Bertandang ke Balikpapan dan Samarinda


Perjalanan ke Kalimantan Timur kali ini urusan keluarga. Sepupu Vera, istri saya, menikah di Balikpapan pada Sabtu 20 Mei 2023 silam.

Satu pagi itu Jumat 19 Mei 2023, kami berangkat berempat, bersama orangtua, dengan menumpang maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT-672. Perjalanan ke Balikpapan dari Makassar ditempuh sekitar 75 menit.

Ketika menjejakkan kaki Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman atau Sepinggan pukul 10 pagi, kita terkesima dengan bandara megah dengan fasilitas modern. Pelayanannya lebih baik daripada Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.  

Sepinggan memadukan desain modern seperti terminal 3 Soekarno Hatta dengan ikon karakter khas Kalimantan seperti ragam patung, pahatan kayu, dan replika orangutan dengan suasana hutan. Sepinggan masih terletak di dalam kota yang tak jauh dari pusat-pusat kota.

Kami sudah ditunggu di pintu kedatangan oleh Om Akhiruddin atau Om Udin, sahibul bait yang besok akan menikahkan putri bungsunya, Rizki Fitriani dengan Fadhillah Bobby Eko Wahyudi atau akrab disapa Bobi. Akad nikah dan resepsi akan digelar di Hotel Novotel Balikpapan, di Jalan Brigjen Ery Suparjan, Klandasan Ulu.


Sudah lama saya mendengar kota Balikpapan semakin modern, karena pesatnya pertumbuhan industri, terutama produksi minyak yang melimpah yang menggerakkan perekonomian setempat. Balikpapan sering dijuluki kota "minyak' berpenduduk hampir 1 juta jiwa adalah gerbang utama Kalimantan Timur dan akan menjadi penyanggah ibukota Nusantara ke depan.

Om Udin mengantar ke rumahnya di kawasan Sumber Redjo untuk makan siang dengan menu Soto Banjar, yang dimasak oleh tante Masniah, istri om Udin, yang memang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di Kaltim selain orang Bugis, banyak juga dihuni etnis Banjar. Om Udin sendiri sudah 40 tahun merantau ke Balikpapan.

Selesai menyantap hidangan istimewa, kami menjalankan ibadah salat Jumat di Masjid Al Hijrah, tak jauh dari kediaman. Kemudian baru diantar ke hotel yang berdekatan dengan gedung perwakinan, supaya mudah diakses. Ayah dan istrinya menginap di Ibis yang masih satu area dengan Novotel. Sedangkan Vera dan saya memilih Hotel Menara Bahtera, di Jalan Gadjah Mada, Klandasan Ilir, ini hotel klasik, tepat berdiri di depan Plaza Balikpapan.

Setelah istirahat, pada sore kami sempatkan jalan-jalan ke Balikpapan Super Blok (BSB) dengan armada Grab, tak sampai 30 menit dengan tarif 22 ribu rupiah saja. BSB adalah kawasan premium baru di Balikpapan, berdiri gedung perkantoran, hotel-hotel bintang, apartemen, dua mall, sekolah, dan wisata rekreasi.

Vera dan saya memilih makan malam Sushi dan ngopi Starbucks di Pentacity Mall, sekalian janji bertemu dengan Icha dan Ais anaknya, keluarga yang juga sudah lama menetap di Balikpapan. Pentacity Mall ini sangat nyaman dan lengkap tenant-tenant brand terkenal. Mudah menjumpai ekspatriat atau orang Jakarta di sini yang barangkali sedang ada kerjaan di Balikpapan.

Sebelum balik ke hotel, kami mampir di Novotel mengecek persiapan hall pernikahan. Rupanya pernikahan di Balikpapan berlangsung simpel dan tidak ribet, jika dibandingkan perkawinan yang digelar di tanah Bugis dan Makassar. Tak ada rangkaian seperti malam suci (mappaci) sebelum hari akad, dan tak ada aktivitas kesibukan di rumah pengantin. 


