Cerita Membangun Rumah
Sejak perkawinan pada 2012, saya dan Vera, istri, tinggal bersama ayah mertua, di satu kompleks perumahan selama tiga tahun. Siti, anak pertama kami, lahir pada 2013 dan tumbuh balita di rumah tersebut. Dari pengalaman itu, saya sempat berpikir praktis, jika punya uang cukup, ingin membeli satu unit rumah impian siap huni di kompleks perumahan yang lengkap fasilitasnya. Entah mulai kapan saya berubah sikap, tak lagi berminat punya rumah modelnya seragam di cluster-cluster yang dibangun developer. Ada perasaan tidak sreg tinggal di rumah yang kami anggap bukan rumah pribadi yang mencerminkan identitas dan karakter penghuninya. Saya menyampaikannya kepada Vera, dan ia pun pada intinya berpikir sama. Pada tahun 2016, kami membeli dengan cara mengangsur sebidang tanah dengan luas 150 m2 yang di atasnya berdiri rumah tua milik keluarga Vera. Dengan segala kekurangannya, kami mulai tinggali rumah tersebut, bersamaan dengan lahirnya anak kedua, Uswa, pada Januari 2016. Butuh empat tahun u