Madinah: Hijrah ke Kota yang Sangat Indah (2)
Siapa yang tak bersedih harus berpisah dengan kota suci Makkah?
Seperti Rasulullah SAW bersedih meninggalkan Makkah karena diusir oleh orang-orang Quraish (kaum kafir) kemudian hijrah ke Madinah. Kami pun mengalami perasaan sama ketika tiba waktunya mengucapkan perpisahan dengan kota yang paling diistimewakan Allah SWT. Haru biru dan menitikan air mata ketika melaksanakan tawaf wada pada Rabu pagi 15 April 2025.
Madinah al Munawaroh, berjarak sekitar 457 kilometer dari Makkah ini merupakan kota suci kedua bagi umat Islam. Rombongan kami yang dipimpim mutthowwif Awal bertolak ke Madinah dengan mengendarai bus. Berangkat pada pukul 14:15 setelah salat Dhuhur dan makan siang. Biasanya ditempuh dalam waktu 5 hingga 6 jam, sehingga diharapkan tiba saat waktu salat Isya di Masjid Nabawi.
Ruas jalan Makkah ke Medinah seperti jalan tol standar di Indonesia. Luas dan cenderung lurus. Setiap jalur memiliki tiga lajur yang lebar dengan aspal yang mulus, tidak satu titik pun saya temukan jalanan berlubang, bukti mereka sangat merawat infrastruktur yang sangat penting menunjang mobilisasi penduduk dan peziarah.
Jalan yang menghubungkan dua kota suci tersebut terhampar padang pasir gersang, bongkahan bebatuan, dan di tengah cuaca panas yang sangat terik, suhu mencapai 38 derajat. Saya menggunakan perjalanan ini untuk mengambil tidur mengingat selama perjalanan umroh di Makkah seluruh jamaah hanya tidur secukupnya. Bus hanya sekali singgah untuk salat ashar dan istirahat di rest area di kawasan Khulays al Biyar. Di sini pula driver berganti, yang keduanya ternyata orang Indonesia, Bandung dan Tasikmalaya tepatnya.
Tanda-tanda kita akan memasuki Madinah adalah deretan gunung-gunung menjulang yang ada di sebelah kanan dan kiri.
Konon Rasulullah SAW setiap datang ke Kota Madinah dan melihat tanda-tanda sudah dekat, Rasulullah SAW semakin bersemangat, beliau akan mempercepat langkahnya atau kendaraan unta yang dikendarainya, karena Rasulullah SAW sangat senang sekali, sangat bahagia tinggal di Madinah. Semacam obat yang cukup menghibur rasa sakit dan kesedihan Rasullullah SAW meninggalkan Makkah, tanah kelahiran dan sangat diistimewakan Allah SWT.
Tujuan kita ke Madinah adalah berziarah ke makam Rasulullah SAW. Di Madinah ada Raodah atau kebun surga, karena pada akhir zaman tanah itu akan diangkat dan ditempatkan di surgaNya Allah SWT. Madinah juga tempat turun rahmat Allah SWT. Berziarah kepada Rasulullah SAW dengan harapan kita mendapatkan syafaat.
Selain berziarah, tujuan kami adalah mendirikan salat, memanjatkan doa, dan rangkaian ibadah di Masjid Nabawi, yang pahalanya akan dihitung 1000 kali lipat dibandingkan pahala beribadah di masjid lain.
Kami sampai di Madinah pada pukul 20:10, lebih lambat dari perkiraan. Di Madinah kami menempati Movenpick Hotel, terletak di sebelah tenggara Masjid Nabawi. Setelah makan malam, Vera dan saya langsung keluar berjalan-jalan menyusuri Madina Baadah Districk, super blok yang banyak berdiri hotel dan pusat perbelanjaan.
Baru sekejap menjejakkan kaki, saya langsung menyukai aura kota ini. Vibes-nya luar biasa kuat. Rasanya semua orang akan mudah jatuh cinta pada Madinah, kota yang sangat indah dan penuh kedamaian.
Komentar
Posting Komentar