Perjalanan Seru Menyaksikan MotoGP Mandalika

Tribun Premium Zona B Sirkuit Mandalika (dok. pri)

Pada akhir 2021, saya mengikuti jajak pendapat interaktif yang diadakan di Kompas.id dengan tema "Ayo bercerita, Apa yang Ingin Kamu Lakukan Lagi di 2022?"

Saya kemudian membagikan harapan menonton langsung MotoGP 2022 seri Indonesia di Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok, yang rencananya dihelat pada 18-20 Maret 2022. 

"Sungguh, saya tak ingin melewatkan momen bersejarah bisa menyaksikan ajang balap motor paling bergengsi di dunia tersebut. Saya sudah tidak sabar menantikannya. Semoga bisa terwujud". 

Demikian satu kutipan saya yang dimuat koran Kompas pada 3 Januari 2022 di halaman 3 dengan judul artikel "Mendamba Lagi Kebebasan yang Pupus". Senang sekali mengetahui bahwa saya terpilih sebagai salah satu pengirim cerita terbaik, dan diberikan hadiah berupa uang elektronik. 

****

Euforia MotoGP langsung terasa ketika saya dan Vera, istri, mendarat di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, Lombok, pada Sabtu 19 Maret 2022 sekitar pukul 12.00 Wita.

Bandara yang populer disebut Bandara Praya ini dijubeli publikasi perhelatan Moto-GP Mandalika akhir pekan tersebut. Ribuan penumpang domestik maupun luar negeri yang baru tiba tak ingin melewatkan untuk mengabadikan momen layaknya swafoto yang diunggah Marc Marquez di akun Instagram pebalap asal Spanyol tersebut.

Sebenarnya rencana awal dari Praya langsung ke Gili Trawangan, area hotel kami menginap. Namun kami putuskan terlebih dulu menyambangi Mandalika menukarkan tiket race day menjadi gelang kertas barcode, mengantispasi penumpukan penukaran pada hari-H.

Tak butuh lama mendapatkan shuttle bus gratis untuk mengantar penonton ke venue Mandalika. Jarak Praya ke Mandalika sejauh 24 kilo meter via By Pass BIL Mandalika yang beraspal mulus dengan waktu tempuh 40 menit.

Perjalanan yang sangat menarik karena pemandangan Pulau Lombok sangatlah indah dengan melewati jembatan-jembatan kokoh, hamparan sawah, bukit-bukit padang rumput, pantai, banyak pohon dan semak belukar, rumah-rumah kecil di pinggir jalan. Perjalanan memukau yang memanjakan mata, membuat rasa lelah sejak subuh menempuh penerbangan dari Makassar tak terasa.

Rombongan bus kami tiba di Mandalika menjelang babak kualifikasi. Tepatnya di area Parkir Timur-selain Parkir Barat- merupakan dua lokasi penukaran tiket sekaligus titik point menuju sirkuit yang masih berjarak 4 kilo meter. Hanya pemegang tiket day-2 kualifikasi yang bisa diantar melalui shuttle bus menuju sirkuit.

Untung saja penukaran tiket bisa cepat, setelah itu kami mencari makan siang di area festival yang begitu ramai dengan pilihan kuliner dan tenan pameran hasil UKM dari berbagai instansi. Sudah lama saya tidak merasakan nikmatnya menyantap kuliner di suasana festival. 

Semakin sore kawasan Mandalika semakin semarak dipadati penonton. Dengan begitu sudah bisa terbayang penonton jauh lebih banyak pada race day Minggu besok. Tentu perlu mengantisipanya dengan cara masing-masing.

Setelah puas ‘beradaptasi’ dengan venue sirkuit, pada pukul 15, kami melanjutkan perjalanan ke hotel untuk istirahat agar besok fresh saat hari balapan. 

Karena tak kebagian kamar di kawasan Mandalika, dan juga di Mataram, kami menginap di Gli Trawangan, yang ternyata jaraknya dari sirkuit 70 kilo meter, harus ditempuh tiga jam (saya mengira maksimal 2 jam) perjalanan termasuk menyeberang dari Pelabuhan Bangsal. 