Besoknya akad pernikahan dilaksanan tepat waktu pada pukul 8, dan segera dilanjutkan resepsi di gedung yang sama. Kami tentu saja terlambat mengingat kebiasaan di Makassar, yang selalu memulai akad nikah paling cepat pukul 10.00. 

Pesta perkawinan Kiki dan Bobi menjadi ajang silaturahmi keluarga besar yang menetap di Balikpapan dan sekitarnya. Banyak hal yang kami diskusikan sambil menikmati aneka menu yang mengguggah selera, kambing guling contohnya yang menjadi favorit tamu undangan. Sayang  pada pukul 12.30, Vera dan saya pamit duluan meninggalkan pesta karena kami segera berangkat menuju Samarinda.

****

Gita dan Ayyub, suaminya, sahabat lama di Makassar sejak lima tahun lalu sudah menetap di Samarinda. Sabtu pagi itu dari Samarinda mereka menjemput Ita dan Appi di Sepinggan, yang menyusul dari Makassar. Jadilah kami berenam, tiga pasangan suami-istri menikmati bersama liburan singkat di Balikpapan dan Samarinda.

Vera dan saya bergabung dengan mereka saat makan siang di Rumah Makan Kampung Pasir yang menyatu dengan Pantai Kemala Balikpapan. Sambil menyantap hidangan seafood segar, es kelapa muda, kita menikmati pemandangan pantai dengan pasir putih dan angin yang bertiup, tak ketinggalan sesi foto-foto momen yang langkah di sini.

Menjelang sore melanjutkan perjalanan ke Samarinda via tol. Tol pertama di Pulau Kalimantan, baru beroperasi pada 2021 yang berjarak 100 kilo meter dengan tarif 100 ribu rupiah. Lewat tol memangkas waktu hampir dua jam jika menggunakan jalan biasa yang sering disebut Bukit Soeharto. Ruas tol Balikpapan-Samarinda terpantai masih sepi dan beberapa bagian jalannya kurang mulus. Butuh waktu 75 menit tiba di Samarinda, ibukota Kalimantan Timur. 

Tiba di Samarinda bertepatan dengan waktu salat magrib. Bagi saya pribadi, Samarinda ibarat Makassar 10-15 tahun lalu, relatif sepi dan banyak bagian kotanya tidak tertata dengan baik. Berbeda dengan Balikpapan yang rapih dan tertib.


(dokumen pribadi)

(dokumen pribadi)

Ayyub mengajak kami ke SkyHouse rooftop Mercure Hotel, ngopi sambil menikmati Samarinda dari ketinggian. Tampak kota Samarinda yang dibelah Sungai Mahakam yang terkenal dengan banyak kapal dan perahu nelayan, dan kemegahan Masjid Islamic Centre yang indah dengan kilauan lampunya terpantul di permukaan tepian Mahakam. Satu malam minggu berkesan dengan dihibur live music.  

Kemudian kami diajak hangout di Big Mall, pusat perbelanjan terbesar di Samarinda, setelah itu pulang ke rumah Gita, menjelang pukul 12 malam. Ya kami menginap di rumah mereka yang baru setahun selesai dibangun.

(dokumen pribadi)

Besok pagi setelah sarapan, kami berkunjung ke pasar yang dikenal Citra Niaga Samarinda,  pusat kerajinan, sekadar membeli oleh-oleh. Kemudian makan siang di RM Pondok Borneo Kepiting Asap. Restoran seafood paling terkenal bagi pendatang, berlokasi di Jalan Abu Hasan. Saya menyantap 1 porsi lebih kepiting asap soka telur dengan paduan racikan bumbu pedas manis seperti bumbu rendang. Lezat sekali rasanya lain daripada kepiting lain.


Pukul 13.00 kami sudah harus balik ke rumah untuk bersiap pulang. Flihgt pukul 17.00 memaksa kami lebih awal ke Balikpapan. Kali ini Ayyub menyewakan kami satu unit mobil untuk mengantar ke Sepinggan. 

Meskipun singkat, perjalanan ke Kaltim adalah pengalaman berkesan, bersilaturahmi dengan keluarga besar di Balikpapan dan menikmati liburan singkat bersama sahabat di Samarinda.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja