Avatar 3: Durasi Terpanjang dan Ceritanya Mudah Ditebak
Pada Boxing Day 26 Desember 2025, Vera, saya, Siti, dan Uswa, berangkat ke bioskop XXI Mall Ratu Indah. Kami akan menonton Avatar: Fire and Ash pada pukul 19.55 di Studio-1. Empat tahun silam kami juga menonton Avatar-2 di teater ini.
Babak ketiga Avatar ini memiliki elemen baru yakni api. Kembali mengisahkan konflik keluarga Jake Sully dan Neytiri yang masih berduka setelah Neteyam, anak sulung mereka, penerus pemimpin Sully, tewas dalam pertempuran The Way of Water.
Empat adik Neteyam: Lo'ak, Tuk, Kiri, dan Spider, mengambil peran lebih intens di keluarga Sully dalam sekuel ketiga ini. Terutama Spider yang merupakan anak angkat keluarga dan sering dipanggil bocah kera yang bisa bernapas normal di semesta pandora. Spider diburu "bangsa langit" untuk dijadikan objek riset, yang membuat keluarga Jake Sully kembali berperang.
Kali ini bangsa Na'vi bertarung dengan kelompok penjajah manusia jahat. Kolonel Miles Quaritch musuh bebuyutan Jake yang juga menjelma sebagai orang Na'vi berniat membalas dendam terhadap penghianatan Jake pada Avatar 2009 yang tak pernah ia maafkan. Miles bersekutu dengan bangsa langit (manusia) dan terutama dengan suku Mangkwan yang dipimpin Varang, karakter baru Avatar sebagai perempuan penjahat yang sangat kejam. Varang juga digambarkan punya kekuatan mistis yang tinggal di gunung berapi dan dirasuki oleh roh api.
Sebagai mantan perwira Miles memberi Varang senjata modern untuk memusnahkan keluarga Sully dan klan Na'vi. Untung saja makluk laut seperti paus raksasa Tulkum dan Payakan ikut terlibat pertarungan membantu keluarga Sully sehingga pertarungan menjadi seimbang dengan aksi-aksi fantastis.
Seperti kita harapkan, tampilan efek pertarungan dalam film ini sangat apik, sutradara James Cameroon kembali menciptakan teknologi dunia fantasi alam dengan visual yang lebih tajam, lebih memikat, dan lebih berwarna dibandingkan Avatar satu dan dua. Membawa penonton mengeksplorasi dunia keajaiban alam pesisir, hutan, laut, dan lanskap kota yang berkilau.
Secara visual film ini memukau dan banyak dipuji, tapi tidak dengan alur ceritanya yang antiklimaks. Skenarionya tidak bisa lepas sebagai film mandiri walalupun kita tahu ini sekuel, sehingga ceritanya sangat mudah ditebak dan tidak membuat ketegangan, serta durasinya terlalu lama, saya berapa kali tertidur dan saya tak sendiri mengalaminya.
James mungkin lebih mengutamakan pengalaman sinema standar tinggi bagi penontonnya, dan tentu experience itu hanya bisa dirasakan di layar bioskop, bukan secara streaming di rumah. Karena itulah film-film James selalu sangat laku di pasaran seperti pisang goreng.
Avatar kini bukan sekadar film, tapi sudah menjadi fenomena budaya populer sekaligus menyampaikan pesan kuat untuk melestarikan bumi dari manusia-manusia serakah yang mengerikan.

Komentar
Posting Komentar