Rivalitas Mourinho vs Guardiola

Hidup adalah tentang perjuangan dan perubahan. Barangkali ungkapan ini juga dapat menggambarkan rivalitas antara Jose Mourinho dengan Joseph Guardiola.

****

Terlebih dulu saya ingin mengenang salah satu alasan menjadi penggemar Liga Inggris--sejak tahun 1996: Alex Ferguson (Manchester United) dan Arsene Wenger (Arsenal). Barangkali sekitar 50 laga saya tonton duel mereka di tepi lapangan. Dan pada akhirnya mendoktrin saya bahwa bentrok The Red Devils versus The Gunners sesunggunya persaingan dua manusia jenius sepak bola, Fergie dan Wenger.

Kedatangan Jose Mourinho ke Chelsea (edisi I) pada 2004 hingga 2007 sedikit demi sedikit membuat rivalitas Fergie-Wenger terkikis. Dan semakin pudar sampai Fergie pensiun di akhir musim 2013 dengan trofi EPL ke-13.

EPL tanpa Fergie terasa berbeda. Biarpun Jose Mourinho sudah kembali ke Chelsea setelah sukses bersama Inter Milan dan Real Madrid. Mourinho masih bisa membawa Chelsea juara di musim 2015, sebelum dipecat kedua kali oleh Roman Abramovich di paruh pertama musim lalu. EPL juga tak sama tanpa Jose Mourinho.

****

Mourinho merupakan salah satu aktor utama protagonista sekaligus antagonista lapangan sepakbola Eropa yang paling menonjol, setidaknya dalam kurun waktu 12 tahun terakhir.

Saya belum lupa kesan pertama bagaimana bisa menggemari laki-laki flamboyan asal Setubal, Portugal, 53 tahun ini. Itu terjadi pada leg-2  babak perdelapan final Liga Champions 2004 antara Porto melawan Manchester United. Mourinho melakukan selebrasi heroik setelah Porto berhasil menyingkirkan United di Old Trafford melalui late gol.  Setelah momen itu,  Mou (Porto) tak terbendung menjadi juara.

Saya juga masih sering mengulang menyaksikan (di Youtube) selebrasi provokasi Mou di Camp Nou, setelah klub Inter yang dilatihnya berhasil menghentikan laju Barcelona di semifinal Liga Champions 2010. Ketika itu Barcelona dianggap klub terbaik sejagat dengan treble trofi di musim sebelumnya melalui konsep tiki-taka yang diciptakan Joseph Guardiola.  

Aksi Mou yang berlari ke tengah lapangan dianggap pendukung Barcelona keterlaluan dan menyulut api permusuhan dengan publik Catalunya. Dari sini rivalitasnya bersama Pep (Barcelona) dimulai, karena di musim selanjutnya Mou membesut Real Madrid, musuh abadi Barca.

Sampai kemudian Pep secara mengejutkan mundur dari Barcelona pada 2012, saat Mou bersama Real berhasil mematahkan dominasi Barcelona di La-Liga. Koran Telegraph, menulis salah satu faktor keputusan itu karena permusuhan dengan Mourinho. Pep merasa tertekan dan tidak lagi sanggup meladeni Mou yang tak berhenti menyulut permusuhan dengannya.

Pep sempat istirahat dari ingar bingar sepak bola selama setahun, ia mengambil sabatikal. Dan seperti yang kita tahu dia melanjutkan karier di klub Bayern Munchen, sejak tahun 2013. Waktu di mana Mou kembali ke persaingan Liga Inggris yang dinilai paling kompetitif. Meski berbeda pertarungan, Mou masih sempat mencibir keputusan Pep memilih Bayern. Kata Mou, ofisial pembawa seragam pun bisa membawa klub Bayern menjadi juara Bundesliga.

Di manapun Mou berada, sosoknya selalu penuh kontroversi. Semua orang sudah tahu pernyataannya akan mengundang perdebatan bahkan kebencian dan permusuhan kepada seluruh unsur yang terlibat di sepak bola. Mulai dari otoritas UEFA, pelatih lawan, supporter, media, bahkan rumah judi.

Dan seperti kita ketahui Pep pun datang ke Inggris untuk melatih Manchester City. Barangkali merasa tertantang dengan propaganda Mou, yang kemudian didapuk mengembalikan kesuksesan MU yang hilang aura sepeninggal Fergie.

Setelah dipecat MU, Mou kembali menukangi klub London yang sangat haus trofi, Tottenham Hotspurs, sehingga rivalitas Mou dengan Pep masih berlangsung dengan ketat. 

Rivalitas yang selalu banyak disorot. Pertarungan penuh ambisi, kebanggaan, prestise, dan mungkin saja dendam keduanya.

Saya mulai bisa paham bahwa sepak bola memang bukan sekadar di atas lapangan saja.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja