Misteri Final Piala Dunia 2022
Tak ada pesta yang tak berakhir.
Piala Dunia Qatar 2022 yang dimulai pada 20 November 2022 akan tuntas dalam hitungan jam ke depan. Kita sudah menyaksikan 63 pertandingan level tinggi di delapan stadion di lima kota besar di tanah Jazirah Qatar.
Satu per satu negara peserta, baik mantan juara maupun tim "kuda hitam", mulai Jerman, Uruguay, Spanyol, Portugal, Belanda, Inggris, dan Kroasia telah berguguran.
Al Rihla, bola resmi Piala Dunia Qatar, yang maknanya "perjalanan", akan bergulir untuk terakhir kalinya di Lhusail Iconic Stadium, stadion megah yang canggih berkapasitas 88 ribu penonton akan menjadi panggung dan saksi ajang paling prestius di dunia.
Argentina dan Perancis akan mendapatkan "kehormatan" ketika salah satu finalis memenangkan gelar Piala Dunia 2022 di Stadion Lushail Iconic, Doha, pada hari Minggu, 18 Desember 2022.
Argentina versus Perancis adalah final Piala Dunia ideal yang sangat dinanti-nantikan. Dua kutub sepak bola, Amerika Latin dan Eropa bentrok. Argentina sangat lapar dan sangat termotivasi dengan ambisi besar pemain terhebat sepanjang sejarah pada sosok Lionel Messi. Sedangkan Perancis adalah juara dunia bertahan raksasa Eropa yang sangat tangguh.
Argentina tampil juara Grup C dengan unggul atas Polandia, Meksiko, dan Arab Saudi. Albiceleste sempat dikejutkan kekalahan atas Saudi pada pêrtandíngan pertama, Lionel Messi cs menunjukkan kebangkitan hebat setelah menang di lima pertandingan "final" selanjutnya.
Anak asuh Lionel Scaloni berturut-turut mengalahkan Meksiko dan Polandia fase grup. Di babak gugur tim "Tango" menyingkirkan Australia di babak 16 besar, kemudian menaklukkan Belanda di perempat final yang hampir brutal, dan terakhir mengatasi perlawanan Kroasia di semifinal.
Permainan impresif yang memukau Argentina dalam babak perempat final dan semifinal menjadi modal besar menjalani laga final. Kemampuan Messi cs mengatasi tekanan saat genting di lima pertandingan "final" adalah bukti determinasi, semangat, dan kualitas mereka.
Argentina telah berkembang di tangan Scaloni. Permainan yang menunjukkan kesolidan, impresif, dan stabil, dengan semangat membara. Mereka kini tak hanya mengharap sepenuhnya pada Messi.
Tim ini telah lulus ujian awal dan terus bertumbuh, mereka semakin padu dan siap menatap pertandingan final yang sangat emosional, sebagai laga terakhir superstar Messi di Piala Dunia, yang sangat berambisi melengkapi pencapaian karirnya dengan mahkota Piala Dunia.
Argentina di bawah pelatih Lionel Scaloni mencoba mengukir sejarah baru bagi mereka sendiri di tanah Jazirah. Jika sukses, Argentina, menyematkan raihan tiga bintang di jersey mereka, setelah yang pertama Argentina Mario Kempes pada 1978 dan Argentina Maradona 1986.
Bagaimana dengan Perancis, sejarah apa yang hendak mereka ukir?
Perancis di bawah pelatih Didier Deschamps sejak 2012, menjelma tim dengan kolektivitas tinggi. Kebersamaan dalam waktu panjang membuat mereka menjadi satu hati dan satu pikiran. Yang bermain bukan hanya sekadar fisik, tapi juga perasaan, feeling.
Memadukan teknik apik dan fisik prima penggawa Les Bleus. Lini belakang kokoh, sektor tengah bertenaga, dan barisan penyerang tajam adalah kolektivitas Perancis yang efektif dan mematikan lawan-lawan, terutama pada laga babak gurur. Mereka lebih paham, lebih pengalaman, bagaimana menjalani pertandingan besar penuh tekanan.
Inggris di perempat final dan Maroko di semifinal menjadi korban kebengisan Perancis memenangkan momen-momen penting di situasi genting. Fenomena Perancis Deschamps yang sekarang mirip karakter Jerman pada era 1980-an yang berhasil tiga kali beruntun ke final Piala Dunia (1982, 1986, dan 1990).
Perancis tampil sangat meyakinkan dan menampilkan kinerja yang nyaris sempurna. Mereka punya visi bermain yang kuat dan kompak. Terutama sosok Antoinne Griezmann, yang kian matang dan kian berkembang, walaupun di Qatar ia lebih berperan sebagai pelayan penyerang Kylian Mbappe dan Oliver Giroud.
Perancis mencoba mengukir sejarah baru bagi mereka sendiri di Qatar. Jika nanti malam menang, Perancis akan menjadi tim pertama mempertahankan predikat juara dunia sejak Brasilnya Pele melakukannya pada Piala Dunia 1958 dan 1962. Sudah 60 tahun silam.
Juga akan menjadi kemenangan ketiga Perancis di Piala Dunia. Setelah mereka mencetak sejarah pertama pada 1998 di negeri sendiri oleh generasi emas yang dikapteni Deschamps, kemudian juara di Russia 2018 yang dilatih Deschamps.
Deschamps saat ini sudah mensejajarkan diri dengan nama besar Mario Zagallo (Brasil) dan Franz Benckenbauer (Jerman), memenangkan Piala Dunia sebagai pemain (kapten) dan juga sebagai pelatih, akan punya rekor lebih hebat lagi menuju keabadian.
Final selalu menyimpan misteri. Tak ada satu pun teori berlaku mutlak. Tak ada yang bisa tahu hasil akhir pertandingan. Saya percaya, dalam pertandingan sebesar final Piala Dunia, aspek psikologis lebih dibutuhkan daripada unsur taktik dan teknik. Hasilnya mungkin akan ditentukan oleh hal-hal yang sangat detail.
Dunia sepak bola hanya akan mengenang satu pemenang. Argentina dan Perancis. Sama sekali tak bisa dipastikan, siapa di antara mereka yang akan menang kemudian mengangkat trofi. Racikan strategi mana yang lebih sukses, Scaloni atau Deschamps? Siapa yang akan mengangkat piala tinggi-tinggi, Messi atau Lloris?
Yang pasti ini hari istimewa, dunia sepak bola menantikan dengan penuh semangat untuk menyaksikan final ke-22 Piala Dunia Qatar 2022.
Salam Piala Dunia.
Hayya Hayya.
Komentar
Posting Komentar