Setelah Balapan MotoGP, Menonton Konser Slank

Rangkaian balapan MotoGP selesai pukul 17.00 Wita saat Presiden Jokowi menyerahkan trofi juara kepada pebalap Miguel Oliveira, Fabio Quantararo, dan Johan Zarco di podium Sirkuit Mandalika.

Tak lama setelah itu, penonton bubar teratur, banyak memilih langsung bergegas menuju Parkir Barat (PB) dan Parkir Timur (PT) untuk selanjutnya mencari shuttle bus rute tujuan masing-masing. 

Dari tempat saya duduk, saya bisa melihat puluhan ribu penonton berjalan keluar melewati tunnel sirkuit hingga ke jalan raya. Jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan saat masuk ke sirkuit pada waktu pagi sampai siang.

Sedangkan Vera dan saya termasuk yang memilih menunggu sejenak dan bertahan sekitar 1 jam di tribun, menghindari kerumunan penonton keluar pada waktu yang sama. Apalagi jalan masih basah dan tergenang beberapa titik (satu poin pembenahan).

Kami melanjutkan menyantap makanan yang belum habis saat dibeli sebelum balapan. Penonton memang diperbolehkan memboyong bekal makanan dan minuman hingga ke kursi tribun.

Namun sayang sekali budaya kita terhadap kebersihan di fasilitas umum masih rendah. Banyak sekali sampah wadah makanan dan plastik/kaleng minuman yang berserakan begitu saja di bawah kursi penonton, tak peduli dengan tanggung jawab merawat sirkuit yang sangat megah ini.

Setelah selesai makan sore di tribun lolipop ikonik Mandalika, Vera dan saya masih menyempatkan berfoto-foto di beberapa titik menjelang waktu Magrib walaupun tanpa sunset karena hujan.

Setelah puas sesi foto dan hujan juga benar-benar mereda, kami lantas turun di area festival. Satu hal yang selalu saya nikmati dalam satu event adalah arena festivalnya yang sangat fun.

Hal pertama saya membeli tshirt dan langsung menyalin kaos yang sudah basah kuyup menjelang balapan. Vera juga sibuk belanja beberapa merchandise titipan keluarga dan teman.

Di arena festival, berdiri panggung utama yang menggelar event Mandalika Music Vibes. Panitia sengaja menyediakan konser musik dengan mengundang musisi papan atas supaya sebagian penonton bisa tetap tinggal menghindari pulang secara barengan yang bisa menciptakan kemacetan total di jalanan depan sirkuit.

Pada Minggu setelah balapan itu, grup band Samsons dan Slank dijadwalkan manggung. Samsons mulai mentas pukul 18.00, sedangkan Slank akan 'memanaskan' Mandalika pada pukul 20.00.

Tentu sebagai fans Slank, konser ini tidak ingin dilewatkan. Seraya menunggu Kaka, Bimbim cs naik panggung, Vera dan saya berjalan-jalan menyambangi setiap stand bazar festival, dan tentu saja sekalian makan malam.

Setelah berkeliling food court, pilihan jatuh pada kuliner khas lokal: sate bulayak bumbu kacang, yang disajikan dengan lontong. Di kedai kecil milik anak muda Lombok tersebut, saya bercerita dengan Heri, kenalan baru. Heri pemuda yang berprofesi perawat di RS Lombok. 

Heri supel dan ramah, ia bercerita banyak tentang di balik terselenggaranya MotoGP, menjelaskan sejarah dan letak geografis Pulau Lombok, NTB; budayanya termasuk kuliner yang lezat; kebiasaan dan cara hidup orang Lombok yang bersahaja. Ia juga memberikan informasi bahwa masih terjadi kemacaten parah di luar sirkuit hingga menjelang pukul 20.00, yang berarti sudah 4 jam.

Berbincang dengan Heri harus selesai begitu terdengar Slank mulai beraksi dengan mengentak fans Mandalika, Slank membuka konsernya lewat nomor  I Miss U but I Hate U. Vera, saya, bersama Heri segera mendekat ke panggung yang ternyata sudah dipenuhi ribuan penonton.

Untuk pertama kali Slank bisa konser lagi mengobati kerinduan panjang dua tahun diterpa pandemi korona. Penonton pun sangat terhibur. Slank tampil keren dengan hits-hits legendaris mereka. Siapa tak hapal Mars Slanker, Terlalu Manis, Jauh, Balikin, dan lagu penutup Kamu Harus pulang. 

Lagu-lagu yang mengingatkan saya pada banyak momen sebagai Slankers. Saya tak bisa tak ikut bernyanyi, berjingkrak mengikuti irama nada dari Kaka cs. Slank membawa banyak energi positif dan membuang energi negatif. 

Slank tampil sekitar satu jam dan pada pukul 21.15 Slank melantunkan Kamu Harus Pulang sebagai lagu perpisahan. Benar-benar menciptakan klimaks sebagai penutup rangkaian konser di MotoGP Mandalika.

Seperti ungkapan "Tak ada pesta yang tak berakhir". 

Sepanjang berjalan ke shuttle, ribuan penonton tetap bernyanyi, berjingkrak, menciptakan yel-yel. Mereka semua, termasuk saya, benar-benar butuh hiburan setelah pandemi yang melelahkan. 

Salam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja