Master-master Sepak Bola dari Balkan

https://sportsbrief.com/football/real-madrid/28550-world-cup-2022-luka-modric-named-man-match-croatias-tie-morocco/

Dalam dunia bola, apa yang dulu tidak mungkin, kini menjadi kenyataan. Sepak bola telah mengangkat derajat bangsa Kroasia setelah Piala Dunia 1998.

Piala Eropa 1996 di Inggris merupakan awal Kroasia menapak ke persaingan sepak bola Eropa dan Dunia. Kroasia, negara pecahan Yugoslavia, menampilkan sepak bola menawan dengan gerakan-gerakan seperti menari balet dari Zvonimir Boban, Robert Prosinecki, dan tentu saja Davor Suker. 

Puncak generasi emas pertama Kroasia, negara debutan mengguncang Piala Dunia 1998 Perancis. The Vatreni, tanpa diduga berhasil meraih medali perunggu dan Suker sukses top skor turnamen. Salah satu gol Suker kembali diciptakan ke gawang Jerman yang saat itu mereka hantam tiga gol tanpa balas di kota Lyon. Mereka hanya bisa dijinakkan di semifinal oleh tuan rumah Perancis yang kemudian menjadi juara.

Kemenangan negara kecil atas raksasa dunia, Jerman, di kota Lyon itu menjadi satu malam bersejarah bagi Kroasia. Merupakan tonggak menyongsong masa depan yang gemilang. Mereka mulai mendapat pengakuan, tak lagi dipandang sebelah mata dari negara-negara kuat sepak bola.

Sepak bola pun menjadi sangat populer setelahnya. Ketika anak laki-laki terlahir, hadiah pertama adalah bola sepak. Demikan dikatakan Vedran Corluka, bek senior yang telah membela Kroasia sejak Piala Eropa 2008.

****

Dalam perjalanan selama dua dekade hingga 2018, Kroasia mengalami pasang surut. Jangankan menyamai, mendekati raihan generasi emas pertama sangat sulit. Pada Piala Dunia 2002 dan Piala Dunia 2006, mereka kandas di fase grup dengan penampilan biasa-biasa saja.

Generasi emas kedua Vatreni mulai terbentuk pada akhir 2000-an, yang beberapa pemain tersebut menjadi kekuatan utama tim saat ini. Seperti Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Corluka. Modric cs, menjadi tim yang solid di Piala Eropa 2008 Swiss-Austria, tim ini juga yang menghabisi Inggris di kualifikasi.

Di Swiss-Austria, mereka tampil sebagai juara grup, dan kembali mengalahkan Jerman 2-1. Banyak pengamat kemudian memfavoritkan "Si Lidah Api" minimal bisa melaju ke semifinal Piala Eropa.

Seiring waktu dan semakin matang, berbagai kegagalan menempa mereka memiliki mental tangguh. Lewat perjuangan dan pengorbanan panjang, generasi emas ini mampu melampaui prestasi generasi emas pertama dua puluh tahun sebelumnya.

Tak seperti turnamen besar sebelumnya, di mana Kroasia selalu melempem di babak knockout, di Rusia, Modric, Rakitic, dan kawan-kawan menunjukkan mental baja.

Melawan Denmark di babak 16 besar, Russia di perempat final, dan Inggris di semifinal, mereka selalu tertinggal dulu. Namun mampu bangkit dan kemudian menang. Ketiganya harus dilewati dengan dua kali adu penalti dan sekali perpanjangan waktu.

Kroasia menembus final Piala Dunia 2018, meski sekali lagi kembali ditundukkan Perancis 2-4 di Luzhniki Stadium, Moskow. Performa fenomenal mereka merupakan bukti keperkasaan Kroasia.

****

Kroasia berangkat ke Qatar tampil dengan cara baru, pendekatan berbeda. Sebagian besar skuad peraih medali perak 2018 sudah diganti, terutama di lini pertahanan, dengan bek tengah Josip Juranovic dan Josko Gvardiol, berusia 22 dan 20 tahun yang jauh lebih tangguh dan percaya diri daripada pendahulu veteran mereka.

Banyak yang bilang prestasi Kroasia tidak sekuat empat tahun lalu, kalau tidak ingin dikatakan kebetulan saja mereka bisa sampai pertandingan puncak 2018. Sekali lagi mereka tidak diunggulkan di lima teratas favorit.

Tapi status tidak melemahkan pasukan Zlatko Dalic dan kapten Luka Modric di lapangan. Dalic adalah pelatih cerdas dan berpengalaman. Dia berhasil menyatukan dan membentuk kembali tim dengan tambahan personil baru. Formasi 4-3-3 menjadi pilihan utama Dalic, dengan 4-2-3-1 sebagai cadangan.

Luka Modric kapten veteran berusia 37, masih pantas mendapatkan statusnya yang tidak diragukan lagi sebagai pemimpin tim, bintang terbesar. Modric bekerja sama kerasnya dengan rekan setimnya yang lebih muda. Dia selalu memberi pengalaman dan kepercayaan diri pada setiap pemain.

Kroasia sekali lagi menunjukkan bahwa mereka adalah master sepakbola yang tangguh, sangat sulit dimatikan. The Vatreni memiliki kebiasaan melemahkan lawan, seperti yang ditemukan Jepang dalam kekalahan adu penalti, dan terakhir mengalahkan favorit terkuat turnamen, Brasil, di perempat final dengan cara kejam. Aksi heroik kiper Livakovic membuatnya terkenal.

Enam dari tujuh pertandingan terakhir Kroasia di babak sistem gugur Piala Dunia berakhir dengan perpanjangan waktu dan adu penalti, semuanya tertinggal lebih dahulu. Mereka sudah teruji untuk tidak menyerah, bisa mengatasi rintangan terberat.

Kroasia telah lama melewati ujian konsistensi, telah mencapai sejauh ini, sekali lagi. Mereka tampaknya siap untuk menyalakan "api terbesar" pada laga semifinal melawan Argentina di Lusail Stadium, Doha, pada Selasa 13 Desember 2022, memperebutkan satu tiket final Piala Dunia.

Tim nasional Kroasia membawa begitu banyak kebanggaan dan kegembiraan bagi negara berusia 31 tahun dan berpenduduk 3,9 juta ini.

Salam Piala Dunia.

Hayya Hayya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja