Review Neksus: Jejaring Informasi Membentuk Peradaban Manusia
Dulu saya percaya bahwa memiliki banyak informasi menjadikan keadaan lebih baik. Tapi setelah membaca Neksus Riwayat Jejaring Informasi, buku terbaru Yuval Noah Harari, saya harus memikirkan ulang persepsi tersebut.
Saya menggemari tiga buku Harari sebelumnya (Sapiens, Homo Deus , dan 21 Lesson ). Saya sudah hapal cara dan gaya menulis Harari yang selalu menjelaskan peristiwa-peristiwa sejarah dengan kisah-kisah menarik dilengkapi contoh dan humor yang cerdas.
Harari mengawali buku ini dengan mengajukan pertanyaan mendasar. Siapa kita? Apa yang harus kita kejar? Apa itu kehidupan yang baik, dan bagaimana kita harus menjalaninya? Akankah memiliki lebih banyak informasi menjadikan keadaan lebih baik?
Premis buku ini adalah masalah jaringan yang membuat manusia terhubung. Bagaimana umat manusia memperoleh kekuasaan yang sangat besar dengan cara membangun jaringan kerjasama yang luas, namun jejaring tersebut justru membuat mereka memiliki kecenderungan untuk menggunakan kekuasaan secara tidak bijaksana.
Informasi merupakan upaya merepresentasikan realitas, dan ketika upaya itu berhasil, kita menyatakan kebenaran. Setiap zaman informasi jaringan, manusia akan bergumul menemukan keseimbangan yang pas antara kebenaran dan menjaga tatanan. Harari mengeksplor riwayat jaringan dari perspektif sejarah yang luas untuk membuka lanskap kita untuk menilik bagaimana jejaring informasi berkembang selama ribuan tahun.
Dari zaman kisah mitologi, lalu era kehidupan birokrasi kerajaan-kerajaan dan gereja-gereja yang menjabarkan jaringan informasi meluas dengan skala besar dengan hadirnya alat tulis, surat kabar, mesin cetak dan masa terciptanya kotak mesin ajaib bernama komputer.
Kemunculan komputer mengubah struktur fundamental jaringan informasi. Menciptakan jenis-jenis masyarakat yang berbeda dalam menangani berbagai macam janji dan ancaman yang diberikan jaringan informasi anorganik, yang kita sebut artificial intelligence atau akal imitasi (AI). Informasi bukanlah kebenaran dan revolusi informasi tidak mengungkap kebenaran. Jejaring informasi menciptakan berbagai struktur politik, model ekonomi, dan norma budaya baru. Terciptanya realita-realitas yang tidak pernah ada sebelumnya, tulis Harari.
Orang-orang tidak lagi dapat memahami dunia dengan bijaksana, mentransmisikan luar biasa banyaknya informasi yang tidak dapat dicerna dalam waktu yang relatif singkat, sehingga mudah menjadi korban teori manipulasi. Algoritma AI membuat semakin banyak keputusan mengenai kita, baik sehari-hari maupun yang mengubah kehidupan, dari hukuman penjara, melamar pekerjaan, diterima universitas, memberikan jaminan sosial, dan persetujuan pinjaman bank.
Algoritma AI bukan lagi sekedar ancaman yang diprediksi pada satu dekade lalu, AI dan Robotica telah mengubah dan melenyapkan banyak profesi, dari pekebun sampai pedagang saham sampai pengajar yoga. Jadi kata Harari, sekarang lebih sulit mengotomatisasi pekerjaan mencuci piring daripada bermain catur, juga lebih sulit mengotomatisasi pekerjaan perawat daripada pekerjaan dokter dari data medis.
Bagaimana dengan jejaring politik? Di negara sistem demokrasi, jaringan informasi telah menjadi begitu rumit, dan teramat mengandalkan keputusan-keputusan yang kabur oleh algoritma dan entitas antarkomputer.
Namun jauh lebih berbahaya di negara rezim totaliter, sistem algoritma AI melakukan pengawasan massal, yang menjadikan perlawanan hampir mustahil. Kode-kode di telepon pintar Anda menentukan bagaimana Anda hidup, siapa yang mengontrol perhatian Anda, dan ke mana data Anda mengalir.
Kolonialisme data itu bisa mewujud dalam penyebaran sistem kredit sosial. Semua aktivitas mulai dari membeli barang, bergaul dengan orang-orang terkenal, membayar pajak tepat waktu, hingga mengkritik pemerintah, akan diberi poin, plus atau minus. Akumulasi skor akan mempengaruhi semua hal, mulai dari membeli tiket, mengajukan visa dan beasiswa, serta melamar pekerjaan. Sistem yang melenyapkan privasi sampai pada ranjang kamar.
Seiring jejaring menjadi semakin bertenaga, mekanisme-mekanisme pengoreksi diri semakin penting. Koreksi-koreksi dari kesalahan inilah yang membuat kita tumbuh berkembang. Pada akhir buku, Harari mengingatkan, benar kita masih memegang kekuasaan yang sangat besar dalam menikmati jejaring, tapi kita mudah dimanipulasi oleh ciptaan-ciptaan kita sendiri, dan pada saat kita sadar akan bahaya tersebut, barangkali sudah terlambat.

Komentar
Posting Komentar