Legenda Merlion Park dan Kecanggihan MRT (6)

Pada Sabtu 21 September 2024, kami mesti pindah penginapan, dari Yotel di Orchard ke Butternut di Chinatown.

Pukul 12.15 kami check-out tapi masih menitipkan koper-koper di lobi Yotel, karena terlebih dulu kami akan pergi berkeliling ke sejumlah destinasi, Merlion Park, Kampung Bugis, Serangoon, dan tempat apa saja yang masih mungkin dikunjungi.

Menumpang Bus nomor 36 kami menuju Merlion, bus harus berhenti di satu halte sebelum Halte Raffle Place, karena banyak rute yang harus ditutup karena ajang Formula 1. Jadinya kami berjalan jauh, di tengah berjalan kaki di pedestrian yang tertata baik, kami singgah untuk membungkus bekal makan siang McDonald di Raffles City. Saya membayarnya dengan kartu Ez-link senilai SGD-14.

Untuk sampai ke Merlion kami melewati zone Clifford Pier dan Fullerton Hotel, di sini kita melintasi Gate-5 GP Singapura Formula 1. Lalu kita sampai di tepi Sungai Downtown Core, dan Boulevard Fullerton Rd yang luar biasa ramai dan langsung menemui Merlion. Afdal rasanya.

Merlion Park merupakan tempat yang sangat legendaris bagi wisatawan. Dibangun pada 1972 sebagai simbol negara-kota Singapura sekaligus sebagai ikon paling megah untuk menyambut pengunjung luar negeri. Banyak yang menganggap belum lengkap ke "Negeri Singa" apabila belum mengunjungi patung setinggi 8,6 meter ini, yang terinspirasi dari makhluk mitos yang berwujud setengah ikan dan setengah singa yang memuntahkan air pancur.

Seusai berfoto-foto mengabadikan momen, kami bergeser ke taman kecil (Merlion Club) yang terdapat beberapa bangku, di sini kami memakan bekal yang tadi dibeli di McD. Saat makan siang pukul 13.30, tiba-tiba terdengar raungan mobil balap Formula 1. Banyak pengunjung Merlion berusaha mendekat untuk mencoba melihat langsung lesatan mobil Formula 1. Ini juga pengalaman pertama saya mendengar langsung raungan mobil Formula 1. Suaranya benar-benar sangar, memekakkan kuping.

Kunjungan wajib ke Merlion rampung pukul 14.20 destinasi selanjutnya adalah Bugis Village, tapi karena halte bus sangat jauh, kali ini kami untuk pertama kalinya menggunakan Mass Rapid Transit (MRT), dari Stasiun Raffles Place. Setelah melihat maps MRT, kami ubah lagi agenda, awalnya ke Bugis beralih ke Serangoon untuk mengambil barang yang ketinggalan di bus semalam, karena hanya butuh 28 menit dengan MRT, dibandingkan 57 menit menggunakan bus.

Kami tiba di pukul 15.25 di Passenger Service Serangoon. Sekitar 30 menit di sini sebelum balik ke Orchard. Kunjungan ke Bugis kami geser pada besok pagi. Untuk ke Orchard sebenarnya bisa balik dengan line yang sama, tapi kami lebih memilih rute berbeda sekalian berjalan-jalan di beberapa stasiun MRT yang adem dan membuat takjub. Bagaimana cara membuat ratusan stasiun dan mengelola kereta andal di bawah tanah? 

Jika pergi dengan rute line merah, Raffles ke Bishan, dan dilanjutkan line orange Stasiun Bishan ke Serangoon. Pulangnya kami gunakan line ungu dari Serangoon ke Stasiun Dobhy Gaut, yang sangat ramai. Kemudian berganti line merah untuk sampai di Orchard melalui Ion Mall disesaki pengunjung Orchard pada malam Minggu. Saya yang berjalan dengan Uswa sempat terpisah dengan Vera yang berjalan bersama Siti. Beruntung kami dapat bertemu sebelum handphone kami mati kehabisan daya.

Hampir dua jam berjalan-jalan menikmati sore dan malam Minggu. Jajan cemilan, minum es krim wafer di jantung Singapura ini tentu pengalaman langka bagi kami. Kami terus berjalan sampai tiba kembali di hotel mengambil titipan koper, dan kami hijrah ke Chinatown, menikmati lagi suasana baru. 
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja