Merayakan PSM Makassar Juara Liga Indonesia 2023

PSM Makassar adalah klub dengan sejarah besar sepak bola di Indonesia. 

PSM bagi kami warga Makassar, bukan hanya sekadar tim sepak bola. PSM adalah simbol pemersatu, sarana perjuangan, wadah sosial masyarakat merayakan ekspresi tanpa sekat.

PSM memiliki hubungan emosional begitu intens dengan pendukungnya. Sudah mendarah daging dan budaya hidup mereka sehari-hari. Kita bisa saling tak mengenal tapi saat berbicara PSM mata kita semua berbinar. Ada begitu banyak fans militan, sabar, dan tegar, yang terbukti selalu setia pada PSM.

****

Awal kecintaan saya kepada PSM terjadi pada 1992, 31 tahun silam. Saat itu, PSM berhasil menjuarai kompetisi Divisi Utama Perserikatan, dan saya masih anak SD berusia 11.

Sejak itu, saya merasa sah sebagai fans PSM yang rajin menyambangi Stadion Mattoanging, berjarak sekitar 3 kilo meter dari rumah, hanya untuk menyaksikan pemain-pemain PSM berlatih pada sore hari.

Kompetisi Liga 1995/1996 adalah musim paling berkesan dan emosional bagi saya sebagai fans Juku Eja. Nyaris semua laga home PSM di Mattoanging yang legendaris saya datangi. Untuk membeli tiket terkadang saya mesti menyisihkan uang saku jajan yang diberikan ayah.

Skuad PSM musim itu sangat bagus. Dimanajeri Nurdin Halid, PSM mengguncang bursa transfer. Nurdin mengontrak tiga pemain Brasil, bek Marcio Novo, playmaker Luciano Leandro, dan striker paling tajam kala itu, Jecksen F Tiago. Beberapa pemain elite nasional pun bergabung demi ambisi besar "Pasukan Ramang", menjuarai Liga Indonesia II.

Sayang sekali, PSM yang sangat tangguh sejak awal dan difavoritkan ternyata gagal menjadi kampiun setelah kalah 0-2 dari Bandung Raya yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno pada 6 Oktober 1996. Saya masih merasakan pil pahit jika mengenang laga final tersebut. Patah hati.

PSM baru mewujudkan impian juara pada musim 1999/2000. PSM kembali menjadi tim yang solid sewaktu Nurdin Halid balik kandang dari klub Pelita Jaya. Pemain asing dan pemain nasional terbaik kembali didatangkan untuk membangun skuad super. Sekadar menyebut Carlos De Melo, Kurniawan 'Kurus', Bima Sakti, Miro Baldo Bento, dan Aji Santoso. Pelatihnya Henk Wullems, si-menir dari Belanda. 

PSM akhirnya menjadi juara pada Liga Indonesia VI setelah mengalahkan Pupuk Kaltim Bontang dengan skor 3-2 di final. Jadilah PSM klub pertama di luar pulau Jawa yang berhasil juara kompetisi kasta tertinggi. Prestasi PSM ini dilengkapi dengan keberhasilan melaju ke babak perempat final dan menjadi tuan rumah Liga Champions Asia 2001, di Mattoanging.

PSM dan masyarakat Makassar mendapat pengalaman menakjubkan ketika mereka bertanding dengan kekuatan elite Asia, seperti Samsung Blue Wings dari Korea; Jubilo Iwata jawara J-League; dan Shandong Luneng dari China.

Pada musim 2000/2001, PSM nyaris saja mengukir sejarah besar mempertahankan trofi. Namun Persija Jakarta berhasil membalas dendam mengatasi perlawanan PSM di pertandingan final, sekaligus memenangkan trofi pertama bagi tim ibukota. Nama Bambang Pamungkas melejit hingga menjadi legenda hidup Persija. Luciano Leandro pun harus memohon maaf kepada suporter PSM karena dia sudah berkostum "Macan Kemayoran" kala itu.

Setelah itu selama dua dekade PSM berpuasa gelar. Sulit mempercayai klub besar dengan sejarah panjang dan dukungan fanatik tak memenangkan kompetisi tertinggi selama 23 tahun.

****

Ketika PSM Makassar mengukuhkan diri sebagai juara Liga 1 2022/2023 di pekan ke-32 pada Jumat 31 Maret 2023, setelah mengalahkan Madura United 3-1 di Pamekasan, pendukung PSM menggambarkan apa artinya menjadi juara Liga Indonesia lagi. 

Penantian panjang 23 tahun akhirnya berakhir manis. Mereka telah melalui waktu lama dengan harapan, kekecewaan, kemarahan, kerinduan, dan kini tahu betul pentingnya menantikan momen juara ini. Benar-benar ujian kesabaran yang berbuah sangat manis. 

Kembalinya gelar tertinggi sepak bola nasional ke Makassar merupakan impian besar Juku Eja. Jadi Jumat malam itu ada sesuatu yang tidak biasa. Saya tak ingin ketinggalan, setelah kelar nobar, saya ikut bergabung bersama puluhan ribu suporter turun ke jalan menggelar konvoi merayakan secara langsung euforia bagaimana nikmatnya menjadi juara. 

Susasana semarak terlihat di mana-mana, di seluruh penjuru kota Makassar menjelang pergantian hari. Yel-yel dan nyanyian menggema "Juara! Juara!", "Champione", "Ewako PSM". Tak ketinggalan kembang api dan suar memeriahkan suasana malam itu hingga waktu sahur Ramadan hari ke-10.

Ini pertama kali buat saya turut pawai juara, karena ketika PSM juara pada 1992, saya masih kanak-kanak. Kemudian saya juga absen saat terakhir PSM juara pada musim 2000, karena sedang kuliah di Jogja.

Melihat dan merasakan momen malam bersejarah tersebut menciptakan perasaan bangga menjadi warga Makassar, bagian dari PSM. Benar kata teman-teman saya bahwa PSM adalah identitas kebanggaan Makassar paling hakiki.

Ewako PSM!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja