Review Kepunahan Keenam: Apa Artinya Menjadi Manusia

Kumpulan ilmuwan telah menyatakan selama 550 juta tahun terakhir, telah terjadi lima kepunahan massal, ketika keanekaragaman hayati di Bumi tiba-tiba menyusut secara drastis.  

Buku The Sixth Extinction karya Elizabeth Kolbert, pemenang Pulitzer dan jurnalis New Yorker menceritakan kepada kita dengan sangat memukau.

Kolbert melakukan liputan lapangan dengan semangat dan gigih menjelajahi banyak tempat menakjubkan: Kosta Rika, Panama, Pegunungan Andes, Castello Aragonese, Hutan Amazon, dan Pulau-pulau terpencil. Kolbert mendampingi para ahli di bidangnya masing-masing, geologi, astronomi, paleontologi, stratigrafi, ekologi, geologi, botani, biologi.  

Bukunya disusun terdiri dari 13 bab simbolis. Masing-masing menelesuri satu spesies yang telah punah, yang terancam punah lainnya, termasuk katak emas Panama, karang tanduk rusa, gagak, kelelawar, dan badak Sumatra. Membaca liputan Kolbert yang menarik, saya seperti merasakan langsung bergabung dengan mereka menjelajahi belantara bagian bumi yang luas.

Buku ini merupakan bacaan yang serius tetapi menarik dan informatif. Diceritakan tanpa mencari sensasi, Kolbert memaparkan fakta dan mengemasnya dalam humor-humor yang berkesan sehingga membuat pembaca takjub.

Pada bagian akhir buku, Kolbert membuat argumen yang meyakinkan seraya mengingatkan kita semua bahwa aktivitas manusia akan menyebabkan kepunahan keenam. Lebih besar, lebih kelam, dan jauh lebih penting. Di depan mata kita.

Manusia atau Homo Sapiens yang boleh dikatakan sebagai mahkluk hidup penguasa bumi menyebar hingga hampir ke seluruh penjuru dunia. Populasinya berlipat ganda, lagi dan lagi. Manusia membentuk ulang lingkungan setiap masanya.

Manusia membangun jalan beraspal dalam jumlah besar, memindahkan spesies di seluruh planet, menambang serampangan, menggunduli hutan, menangkap ikan secara berlebihan, mengasamkan lautan, mengubah komposisi kimia sungai, dan masih banyak lagi.

Pemanasan bumi akibat aktivitas manusia terjadi setidaknya sepuluh kali lebih cepat dibandingkan pada akhir zaman terakhir. Makhluk hidup harus berimigrasi atau beradaptasi 10 kali lebih cepat. Nyaris tak ada sehari berlalu tanpa berita bahwa penggundulan hutan tropis memunahkan kira-kira satu spesies per jam, atau barangkali per menit (hlm. 193).

Kisah mengorbankan spesies lain disamakan dengan kisah ular pohon coklat ( Boiga Irregularis)Kisah mengorbankan spesies lain disamakan dengan kisah ular pohon coklat (Boiga Irregularis) yang rakus. Sang ular berasal dari Papua Nugini dan Australia utara terbawa ke Guam, melalui pesawat militer. Sesampainya di Guam, ular pohon merusak ekologi setempat dengan memakan semuanya yang bisa dimakan. Ular itu berkembang biak gila-gilaan.

"Ular itu tidak jahat, dia hanya amoral yang berada di tempat berbeda. Yang dilakukan oleh Boiga Irreguleris di Guam, tetap sama dengan yang dilakukan Homo Sapiens di seantero planet ini: mencapai keberhasilan dengan mengorbankan spesies lain.", tulis Kolbert (hlm 210).

Sekarang kepunahan terjadi di mana-mana, untuk mudahnya mungkin kita bisa melihat tanda-tanda kepunahan di halaman belakang rumah sendiri. Tur sejarah Kolbert diakhiri dengan melihat masa depan yang jauh. Hal ini mendorong kita untuk memikirkan kembali pertanyaan mendasar tentang apa artinya menjadi manusia.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Enlightenment Now: Kehidupan Menjadi Lebih Baik

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Kenangan di Prambanan Jazz