Usain Bolt 9,58 Detik dan Batas Kemampuan Manusia

Nama Usain Bolt dari Jamaika melejit bak roket pada Olimpiade Beijing 2008 ketika meraih emas double sprint nomor prestise individual, 100 meter dan 200 meter, lengkap dengan torehan rekor terbaik dunia di Bird Nest Stadium, Beijing. 

Bolt berlari 100 meter hanya ditempuh dalam 9,69 detik!!, memperbaiki catatan 9,72 detik miliknya sendiri. Berselang dua hari kemudian pada nomor 200 meter, waktu terbaik 19,32 detik milik sprinter legendaris AS, Michael Johnson, yang telah bertahan 12 tahun, tumbang oleh kilatan kaki Bolt dengan catatan 19,30 detik. 

Dunia olahraga dibuat tercengang bagaimana bisa seorang Bolt berlari begitu cepat jauh meninggalkan rivalnya. Euforia, kehebohan, serta puja-puji mengalir kepadanya. Namun dunia ini tidak indah jika setiap orang memiliki asumsi seragam. 

Tidak sedikit meyakini apa yang diperoleh Bolt adalah sebuah konspirasi, atau menggunakan zat terlarang untuk menunjang daya dorong tubuhnya secara kejap mata. Atau apalah caranya. Bolt didakwa curang. 

Namun Bolt membuktikan hasil tersebut adalah buah dari bakat dan kerja keras latihan yang bertahun-bertahun. Bukan metode jalan pintas layaknya kehebohan yang dibuat oleh sprinter Kanada, Ben Jonson, di Olimpiade Seoul 1988.

Fenomenal Bolt berlanjut setahun kemudian di Kejuaraan Dunia IAAF 2009, di Berlin Jerman. Dengan mudah Bolt menyabet dua nomor bergengsi tersebut sekaligus kembali menajamkan catatan rekor. Waktu 9,69 detik dipertajam jauh menjadi 9,58 detik!. 

Catatan yang menghapus mitos bahwa tidak akan ada manusia yang sanggup menembus waktu di bawah 9,6 detik. Bolt malah sepersepuluh detik lebih cepat dari angka sakral itu. Esoknya nomor 200 meter, waktu 19,30 detik dipercepat dengan hanya menyentuh 19,19 detik di timeboard. Dunia lagi-lagi gempar. 

****

Pada Olimpiade London 2012, Bolt masih difavoritkan untuk mencetak prestasi sama mempertahankan kejayaan emas olimpiade, namun Bolt juga sedikit diragukan, melihat persiapan dan turnamen pra olimpik yang kurang maksimal. 

Hanya sprinter legenda AS, Carl Lewis, yang mampu meraih medali emas olimpiade dua kali berturut-turut dari dua nomor itu, yakni pada Olimpiade Los Angele 1984, dan Olimpiade Seoul 1988 (berkat diskualifiaksi Ben Jonhson akibat doping). 

Jika ingin dikenang abadi, perlihatkan aksimu di panggung yang megah. Dan tak ada yang lebih akbar dari Olimpiade. Begitu mungkin yang ada di benak Bolt. 

Maka lintasan atletik Stadion Olimpiade London akhirnya menjadi saksi “pentahbisan’ nama Bolt sebagai raja dan legenda atletik, mengambil alih tahta Carl Lewis. Prestasi Bolt mencegangkan. Memenangkan medali emas 100 meter dengan rekor waktu terbaik olimpiade, yakni 9,63 detik. Medali emas 200 meter juga berhasil dipertahankan walau tidak memperbaiki catatan rekor waktunya di Berlin 2009.

Namun sensasional Bolt rupanya masih berlanjut pada Olimipade Rio de Jeneiro 2016. Ia sekali lagi mengulangi prestasi pada dua olimpiade sebelumnya. Dua medali emas dari individu dan satu medali emas dari nomor estafet 4x100 meter. 

Fenomena Bolt membuat banyak orang bertanya-tanya butuh berapa puluh tahun atau perlu berapa kali olimpiade digelar untuk bisa menyamai raihan Bolt, hettrick emas pada tiga olimpiade.

Banyak yang menilai tantangan dan musuh Bolt tidak lagi berkutat kepada rival-rivalnya yang sepertinya hanya mengincar posisi runner-up. 

Sejak menembus rekor di Berlin 2009, Bolt dihadapakan dengan misi ajaib, apakah ia bisa menembus catatan waktu di bawah 9,5 detik. Memungkinkan sebenarnya, kalau kita menganalisis bagaimana Bolt sedikit kurang maksimal di garis start, para pengamat memprediksi itu akan bisa digapai. 

Jika ia bisa ‘memperbaiki kekurangan” itu Bolt diyakini bisa menyentuh waktu 9,4 detik, fantastis. Para ilmuwan sendiri juga sudah meneliti bahwa batas kemampuan manusia untuk jarak 100 meter, bakal mentok di 9,2 detik. Mustahil mengharapkan lebih dari itu. 

Seperti yang sudah tercatat dalam sejarah, hingga Bolt pensiun dari lintasan atletik pada 2017 pada usia 31, waktu terbaiknya tetap 9,58 detik. 11 tahun sudah waktu itu bertahan. Pertanyaan besarnya siapa yang akan menumbangkan?

Saya kadang membayangkan jarak 100 meter cukup ditempuh 9 detik lebih sekian ternyata lebih cepat daripada waktu saya mengenakan sehelai baju. 

Kaki Bolt seperti kilat.

Salam.


 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja