Berziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW (8)
Satu keistimewaan Masjid Nabawi adalah kubah besar berwarna hijau, di bawahnya terdapat makam Nabi Muhammad SAW, dan dua sahabatnya, yaitu Abubakar As-Siddiq dan Umar bin Khatab. Di masjid ini juga terdapat rumah dan mimbar tempat Muhammad SAW berdakwah menyiarkan Islam.
Namanya Rawdah ul-Jannah, yang berarti "taman surga" atau sering disebut Raudah. Para jemaah yang datang ke Madinah selalu berusaha melakukan ziarah dan berdoa di tempat ini. Tempat paling mulia dan tempat berdoa paling cepat dikabulkan.
Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW merupakan penyempurnaan ibadah umroh, sekaligus bentuk kerinduan, rasa syukur dan cinta kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan para sahabat sebagai umat muslim.
Karena senantiasa membludak, untuk berziarah ke Raudah, sekarang jemaah harus mengajukan izin (tasrih) terlebih dahulu. Salah satunya, dengan mendaftarkan diri dalam aplikasi Nusu. Seluruh jemaah dapat mengunduh, mendaftar, dan memilih jam kunjungan yang masih kosong. Hampir sama saat memilih jadwal foto paspor di Imigrasi.
Grup kami berkesempatan memasuki Raudah pada Kamis sore 17 April 2025. Jadi rombongan kami khususnya jemaah laki-laki hampir 100 orang, berkumpul di lobi hotel pukul 15:30, diawali doa, beriringan menuju Masjid Nabawi melalui pagar 328 di sebelah barat, hingga di area utara (pagar 338), untuk melaksanakan salat ashar.
Usai ashar pada pukul 16:30 kami sudah di depan Raudah di bagian selatan. Ternyata, kami tak bisa langsung masuk, masih diminta menunggu hingga pukul 17:10. Sama sekali tidak ada keluhan menantinya.
Kami mengisi waktu 45 menit dengan berbagai cara. Ada yang lesehan berdiskusi kelompok kecil, ada yang mengaji, ada yang berkeliling menyusuri masjid, dan ada yang berziarah, termasuk saya dan ayah, ke pemakaman umum Baqi, yang berada di sebelah timur masjid.
Baqi adalah pemakaman para sahabat, keluarga Rasulullah SAW, dan jemaah haji yang wafat di Madinah. Areanya sangat luas, tapi sederhana makamnya, hanya batu hitam kecil tanpa nisan di atas setiap pusara. Peziarah hanya diperbolehkan berjalan di jalur selasar sambil berdoa, tidak diperkenankan menabur bunga dan menyiram air.
Ayah dan saya menyelesaikan ziarah di Baqi sekitar 30 menit dengan berjalan sekitar 2 kilometer di bawah matahari yang masih terik menjelang pukul 17:00. Untung air zamzam tersedia dengan mudah di pelataran, penghapus dahaga.
Pukul 17:10, rombongan kami diarahkan masuk ke Raudah dengan satu lajur barisan, melalui pintu nomor 39 (Al-Nisa). Saat berada di dalam, suasam ruangan memang istimewa dan memancarkan aura yang sangat kuat.
Berdiri banyak pilar tiang yang sebagian pemukaan dibungkus logam warna emas, dan di bagian atas membentuk lengkungan setengah lingkaran dengan ukiran kaligrafi berjejer dengan puluhan lampu gantung mewah. Serupa dengan ornamen ruangan lain Masjid Nabawi, namun di Raudah hiasannya lebih mewah. Dinding dan pilar-pilar Raudah di dominasi warna emas, hijau, dan putih.
Makam Rasulullah SAW tidak dapat dilihat, seluruhnya ditutup dinding. Peziarah hanya dapat melihat pintu besar di bagian depan yang penuh hiasan ornamen dan ukiran kaligrafi berwarna emas.
Di situlah jemaah melantunkan salawat dan salam, menjalankan salat tahiyatul masjid, salat taubat, dan ditutup dengan salat hajat masing-masing sebanyak dua rakaat. Saya memanjatkan doa yang khusyuk untuk kesehatan ibu dan ayah, keluarga, dan para teman, terutama mereka yang sudah wafat. Raudah dipercaya termasuk tempat yang mustajab.
Waktu ziarah dibatasi, kurang dari 30 menit saja. Puluhan penjaga atau "laskar loreng" selalu sigap mengarahkan jemaah segera bergeser hingga pintu keluar, supaya memberikan kesempatan peziarah berikutnya. Meski sebentar, kesempatan salat dan berdoa di dekat Rasulllah SAW adalah pengalaman ibadah spiritual yang dalam dan sangat bermakna.
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, saya berjalan menjauh keluar dari Raudah menjelang magrib, ketika tenda-tenda payung masjid yang cantik terlipat otomatis, berganti pemandangan matahari terbenam, lampu-lampu masjid, hotel, pertokoan, yang memancarkan keindahan dan kemegahan.
Sungguh Allah Maha Besar.
Komentar
Posting Komentar