Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Tim Pengabdi Dosen FISH Memberi Motivasi kepada Masyarakat Prasejahtera di Desa Kadai Kabupaten Bone

Gambar
Tim dosen Fakultas Ilmu Sosial UNM Makassar yang terdiri dari Dr. Muhammad Zulfadli, M. Hum; Dr. Herman S. Pd., M. Si; Muh. Said, S.Pd., M. Pd; dan Feri Padli, S.Pd., M, Pd., melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Kadai, Kecamatan Mare, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan; dengan judul Memberi Motivasi Masyarakat Prasejahtera dalam Meminimalisir Ketergantungan Bantuan Sosial Menuju Kemandirian Finansial Tim dosen dari prodi Pendidikan IPS FIS UNM bermitra dengan Kelompok Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan sebagai bagian dari program pemerintah pusat. Salah satu program pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH) yang memberikan bantual langsung tunai kepada masyarakat kategori miskin belum signifikan mengubah kondisi ekonomi peserta Keluarga Penerima Manfaat (PKM). Faktanya dikutip dari laman media cetak Tribun Timur yang dipublikasikan 3 Januari 2018 bahwa tercatat penduduk miskin di Sulawesi Selatan September 2017 berjumlah 825,97 ribu jiwa meningkat seb

Persembahan Emas Gresyia/Apriani

Gambar
Arena Olimpiade memang selalu penuh misteri dan senantiasa menciptakan "keajaiban" yang menakjubkan.  Ketika Greysia Poli harus lari ke luar lapangan saat reli pada skor 18-10 (set ke-2) untuk mengganti raket yang talinya putus, dan pasangan itu masih memenangkan poin, jelas ada sesuatu yang istimewa atau bisa kita katakan keajaiban sedang berlangsung di Musashino Forest Plaza, Tokyo. Pada Senin, 2 Agustus 2021, pertandingan final ganda putri, Greysia Poli/Apriani Rahayu secara meyakinkan menang melawan pasangan China, Chen Qing Chen/Jia Yia Fan, straight-game 21-19, 21-15 dalam waktu 57 menit. Greysia/Apriani memenangkan point terakhir dibuat lebih tegang oleh Chen/Yia Fan yang menuntut challenge review. Pertandingan bersejarah itu dinilai sebagai salah satu hasil yang paling tidak terduga dalam sejarah badminton Olimpiade. Greysia/Apriani yang tidak diunggulkan mengukir kemenangan dengan permainan fantastis, atas Chen/Yia Fan, yang merupakan pasangan unggulan kedua. Kemenan

Olimpiade Tokyo 2020 dalam Kenangan

Gambar
Pada pukul 10 malam, 8 Agustus 2021, Presiden IOC Thomas Bach menutup secara resmi Olimpiade Tokyo 2020. Rentang 16 hari, sejak dibuka pada 23 Juli, lebih dari 11.000 atlet dari 206 negara bertanding di 33 cabang olahraga untuk memenangkan 330 set medali, telah membuat kagum milyaran penduduk bumi melalui siaran televisi. Deklarasi Bach, diiringi tarian dan cahaya kembang api, kemudian kita bisa membaca kata "Arigato", yang berarti terima kasih, terpampang pada layar LED di Stadion Nasional Tokyo, dengan font sama yang digunakan untuk melafal " Sayonara ", yang berarti selamat tinggal, pada upacara penutupan Olimpiade Tokyo 1964. Meskipun telah berakhir, namun Olimpade Tokyo 2020 benar-benar layak dikisahkan dan diwariskan dengan indah. "Malam ini api Olimpiade yang telah menerangi Tokyo padam dengan tenang. Tapi harapan yang telah menyala di sini tidak akan pernah padam," kata Ketua Panitia Olimpiade Tokyo 2020, Seiko Hashimoto, yang berdiri di podium ber

Olimpiade Masa Depan

Gambar
Pada 7 September 2013, bertempat di gedung opera Teatro Colon, Buenos Aires, Argentina, Presiden International Olympic Committee (IOC) saat itu, Jacque Rogge, mengumumkan secara resmi tuan rumah Olimpiade ke-32 pada tahun 2020 dipercayakan pada Tokyo. Ibukota Jepang tersebut menyisihkan dua kandidat kuat: Istanbul (Turki) dan Madrid (Spanyol). Selama nyaris tujuh tahun, Jepang bekerja keras dan sangat serius menyiapkan dengan sangat baik semua unsur yang akan membuat Olimpiade 2020 akan terselenggara sebagai ajang olahraga terbesar, menjadi pengalaman luar biasa bagi atlet dan pendukung. Ada hubungan menarik antara Indonesia dengan Jepang. Dua kali terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade, Jepang selalu 'terkait' saat Indonesia menyelenggarakan ajang Asian Games.  Sebelum Olimpiade Tokyo 1964, Indonesia menghelat Asian Games 1962. Lima puluh enam tahun kemudian "paket" tersebut terulang. Kini Jepang menyiapkan Olimpiade 2020 (1), di mana tiga tahun sebelumnya Indonesia m

Final Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley

Gambar
Mungkin klise untuk ditulis, sejak melihat drawing babak gugur Piala Eropa 2020, saya berharap Inggris dan Italia bisa berjumpa di pertandingan final. Sejak mulai merasakan "demam bola" pada Piala Dunia 1994 dan Piala Eropa 1996, Italia dan Inggris merupakan jagoan saya setiap turnamen besar. Sederhana, karena saya tumbuh menjadi penggemar sepak bola dari siaran Liga Italia dan Liga Inggris sejak awal era 1990-an. Tekun menonton setiap akhir pekan Seri A dan Premiership mendoktrin saya seperti ungkapan "tak kenal maka tak sayang". **** Hari istimewa, dunia sepak bola menantikan dengan penuh semangat untuk menyaksikan final Piala Eropa 2020 atau edisi ke-16 yang bertepatan dengan perayaan 60 tahun UEFA, otoritas sepak bola Eropa menggelar turnamen paling prestisius, pertama kali dilaksanakan pada 1960. Italia atau Inggris akan mendapatkan "kehormatan" ketika salah satu finalis memenangkan gelar Euro 2020 di Stadion Wembley, London pada hari Minggu, 11 Juli

Mitos Adu Pinalti Piala Eropa

Gambar
Awal-awal suka sepak bola, saya senang jika pertandingan sepak bola harus diselesaikan melalui adu pinalti. Seru, menegangkan, dan jantung rasanya mau copot. Barangkali semifinal Piala Eropa 1992, antara Belanda versus Denmark, merupakan pertama kali saya merasakan tegangnya proses adu pinalti di pertandingan yang sangat penting. Ketika itu Belanda sangat diunggulkan, ternyata ditahan imbang 2-2 oleh tim "dinamit" Denmark, sehingga harus ditentukan adu penalti. Striker utama Belanda, sekaligus pesepakbola terbaik dunia, Marco van Basten, harus menjadi pesakitan. Tendangan 'angsa putih" diblok oleh kiper Denmark, Peter Schmeichel. Denmark ke final dan menjadi Juara Eropa setelah mengalahkan Jerman. Momen ini yang meyakinkan saya Peter Schmeichel merupakan kiper terbaik dunia. Apalagi setelah melihat peran Schemeichel dari bagian dominasi Manchester United di Liga Inggris setelah musim 1993. Biarpun kiper-kiper sebelum dan sesudah era Schmeichel juga dianggap terhebat,

Era Kejayaan Inggris

Gambar
Inggris kembali bertanding di Stadion Wembley, “Katedral sepak bola”, untuk menghadapi Denmark di semifinal Piala Eropa 2020. Membahas kekuatan faktual dari sisi teknis tentu sudah banyak dibedah karena bisa diukur dari beberapa pertandingan yang telah dijalani. Barangkali lebih menarik perhatian saya adalah sejarah sepak bola, dan juga persepsi tentang tim Inggris. Negara yang didukung banyak hal, sejarah panjang, kumpulan pemain kelas dunia, pelatih hebat, dan sebagainya. **** Sesuatu yang istimewa sedang terjadi pada tim Inggris. Saat ini "Three Lions" penuh dengan karakter hebat, pemain bagus, dan pemimpin berpengalaman. Manajer Gareth Southgate menghadirkan gairah dan suasana baru. Tim yang terorganisasi dengan baik dan menunjukkan semangat bertarung, dan punya ambisi juara yang sangat luar biasa. Southgate adalah pelatih hebat, tidak hanya urusan dalam meracik teknik, namun juga bagaimana cara pendekatan terhadap para pemainnya. Menanamkan fokus, kerja keras, konsiste

Dua Semifinal Klasik Piala Eropa

Gambar
Segera kita akan menyaksikan pertandingan semifinal Piala Eropa 2020. Sembari menunggu, pada kesempatan ini saya ingin mengenang dua pertandingan legendaris semifinal Piala Eropa dengan drama sepak bola yang begitu kuat. **** Masa kanak-kanak pada akhir 1980-an, buku-buku sekolah saya banyak bersampul pesepak bola Belanda, Marco Van Basten dan Ruud Gullit. Waktu itu pasukan "Oranye" yang mengusung "total foetball" kreasi Rinus Michel baru saja memenangkan Piala Eropa 1988 di Jerman Barat. Empat tahun kemudian Belanda yang difavoritkan mempertahankan trofi "Hendry Delauney", justru secara mengejutkan dijungkalkan oleh "anak bawang" Denmark di semi-final melalui drama adu pinalti. Tembakan Van Basten, pemain terbaik dunia, diblok Peter Schmeichel. Denmark lantas menjuarai Piala Eropa 1992 setelah "meledakkan" tim "panser" Jerman di final dengan skor, 2-0, di Stadion Ullevi, Gothenburg. Piala Eropa 1988 dan 1992 adalah awal perj

Wajah Semifinalis Piala Eropa 2020

Gambar
Sejak laga pembuka Italia vs Turki di Roma pada Jumat 11 Juni 2021, tercatat 48 pertandingan sepak bola berkelas telah dipertunjukkan di 11 kota di 11 negara. Dari Kopenhagen di Eropa Utara hingga Sevilla di Eropa Selatan; Dari Glasgow di Eropa Barat ke Bucharest dan Budapest di Eropa Tengah, hingga St Pettersburg dan Baku di bagian Eropa Timur. Total 135 gol telah tercipta dari seluruh tim (24) atau rata-rata 2,82 gol per pertandingan, dan 20 negara peserta telah tersingkir dari turnamen paling prestise di benua Eropa ini. Kita sudah mendekati pengujung lomba. Tentunya semakin menyita perhatian menantikan serunya tiga laga pamungkas yang pada Minggu depan akan menghasilkan juara Piala Eropa 2020. Turnamen edisi ke-16 yang sangat spesial, perayaan sejarah 60 tahun turnamen ini, dan masih di tengah pandemi Covid-19 yang membuat tertunda setahun dari jadwal awal. Tersisa empat negara yang memiliki peluang itu, yakni Spanyol, Italia, Denmark, dan Inggris. Dari keempat kandidat, berdasark

Menanti Kejayaan Inggris di Wembley

Gambar
Rupanya sudah seperempat abad drama sepak bola yang terkenal itu. Sejak dipastikan Jerman bakal berhadapan dengan Inggris pada babak- 16 besar Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, pada Selasa 29 Juni 2021, pikiran saya mengerucut pada sosok Gareth Southgate, manager Inggris. Setiap berbicara Southgate, bagi saya, waktu seolah terlipat kembali menuju 25 tahun lalu. Yes, turnamen Piala Eropa 1996, yang berlangsung di Inggris merupakan sedikit turnamen sepak bola yang saya ingat detail momen-momen terbaiknya. Satu paling melekat tentu saja perjalanan dan ambisi tim Inggris menjuarai Piala Eropa untuk pertama kali. Tim 'Tiga Singa" dilatih Terry Venables dengan skuad mentereng: David Seaman, Tony Adams, Stuart Pearce, duo Paul (Ince dan Gascoigne), dan duet predator yang terkenal dengan "SAS" (Alan Shearer dan Teddy Sheringham). Southgate barangkali anggota tim termuda kala itu, usia 25. Inggris bermain spektakuler dengan kemenangan meyakinkan atas Skotlandia 2-0, dan me

Novak Djokovic, Juara Sejati yang Layak Dipuji

Gambar
Bisa dihitung jari pertandingan tenis yang menancap kuat di benak yang pernah saya tonton. Di antaranya, final Wimbledon 2008, 2009, dan 2019; serta final Australia Terbuka 2012. Semua laga di atas melibatkan minimal satu dari Roger Federer (Swiss), Rafael Nadal (Spanyol), dan Novak Djokovic (Serbia). Pecinta tenis mengistilahkan mereka adalah 'Big Three', mendominasi 59 dari total 70 trofi Grand Slam, terhitung sejak Wimbledon 2003. Belum ada petenis di luar merekea- kelahiran 1990-an yang bisa menghentikan dominasi ketiganya dalam persaingan turnamen selevel Grand Slam. Laga epik teranyar yang akan dikenang sepanjang sejarah tenis terjadi adalah duel akbar Nadal berhadapan dengan Djokovic di babak semifinal Perancis Terbuka 2021 pada Jumat malam (11/6/2021) atau Sabtu dinihari waktu Makassar. **** Semua paham Nadal telah menjuarai Perancis Terbuka sebanyak 13 kali, sejak yang pertama pada 2005. Pencapaian yang tidak mungkin dipatahkan, disamai atau sekadar didekati petenis ma