Tak apa, rute panjang itu sekaligus kesempatan menyusuri sebagian besar Pulau Lombok yang panorama alamnya luar biasa cantik. Mulai KEK Mandalika, pusat kota Mataram, kawasan eksotis Pantai Senggigi, dan Pelabuhan Bangsal yang menakjubkan.

Tiba di Bangsal sekitar pukul 17.00, menunggu sebentar kapal Feri penuh, harga tiketnya 25 ribu per orang. Butuh waktu 45 menit menyeberang ke dermaga Trawangan. Setelah itu kami masih harus menumpang Cidomo, angkutan khas Gili serupa Andong untuk sampai di penginapan. Sayang sekali Gili Trawangan diguyur hujan lebat sepanjang malam dan membuat para tamu memilih menghabiskan malam minggu di kamar masing-masing.

Menumpang Speed Boat Gili Trawangan - Bangsal Lombok (dok. pri)

Hari balapan pun tiba. Suasana pagi Gili Trawangan berbeda dari biasanya (kata resepsionis hotel), tamu-tamu sudah siap menyeberang dan menuju Mandalika, membuat abang Cidomo kewalahan mengantar karena waktunya relatif bersamaan. Barangkali penonton yang menginap di Trawangan merupakan jarak paling jauh dari Mandalika, sehingga mesti secepat mungkin berangkat.

Vera dan saya baru mendapat Cidomo pada pukul 8.00, berbagi tumpangan bersama kenalan baru pasangan suami-istri dari Jakarta. Kami berempat memutuskan menumpang speed boat dengan sewa 400 ribu, daripada harus menunggu kapal feri yang bisa menyita waktu cukup lama, sekitar 45 menit. Sedangkan speed boat hanya 15 menit dan hanya kami berempat penumpangnya.

Satu keputusan yang sangat tepat, begitu sandar di Bangsal, tak lama kemudian kami sudah duduk di shuttle bus model ELF. Meninggalkan Bangsal menjelang pukul-9, dengan estimasi bisa tiba di Mandalika pukul 11. Saya sendiri tak ingin ketinggalan balapan Moto-3 pada pukul 12.00, di mana ada local hero Mario Aji berlomba pada balapan pertama, sebelum Moto-2, dan MotoGP. 

Harapan itu meleset, perjalanan macet total di berbagai titik, polantas kewalahan mengatasinya karena kurangnya personel untuk mengantisipasi persoalan akses ke sirkuit. Kami tiba menjelang pukul 12.00. Jika tadi menggunakan kapal Feri publik kemungkinan kami kehilangan waktu 1 jam untuk mendapatkan shuttle bus di Bangsal, dan kemungkinan ada yang belum tiba menjelang balapan MotoGP pukul 15.00 Wita (satu evaluasi paling krusial).

Kali ini kami melalui assembly Parkir Barat untuk kemudian menaiki lagi shutlle bus sesuai zona tiket gelang. Tiket Vera dan saya berada di Zona B, di tepi trek lurus start dan finish menuju tikungan pertama.

Sampai di gerbang sirkuit kita masih butuh berjalan kaki sejauh 1 kilometer untuk sampai ke tribun melewati art tunnel sepanjang 100 meter, berada persis di bawah trek lurus sirkuit. Raungan motor balap sudah menggelegar dari sini. Berjalan rombongan di tunnel yang dimural keren ini menghadirkan suasana dahsyat, bahwa kita benar-benar sudah merasa yakin berada di dalam sirkuit. 

Kursi atas tribun posisi ideal sudah dipenuhi penonton yang sejak pagi sudah datang. Vera dan saya memilih seat yang berhadapan dengang layar jumbo di antara pedok dan tribun VIP Deluxe.

Menonton Moto GP di Sirkuit Mandalika (dok. pri)

Ketika tiba untungnya masih bisa menyaksikan beberapa lap terakhir Mario Aji di Moto-3. Siap menonton dan merasakan sensasi-sensasi selanjutnya menyaksikan langsung balapan MotoGP. Untuk pertama kalinya, setidaknya buat Vera dan saya.

Salam hangat dari Mandalika.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja