Magis Messi Akhiri Perlawanan Kebangkitan Kroasia

(sumber: https://www.sportstars.id/read/)


Selalu ada sesuatu yang magis tentang sepak bola Argentina. Piala Dunia Qatar 2022 ini terasa seperti rangkaian festival spiritual kebangkitan Lionel Messi dan para pemujanya.

Sejak debutnya melawan Serbia Montenegro pada Jerman 2006, Lionel Messi sudah 25 kali bertanding di Piala Dunia, dan akan menjadi 26 untuk melewati kapten legendaris Jerman Lothar Matthaus (25 game) dan pesepak bola manapun nantinya sebagai rekor abadi.

Tak ada yang menyangka penampilan terbaik Messi dan Argentina di lima Piala Dunia adalah Qatar 2022, pada usia 35 tahun.

Sejak kalah di pertandingan pembuka Grup C melawan Arab Saudi, mulai saat itu semua pertandingan adalah "final". Skuad ini membuktikan betapa kuatnya mereka, memainkan lima "final" melawan Meksiko, Polandia, Australia, Belanda, dan Kroasia, dan memenangkan semuanya.

Argentina berhasil bangkit dari keterpurukan, lulus ujian berat. Terakhir pada pertandingan semifinal melawan Kroasia, finalis 2018 yang mengalahkan Brasil di perempat final. Itu penampilan Piala Dunia ke-25 Messi, di mana ia mencetak gol ke-11 melewati 10 gol Gabriel Omar Batistuta.

Messi juga menciptakan asis yang kedelapan, sama banyak dengan Diego Maradona. Tapi bukan itu, apa yang Maradona persembahkan pada 1986 untuk negaranya yang paling Messi ingin samakan. Messi telah memenangkan semuanya, selain Piala Dunia.

Melawan Kroasia adalah laga paling mulus bagi Argentina. Kroasia lebih banyak menguasai bola, saat pelatih Argentina Lionel Scaloni memilih strategi berbeda formasi 4-4-2, sebelumnya formasi 4-3-3. Empat gelandang adalah pertama kali dipasang di Qatar adalah Leandro Paredes, Enzo Fernandez, Rodrigo De Paul, dan Alexis MacAllister. 

Formasi yang lebih pasif, menunggu arah permainan sembari membaca sejauh mana Kroasia terperangkap yang dipaksa bermain agresif. Terbukti dua gol dalam rentang waktu lima menit setelah setengah jam permainan, menunjukkan ampuhnya taktik Scaloni. 

Dari serangan balik, tiba-tiba Julian Alvarez menerima umpan terobosan yang langsung menghabisi lini belakang Kroasia, dan Alvarez tinggal berhadapan dengan kiper Dominic  Livakovic, yang sengaja atau tidak, menabrakkan dirinya ke Alvarez.

Wasit Danielee Orsato tanpa ragu memberikan tendangan penalti untuk Argentina yang dieksekusi dengan keren oleh Messi. Tendangan kiri keras menghujam bagian atas jala, walau arahnya sudah dibaca Livakovic.

Gol kedua lima menit kemudian lebih pahit bagi Kroasia karena lagi-lagi terperangkap blitzgkrieg, serangan kilat Argentina. "Lidah Api" terjebak dalam transisi cepat setelah Argentina bisa menghalau tendangan sudut yang tanggung.

Bola mengarah ke Messi yang berebut dengan Marcelo Brozovic di dekat tengah lapangan, namun meski merasa dilanggar Brozovic, Messi masih sempat mengumpan pendek pada Alvarez yang kemudian melakukan solorun setengah lapangan melewati dua bek Kroasia Borna Sosa dan Dejan Lovren.

Saat masuk ke kotak, bola menjadi liar, Lovren dan Sosa hilang keseimbangan dan terjatuh sehingga Alvarez beruntung mendapat break, dengan mudah menyontek bola masuk ke gawang Livakovic yang tak sanggup menyelamatkan. Gol ajaib dari Alvarez!

Kroasia tak lagi dapat keberuntungan. Skor 2-0 seperti mengakhiri perlawanan kebangkitan Kroasia yang selama ini sukses dipertunjukkan. Kroasia sudah sangat kesulitan, mereka tak pernah ketinggalan dua gol untuk bisa membalikkan kemenangan. Momen gol kedua adalah pukulan sangat telak yang membuat Vatreni makin menderita menjalani babak kedua.

Kroasia tak pernah pulih paruh kedua, Argentina sebaliknya, mereka lebih nyaman, lebih tenang, dan lebih taktis mengontrol tempo. Praktis Argentina mendikte barisan belakang Kroasia dengan membangun rangkaian serangan berbahaya yang kreatif dari berbagai sisi. Peluang demi peluang diciptakan Albiceleste.

Puncak penampilan Argentina adalah apa yang kita saksikan pada menit ke-69, Messi menerima bola di sebelah kanan, dia lari dikawal ketat Josko Gvardiol, salah satu bek terbaik turnamen berusia 20. Messi menguasai bola terus menerus, menggiring, memperlambat, berhenti, berputar, membuat Gvardiol bingung. Lalu ia masuk paling dalam dekat garis belakang, kemudian mengoper ke Alvarez di tiang dekat yang tak mungkin meleset dari jarak enam meter. Gvardiol tidak berdaya. Begitu pula Kroasia. 3-0.

Aksi fantastis Messi mencengangkan, menciptakan asis untuk gol kedua Julio Álvarez. Asis brilian Messi adalah asis terbaik di Qatar menurut saya. Messi dan rekan-rekan pun sukses membalas tuntas dendam kekalahan dari Kroasia di fase grup Piala Dunia Rusia 2018, 0-3.

Messi dalam performa terbaiknya di Stadion Lusail, yang atmosfernya bagai di Buenos Aires karena dipenuhi suporter Argentina. Dia menunjukkan kualitas pemain terbaik di dunia. Terpilih sebagai man of the match untuk keempat dari enam penampilan sejauh ini.

Setelah pertandingan berakhir, skuad Argentina berdiri bersama sebagai satu kesatuan, bergandengan tangan, melompat kegirangan di depan para pendukungnya. Lionel Messi melompat-lompat penuh semangat, senyum lebar terpancar di wajahnya.

Sepertinya dia tidak terlalu khawatir dengan Perancis atau Maroko, lawan di final yang bisa mengubur ambisinya. Ia ingin merayakan sejenak melepaskan beban berat.

Lionel Messi meraih panggung terbesar untuk tarian terakhirnya yang elegan, final Piala Dunia 2022, melawan Perancis juara bertahan pada Minggu malam di Stadion Lusail, Qatar. Sudah lama, terakhir kali dia mencapai final Piala Dunia delapan tahun lalu di Brasil.

Ia bertekad menebus kekalahan di final 2014 melawan Jerman. Messi tinggal satu kemenangan lagi untuk meniru Diego Maradona, yang menginspirasi Argentina ketika mereka menjadi juara dunia pada 1986.

Semua orang tahu bahwa ini akan menjadi Piala Dunia terakhir Messi, akhir dari perjalanan dari pemain yang dianggap terhebat sepanjang masa. Bahwa kita mungkin tidak akan pernah melihatnya lagi sangat terasa di setiap pertandingan.

Apakah Lionel Messi pantas memenangkan Piala Dunia di turnamen terakhirnya?

Para penggemar Argentina percaya bahwa perjalanan panjang ini sudah ditakdirkan bahwa Messi akhirnya memenangkan Piala Dunia.

Salam Piala Dunia.

Hayya Hayya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja