Taif: Kota di Pegunungan Hijaz Penghasil Bunga Mawar (3)

Rombongan kami mengadakan tur berkesan yakni wisata sejarah dari Makkah ke Taif.

Pada Senin 14 April 2025 pukul 9:45, dari Hilton Convention Jabal Omar, Ibrahim Al Khalil, Makkah, Bus Rawahel Al-Mshaer yang dikemudikan Ahmed Abdel Fadil Younis, berangkat menuju kota Taif.

Taif berjarak 120 kilo meter bagian tenggara kota Makkah. Terletak di ketinggian 1.879 meter di Pegunungan Hijazi, yang merupakan bagian dari Pegunungan Sarat di Semenanjung Arab. Rute menuju ke sana seperti ke Puncak Bogor, menanjak dan berkelok-kelok, tapi jalanan di sini sangat lebar, aspal mulus, dan anti kemacetan. 

Di perjalanan kita dapat melihat banyak rumah-rumah mewah milik para Emir Saudi, atau orang-orang kaya Saudi, sebagaimana villa di puncak sebagai tempat berlibur orang-orang kaya dari Jakarta. Begitu masuk Taif, udara dingin mulai terasa ke tubuh, meski saat ini musim panas dan sinar matahari masih tanpak. Tak seperti kota Makkah dan kota-kota lain di Arab Saudi, Taif memang memiliki suhu udara sejuk sepanjang tahun.

Karena cuaca yang sejuk dan menyenangkan itulah, Taif sering dikunjungi para peziarah. Padahal selain karena cuaca, Taif menyimpan sejarah panjang terkait perkembangan dan penyiaran Islam, terkhusus perjalanan Rasulullah SAW menghadapi banyak tantangan dalam melakukan dakwah Islam.

Pada 620 M, istri Rasulullah SAW,  Siti Khadijah wafat, kemudian disusul pamannya Abu Tholib, dalam waktu yang sangat berdekatan. Keduanya sangat disayangi Rasulullah SAW, dua figur yang menopang dakwah Rasulullah SAW di Makkah.

Rasulullah SAW bersama anak angkatnya, Zaid Bin Haritzah, berjalan kaki berangkat ke Taif untuk mencari penghibur, mencari teman, karena tugas Rasulullah SWA adalah menyampaikan kalimat tauhid.

Sayangnya seruan Rasulullah SAW kepada penduduk Taif untuk bertakwa kepada Allah SWT, mendapat penolakan keras. Rasulullah SAW mendapat perlakuan buruk, dicemooh, dihinakan, bahkan dilempari batu, kayu, atau apa saja yang menyakiti badan Rasulullah SAW. Sungguh suatu tantangan Rasulullah membangun peradaban Islam.

****

Kami tiba di puncak Al Huda Distric tempat kita menaiki kereta gantung tepat waktu Duhur. Antrean cukup panjang untuk naik kereta gantung, yang akan membawa kita "terbang"  di ketinggian 1700 meter hingga tiba di kawasan wisata Taif Water Amusement Park. Dalam petualangan "telefric Taif cable car", kita dapat melihat pemandangan ajaib jalur berkelok kota Taif yang panjangnya mencapai 100 kilometer. Tapi ketika ditarik lurus melalu rel layang kereta gantung hanya berjarak 3,5 kilo meter, jarak Al Huda ke Water Amusement Park.

Usai bergelantungan, kami menyusuri pusat pemerintahan dan kompleks perniagaan Taif. Berlanjut setelah itu berziarah ke Masjid dan makam Abdullah bin Abbas, sepupu Rasulullah SAW, yang berlokasi di pusat bandar pemerintahan Taif. Masjid ini dibangun pada 592 Hijriah, sarat dengan sejarah penyiaran Islam Rasulullah dan para sahabat. Sangat ramai dikunjungi para peziarah.

Menutup tur, kita diboyong ke Rashed Al Qurashi Factory yang berada di AL Hada, salah satu pabrik penyulingan parfum terbaik di Taif. Taif yang diberkahi tanah yang subur, sudah lama terkenal sebagai penghasil mawar yang cantik. Katanya hampir seribu ladang mawar dengan luas total 2.000 hektar berada di sini. Ketika musim semi yang dimulai April, bertepatan dengan kunjungan kami, ladang-ladang itu seperti "menyulap" lanskap jalur-jalur Taif menjadi merah muda merona.

Musim semi waktunya memanen mawar untuk diolah menjadi parfum berkualitas tinggi, aneka kosmetik, dan untuk industri kuliner. Yang paling mulia dan penting, minyak esensi mawar Taif selalu digunakan untuk membersihkan dinding (kiswah) Kabah yang suci di Makkah.

Kita semua sepakat bahwa Taif adalah kota wisata terindah dan terkemuka di Arab Saudi. Sangat layak dikunjungi untuk menjejak perjalanan Rasulullah, seraya menikmati keindahan dan pesona Taif.













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Review Enlightenment Now: Kehidupan Menjadi Lebih Baik

Kenangan di Prambanan Jazz