Singa Teranga Senegal Siap Menerkam

(sumber: https://www.wowbabel.com/olahraga/pr-5985869951)

Pelajaran Geografi dan Sejarah pada masa sekolah hanya cukup membuat saya mengenal negara Afrika Selatan, Nigeria, Kamerun, atau Zimbabwe.  

Saya tidak pernah tahu di benua Afrika ada negara Senegal, sampai kemudian negara di Afrika bagian Barat yang beribukota Dakar dan berpopulasi sekitar 15 juta jiwa ini menjadi negara peserta Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002.

Senegal mendapat kehormatan menjadi penantang Les Bleus Perancis di pertandinan pembuka Piala Dunia yang digelar pertama kali di luar benua Eropa dan Amerika. Tentu saja Senegal dipandang remeh di Grup A yang menggabungkan Perancis, Uruguay, dan Denmark.

Sejarah telah tertulis, Senegal membungkam dan menjungkirbalikkan semua prediksi pundit, media, dan bursa taruhan dengan menumbangkan Perancis yang saat itu berstatus sebagai juara Piala Dunia 1998 dan juara Piala Eropa 2000. Gol tunggal Papa Diob ke gawang Fabien Barthez telah tercatat sebagai salah kejutan terbesar dalam sejarah pertandingan Piala Dunia. 

"Singa Teranga" julukan Senegal melangkah jauh pada debutnya di Piala Dunia, melebihi harapan siapa saja. Setelah lolos dari grup maut, di babak perdelapan final, Senegal berhadapan dengan Swedia yang sukses menyingkirkan favorit utama turnamen, Argentina. Bertanding solid dan tak kenal lelah, mereka menerkam Viking Blagult, 2-1 lewat drama golden goal, setelah tertinggal lebih dulu.

Kemenangan yang menjadikan Senegal menyamai prestasi Kamerun sebagai negara Afrika yang berhasil masuk perempat final Piala Dunia. Senegal disebut oleh jurnalis sebagai tim "ajaib". Pasukan "Singa Teranga" akhirnya dijinakkan Turki dengan skor tipis 0-1, di Osaka, Jepang, juga melalui gol di masa perpanjangan waktu.

Senegal ketika itu dilatih Bruno Metsu, orang Perancis berpenampilan seperti seniman dengan rambut pirang gondrong. Bruno Metsu membangun tim dan kemudian mengibaratkan pasukannya yang terdiri dari Papa Malik Diop, El Hadji Diouf, Bouba Diop, Henry Camara, dan  tentu sang kapten bengal, Alliou Cisse, sebagai Band of Brother. 

Metsu dikabarkan meninggal dunia pada 2013 dan Papa Diob wafat pada 29 November 2020. Namun nama keduanya abadi dalam sepak bola dunia, terutama bagi Senegal, negara koloni Perancis selama tiga abad, yang mereka kalahkan di ajang Piala Dunia. Hari kemenangan bersejarah di Seoul 31 Mei 2002 tersebut disambut gegap gempita. Rakyat Senegal berpesta layaknya merayakan hari kemerdekaan untuk kali kedua.

Aksi Cisse dan rekan-rekan di Korea-Jepang menjadi momen besar untuk bangsa Senegal dalam banyak aspek kehidupan, bahwa mereka percaya punya identitas yang bisa dibanggakan dan tak pantas direndahkan. Sepak bola mengajarkan mereka bersatu melawan banyak konflik di tanah Afrika.

Enam belas tahun lalu berlalu, setelah melewatkan tiga Piala Dunia, Senegal kembali datang ke panggung akbar empat tahunan ini. Piala Dunia Russia 2018. Pasukan 'Singa muda Afrika' kali ini dipimpin sang pelatih Alliou Cisse, yang 16 tahun sebelumnya adalah kapten lapangan.

Senegal 2018 dinilai lebih kuat daripada skuad 2002. Lini per lini diperkuat pemain berpengalaman setelah ditempa keras di kompetisi liga-liga elite Eropa, tidak hanya di Liga Premier. 

Sadio Mane yang ketika itu bermain di Liverpool disebut striker terhebat Senegal sejak El Hadji Diouf, bahkan Diouf sendiri menyatarakan Mane dengan Geroge Weah, pesepakbola terbaik Afrika, karena pernah meraih gelar pemain terbaik dunia tahun 1995. Weah kini menjadi Presiden Liberia.

Selain Mane, terdapat sejumlah talenta-talenta hebat dari dua bek tengah, "si tembok" Kalidou Koulibaly (Napoli) dan Youssouf Sabaly (Bordeaux); Cheikho Sabaly (West Ham), dan Idrissa Gueye (Everton) menjadi andalan di lini tengah. Keiat Balde (AS Monako) dan Mbaye Niang (Torino) mendukung Mane sebagai trisula penyerang berbahaya.

Namun perjalanan Senegal di Russia terhenti di fase grup, karena kalah bersaing ketat dengan Kolombia dan Jepang. Pengalaman pahit di Russia membuat mereka bertekad untuk lebih kuat, lebih matang ke depannya. Teranga Lions tak patah harapan.

Senegal membuktikan dengan menjuarai Piala Afrika 2021 dan kembali lolos ke Piala Dunia Qatar 2022 dari kualifikasi zona Afrika yang sangat ketat, menyisihkan Mesir yang diperkuat Mohammed Salah.

Masih di bawah kendali Cisse, dengan generasi emas dan kedalaman materi yang dapat diandalkan, meskipun Mane harus keluar dari skuad karena cedera tendon, Senegal datang ke Qatar mengusung misi lebih besar, sebagai tim pertama Afrika yang melaju ke semifinal Piala Dunia.

Senegal membuktikannya dengan lolos ke babak 16 besar dari tiga penampilan di Grup A melawan Belanda, Qatar, dan Ekuador. Nanti malam di Al Bayt Stadium, Al Khor, Senegal menantang Inggris di babak 16 besar untuk memperebutkan satu tiket perempat final, pencapaian yang sama dilakukan seniornya 20 tahun silam di Korea-Jepang.

Senegal barangkali tak difavoritkan, namun jika mereka menampilkan permainan kompak dan solid, Inggris akan menderita sepanjang pertandingan. 

Mari kita saksikan.

Hayya Hayya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja