Perjudian Erik Tohir dan Mimpi Piala Dunia Terkubur di Jeddah
Selesai sudah perjuangan tim nasional Indonesia pada babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Indonesia atau pasuka Garuda total menjalani 20 pertandingan, mulai Round-1 melawan Brunei Darussalam sistem home-away dengan skor agrerat 12-0.
Di Round-2 Zona Asia, Indonesia bergabung di Grup F bersama Irak, Vitenam, dan Filipina. Dari enam kali laga, skuad asuhan Shin Tae Yong, berhasil sebagai sebagai runner-up, dengan mengumpulkan 10 poin, mengungguli Vietnam dan Filipina. Iraq seperti sudah diprediksi menjadi juara grup ini.
Indonesia pun melangkah Round-3. Pencapaian yang membanggakan mengingat kita selalu terhenti di Babak ke-2 kualifikasi Piala Dunia. Di Round-3 menyisakan 18 negara Asia yang dibagi dalam tiga grup dengan masing-masing enam negara. Indonesia bergabung di Grup C, bersama Jepang, Australia, Arab Saudi, Bahrain, dan China.
Sepuluh pertandingan dengan sistem kandang-tandang harus dilalui. Juara dan runner-up grup langsung mendapat tiket putaran final Piala Dunia. Sedangkan peringkat ketiga dan keempat akan menjalani play-off. Timnas berada di pot-6, yang berarti tidak difavoritkan dan diprediksi menjadi juru junci atau peringkat lima.
Namun pasukan STY dan fans sepak bola tidak gentar menghadapi persaingan sangat berat ini. Kita sudah berani bermimpi dan berusaha mewujudkannya, tampil untuk pertama kalinya di pentas terakbar sepak bola.
Indonesia berhasil menahan imbang Arab Saudi di Jeddah pada match-1, kemudian imbang tanpa gol lagi melawan Australia di Jakarta. Berlanjut imbang di laga ketiga dengan skor 2-2 dengan tuan rumah Bahrain yang kontroversial. Tiga poin dari tiga pertandingan melawan negara kuar tidaklah buruk.
Sayang sekali dua pertandingan selanjutnya Indoensia takluk. Pertama dari China dengan skor 1-2 di Beijing, saat kita justru diunggulkan. Kemudian kekalahan kedua diderita dari Jepang 0-4 di GBK, kekalahan yang dimaklumi, mengingat level "Samurai Biru" yang kelas dunia.
Walaupun mengecil peluang lolos tetap ada. Terbukti kita meraih kemenangan pertama, mengalahkan Arab Saudi dengan skor 2-0 di GBK, menghidupkan kembali mimpi besar itu. Tapi kemengan fenomeal ini adalah persembahan terakhir coach STY. Pada pengujung tahun 2024 ia dipecat PSSI dan menggantinya dengan Patrick Kluivert, pelatih yang rekam jejaknya sangat meragukan. Alasan utama pergantian karena faktor komunikasi dan kesamaan negara Kluivert (Belanda) dengan banyak pemain kunci hasil naturalisasi.
Pergantian pelatih di tengah jalan ini sangat kontoversial dan berisiko tinggi. Saya termasuk sangat kecewa dengan langkah berani Erik Tohir, Ketua Umum PSSI. Kluivert akan memimpin empat pertandingan sisa, melawan Australia di Sydney, kemudian menghadapi Bahrain dan China di Jakarta, dan penutup menantang Jepang di Osaka. Jika mampu meraih minimal 10 poin dari empat laga ini, Indonesia bisa menjadi runner-up di bawah Jepang dan menyegel tiket Piala Dunia.
Tak semudah itu, Erik. Pada laga peradana kepelatihan Kluivert, timnas justru terjungkal tak berdaya 1-4 melawan Australia. Kekalahan ini membuat posisi peringkat kedua direbut Australia. Untung saja kita menang tipis dua kali, atas Bahrain dan China, sehingga mengamankan peringkat empat, walaupun di pertandingan terakhir kita digasak Jepang, skor 0-6.
Indonesia harus bertanding pada Round-4 bersama lima negara lain, yang akan diundi menjadi dua grup dengan masing-masing berisi tiga negara. Indonesia bersama Arab Saudi dan Iraq. Peringkat pertama mendapatkan tiket, sedangkan peringkat kedua grup akan play-off pertama. Pemenang play-off ini akan memperebutkan satu tiket dengan satu negara zona concacaf.
Timnas beragkat ke Jeddah untuk menjalani dua pertandingan terpentimg dalam beberapa dekade. Begitu dekat dengan Piala Dunia, tapi sesungguhnya saya tidak yakin dan memprediksi kita akan gagal. Saya tidak percaya dengan Kluivert, dan membatin seandainya dua pertandingan ini kita bersama STY rasanya saya akan lebih optimis.
Saya ingin prediksi saya itu salah, namun hasilnya terbukti benar. Timnas yang diharapkan memwujudkan mimpi besar pecinta sepak bola tampil mengecewakan, dua kali kalah dari Arab Saudi, skor 2-3, kemudain kalah lagi, skor 0-1 melawan Iraq, memastikan kegagalan Indonesia menuju Piala Dunia 2026.
Fans timnas pun langsung menunjuk Erik dan Kluivert sebagai biang kegagalan. Mereka berdua dicai maki. Tentu saja yang paling bertanggung jawab atas kegagalan ini adalah Erik. Saya yakin ia melakukan pergantian pelatih di tengah jalan karena aspek politik.
Skenario Erik menurut saya begini. Jika Indonesia lolos Piala Dunia di bawah pelatih STY, prestasi itu tidak menaikka tinggi popularitas politik Erik Tohir, mengingat STY bukan didatangkan Erik melainkan ditunjuk Ketua PSSI sebelumnya, Iwan Bule. Sehingga Erik memecat STY dan menggantinya dengan Patrick Kluivert. Dan jika Indonesia lolos Piala Dunia di bawah Kluivert, diyakini popularitas Erik tak tertandingi pada Pilpres 2029.
Begitulah nafsu kekuasaan lewat pencitraan yang membuat sepak bola kita tidak pernah diurus dengan baik.

Komentar
Posting Komentar