Kejayaan Inter Milan pada 2010 Bersama Jose Mourinho
Mari kembali mengingat final Liga Champions 2010, ternyata sudah 15 tahun berlalu.
Pada Sabtu 22 Mei 2010, pertandingan final Liga Champions antara Inter Milan melawan Bayern Munchen dimainkan di Estadio Santiago Bernabeu, kandang Real Madrid. Ini final pertama yang dilangsungkan pada weekend, karena final-final sebelumnya dimainkan pada Rabu malam. Jadi ada sesuatu yang spesial.
Bayern dan Inter masuk ke final setelah memenangkan dua gelar domestik, yang berarti bahwa keduanya bertarung di Madrid tidak hanya memenangkan Liga Champions tetapi juga meraih treble bersejarah.
Inter dilatih "The Spesial One" Jose Mourinho, beradu strategi dengan Luis Van Gaal, mantan mentornya di Barcelona. Keduanya adalah pelatih pemenang, Mourinho pada 2004 bersama Porto, dan Van Gaal memimpin Ajax pada 1995.
Inter maju ke final setelah melewati Chelsea yang dilatih Carlo Ancelotti di Round-16, Lyon di perempat final, dan kemenangan terkenal atas juara bertahan, Barcelona-nya Pep Guardiola di semifinal. Adapun Bayern menyingkirkan Manchester United asuhan Alex Ferguson dan Lyon.
Takdir akhirnya menentukan Inter Milan yang berjaya di Bernabeu. Mourinho sangat cerdik menggunakan kekuatan kolektif para pemainnya secara maksimal. Mourinho menyusun tim dari gabungan kekuatan Brasil dan Argentina. Empat pemain Argentina dan tiga pemain samba, seorang Belanda, seorang Rumania, seorang Kamerun, dan seorang Makedonia untuk membentuk tim non-Italia super.
Julio Cesar masih berdiri di belakang barisan tangguh, yakni Maicon, Walter Samuel, Lucio, dan Javier Zanetti. Esteban Cambiasso dan Christian Chivu menjalankan perannya sebagai jangkar di belakang Wesley Sneijder, sang kreator, di lini tengah, dan duet striker Diego Milito dan Samuel Eto'o.
Meskipun Bayern menikmati banyak penguasaan bola, mereka tidak mencapai banyak hal penting. Absennya Frank Riberi karena skorsing, menyisakan Arjen Robben dan Bastian Schwensteiger membuat serangan Bayern tumpul, mudah diantisipasi pertahanan Inter.
Di sisi lain, Inter lebih klinis, tim yang lebih solid dalam permainan. Pada menit ke-35, melalui peluang pertama Inter. Julio Cesar menendang bola jauh ke dalam area pertahanan Bayern, yang disundul oleh Deigo Milito ke Weshley Sneijder, yang langsung melepaskan umpan balik ke sisi kanan dalam, yang memungkinkan Milito untuk menerobos pertahanan Bayern dan melepaskan tembakan meyakinkan langsung ke gawang. 1-0.
Pada menit ke-70, Milito sekali lagi mencetak skor, ia menerima umpan Eto'o, menggocek dan mengecoh Daniel Van Buyten yang terhuyung-huyung sebelum kembali melepaskan tembakan keras menaklukkan kiper Jorge Butt. Sekali lagi itu adalah gol indah dari penyerang Argentina, sekaligus praktis mengakhiri pertandingan.
Sebelum peluit akhir dibunyikan wasit Howard Webb, Mourinho menghampiri untuk menjabat tangan Van Gaal di bench Bayern. Bernabeu bergemuruh melihat momen itu. Begitu pula Mourinho, yang menangis sambil tersenyum, berlari ke lapangan, memeluk para pemainnya, dan memberi hormat kepada penonton.
Malam itu memang melodramatis bagi Mourinho, karena final ini adalah pertandingan terakhirnya bersama Inter Milan. Ia akan hengkang ke Real Madrid. Mourinho juga pernah meninggalkan Porto dan pergi melatih Chelsea setelah menang di Gelsenkirchen pada 2004.
Pada intinya dua gol Milito dan kejeniusan Mourinho telah mengakhiri penantian panjang Inter Milan selama 45 tahun sekaligus memastikan treble bersejarah.
Bisakah Inter Milan asuhan Simone Inzhagi memenangkan trofi Eropa keempat pada 31 Mei 2025 mendatang di Munich?
Komentar
Posting Komentar