalti Piala Eropa

Gambar
Awal-awal suka sepak bola, saya senang jika pertandingan sepak bola harus diselesaikan melalui adu pinalti. Seru, menegangkan, dan jantung rasanya mau copot. Barangkali semifinal Piala Eropa 1992, antara Belanda versus Denmark, merupakan pertama kali saya merasakan tegangnya proses adu pinalti di pertandingan yang sangat penting. Ketika itu Belanda sangat diunggulkan, ternyata ditahan imbang 2-2 oleh tim "dinamit" Denmark, sehingga harus ditentukan adu penalti. Striker utama Belanda, sekaligus pesepakbola terbaik dunia, Marco van Basten, harus menjadi pesakitan. Tendangan 'angsa putih" diblok oleh kiper Denmark, Peter Schmeichel. Denmark ke final dan menjadi Juara Eropa setelah mengalahkan Jerman. Momen ini yang meyakinkan saya Peter Schmeichel merupakan kiper terbaik dunia. Apalagi setelah melihat peran Schemeichel dari bagian dominasi Manchester United di Liga Inggris setelah musim 1993. Biarpun kiper-kiper sebelum dan sesudah era Schmeichel juga dianggap terhebat,

Era Kejayaan Inggris

Gambar
Inggris kembali bertanding di Stadion Wembley, “Katedral sepak bola”, untuk menghadapi Denmark di semifinal Piala Eropa 2020. Membahas kekuatan faktual dari sisi teknis tentu sudah banyak dibedah karena bisa diukur dari beberapa pertandingan yang telah dijalani. Barangkali lebih menarik perhatian saya adalah sejarah sepak bola, dan juga persepsi tentang tim Inggris. Negara yang didukung banyak hal, sejarah panjang, kumpulan pemain kelas dunia, pelatih hebat, dan sebagainya. **** Sesuatu yang istimewa sedang terjadi pada tim Inggris. Saat ini "Three Lions" penuh dengan karakter hebat, pemain bagus, dan pemimpin berpengalaman. Manajer Gareth Southgate menghadirkan gairah dan suasana baru. Tim yang terorganisasi dengan baik dan menunjukkan semangat bertarung, dan punya ambisi juara yang sangat luar biasa. Southgate adalah pelatih hebat, tidak hanya urusan dalam meracik teknik, namun juga bagaimana cara pendekatan terhadap para pemainnya. Menanamkan fokus, kerja keras, konsiste

Dua Semifinal Klasik Piala Eropa

Gambar
Segera kita akan menyaksikan pertandingan semifinal Piala Eropa 2020. Sembari menunggu, pada kesempatan ini saya ingin mengenang dua pertandingan legendaris semifinal Piala Eropa dengan drama sepak bola yang begitu kuat. **** Masa kanak-kanak pada akhir 1980-an, buku-buku sekolah saya banyak bersampul pesepak bola Belanda, Marco Van Basten dan Ruud Gullit. Waktu itu pasukan "Oranye" yang mengusung "total foetball" kreasi Rinus Michel baru saja memenangkan Piala Eropa 1988 di Jerman Barat. Empat tahun kemudian Belanda yang difavoritkan mempertahankan trofi "Hendry Delauney", justru secara mengejutkan dijungkalkan oleh "anak bawang" Denmark di semi-final melalui drama adu pinalti. Tembakan Van Basten, pemain terbaik dunia, diblok Peter Schmeichel. Denmark lantas menjuarai Piala Eropa 1992 setelah "meledakkan" tim "panser" Jerman di final dengan skor, 2-0, di Stadion Ullevi, Gothenburg. Piala Eropa 1988 dan 1992 adalah awal perj

Wajah Semifinalis Piala Eropa 2020

Gambar
Sejak laga pembuka Italia vs Turki di Roma pada Jumat 11 Juni 2021, tercatat 48 pertandingan sepak bola berkelas telah dipertunjukkan di 11 kota di 11 negara. Dari Kopenhagen di Eropa Utara hingga Sevilla di Eropa Selatan; Dari Glasgow di Eropa Barat ke Bucharest dan Budapest di Eropa Tengah, hingga St Pettersburg dan Baku di bagian Eropa Timur. Total 135 gol telah tercipta dari seluruh tim (24) atau rata-rata 2,82 gol per pertandingan, dan 20 negara peserta telah tersingkir dari turnamen paling prestise di benua Eropa ini. Kita sudah mendekati pengujung lomba. Tentunya semakin menyita perhatian menantikan serunya tiga laga pamungkas yang pada Minggu depan akan menghasilkan juara Piala Eropa 2020. Turnamen edisi ke-16 yang sangat spesial, perayaan sejarah 60 tahun turnamen ini, dan masih di tengah pandemi Covid-19 yang membuat tertunda setahun dari jadwal awal. Tersisa empat negara yang memiliki peluang itu, yakni Spanyol, Italia, Denmark, dan Inggris. Dari keempat kandidat, berdasark