Pertandingan Klasik Perempat Final Piala Dunia

(sumber: https://bolaskor.com/post/)

Jangan selalu mengira pertandingan paling menarik tiap Piala Dunia adalah pertandingan final. Tak jarang justru babak perempat final yang menampilkan match of the turnament, laga yang disertai klimaks, dramatis, kontroversial, bahkan mencengangkan dunia.

Tengoklah kembali sejarah duel Argentina melawan Inggris di perempat final Piala Dunia 1986, sampai sekarang lebih heboh dikenang, daripada finalnya sendiri di mana Diego Maradona bersama Argentina mengalahkan Jerman 3-2.

Ketika "Dewa" Maradona menghebohkan dunia, saya masih bocah berumur lima tahun, tentu belum menyaksikan duel yang digadang-gadang merupakan laga sepak bola abad ke-20 tersebut.

****

Saya sudah menonton sejak Piala Dunia 1994 di USA, masih bisa merekam sejumlah pertandingan babak perempat final legendaris yang sarat sejarah.

Maka izinkanlah saya menuliskan memori tersebut di forum ini.

Duel terbaik di Piala Dunia 1994 adalah pertemuan klasik Brasil melawan Belanda di perempat final. Dua gaya sepak bola agresif diadu di Stadion Cotton Bowl, Dallas, pada 9 Juli 1994. Babak pertama masih imbang tanpa gol. Di babak kedua Brasil unggul cepat 2-0, lewat gol duet Romario dan Bebeto. Belanda tak mau menyerah hingga berhasil menyamakan kedudukan berkat dua gol dari Dennis Bergkamp dan Aron Winter.

Hasil akhir untuk kemenangan Brasil ditentukan sembilan menit sebelum waktu selesai oleh bek veteran Blanco, yang mengeksekusi tendangan bebas dari jarak 25 meter ke gawang Ed de Goey. Pertandingan itu berlangsung pada level sepak bola tertinggi, tempo cepat, menghibur sekaligus menegangkan. 

Satu hal lain dari kenangan pertandingan ini adalah gaya selebrasi layaknya menimang bayi oleh Bebeto. Gaya yang kemudian menjadi tren dan masih sering ditiru hingga kini. Brasil kemudian akhirnya menjadi juara Piala Dunia untuk keempat kalinya.

Empat tahun kemudian, laga perempat final Piala Dunia 1998 terbaik adalah Argentina melawan Belanda di Marseille. Nilai historis pertandingan yang berlangsung keras cenderung panas ini terjadi saat momen gol teknik tinggi, berkelas dunia, yang dicetak striker brilian, Dennis Bergkamp, di menit ke- 89.

Saat kedudukan 1-1, dan masing-masing tim bermain dengan 10 pemain karena Arthur Numan (Belanda) dan Ariel Ortega (Argentina) diusir wasit. Pertandingan telah menguras emosi kedua kubu, dan sepertinya akan dilanjutkan perpanjangan waktu. Saat itulah datang gol "ajaib" penentu kemenangan yang terus diputar jika perhelatan Piala Dunia.

Dalam pengakuan Bergkamp, gol cantik itu terjadi karena insting dan kalkulasi dalam sepersekian detik. Berawal dari kontak mata dengan Ayala yang menjaganya, sampai membuat perhitungan tentang bagaimana mengontrol bola. Saat itu, dia membiarkan otaknya mencari tahu momentum tentang arah angin. Pemikiran ini tak hanya dari insting sadar, tapi insting luar sadar yang berjalan bersamaan di jaringan syarafnya.

Berawal dari lini kiri belakang The Oranye, bola dikuasai Frank de Boer, seperti belum mengancam, menggiring bola dengan tenang sambil menatap pemain Argentina yang sudah kehilangan konsentrasi. De Boer pun melepaskan umpan panjang diagonal masuk ke sisi kiri kotak penalti Argentina, mungkin sejauh 60 meter, yang dituju Bergkamp. 

Bola lambung itu dikontrol kaki kanan dengan baik, sekejap dengan dingin dia mengecoh pengawalan Ayala, bek Argentina. Kecohan itu sekaligus menciptakan ruang tembak yang cukup, dan dengan teknik menggunakan tempurung kaki kanan, bola melesat dengan telak bersarang ke pojok atas tiang jauh gawang yang dikawal Carlos Roa.

Argentina menangis sedangkan Belanda ke semifinal sebelum dikalahkan Brasil melalui adu penalti yang selalu mengakhiri kiprah Oranye.

Piala Dunia 2002 juga menghadirkan perempat final yang heboh ketika Brasil berjumpa Inggris. Inggris seperti di atas angin setelah unggul lebih dulu melalui sontekan akurat Michael Owen. Namun sebelum babak pertama selesai Brasil mampu menyamakan kedudukan dari gol Rivaldo, hasil kerjasama apik dengan Ronaldinho.

Petaka Three Lions terjadi pada babak kedua lewat satu tendangan bebas. Dari sisi kiri pertahanan Inggris, biasanya dari titik tersebut, bola tidak ditembak langsung, melainkan melepas umpan silang ke dalam kotak penalti.

Namun instuisi Ronaldhinho muncul setelah melihat situasi. David Seaman, kiper Inggris yang sedikit maju karena mengira pagar pertahanan sudah rapat. 

Bola disepak Dinho dengan cara tak lazim, bola lob melayang tinggi melewati pagar pertahanan Inggris, yang mengira bola akan keluar, tetapi bola tersebut meluncur seperti garis kurva parabolik, tinggi kemudian jatuh di titik tepat, di pojok atas gawang. 

Seaman terkejut sempat bereaksi, dia terhuyung-huyung mencoba menghalau, namun kalah cepat, dan akhirnya tumbang di dalam gawang bersama bola yang sudah bergetar di jalanya.

Gol ajaib Dinho membuat mental anak-anak Inggris hancur dan hingga selesai tak pernah bisa mengejar ketinggalan. Brasil terus melaju sampai juara, sedangkan Inggris gagal dan Seaman pun menutup karir sepak bola dengan kepedihan yang tidak terkira.

Piala Dunia 2006, laga perempat final saat Portugal melawan Inggris juga masih menyisakan misteri di balik kemenangan adu penalti Portugal. Pertandingan sendiri berjalan membosankan karena kedua kubu bertanding hati-hati dan tak bisa lepas dari tekanan berat.

Wayney Rooney yang sangat diandalkan malah menjadi biang kekalahan Inggris karena diusir wasit. Rooney tak bisa mengendalikan emosi sehingga dia menginjak paha bek Ricardo Carvalho. Keluarnya Rooney juga dituding berkat provokasi pemain Portugal terhadap wasit, terutama Cristiano Ronaldo, yang tertangkap kamera mengedipkan mata sesaat Rooney keluar lapangan.

Kehilangan Rooney membuat keseimbangan Inggris guncang, dan akhirnya kalah tos-tosan. Inggris lagi-lagi menjadi korban di babak delapan besar dengan cara tragis, menyesakkan, dan sulit diterima para penggemarnya.

Sedangkan Piala Dunia Afrika Selatan 2010, perempat final antara Ghana melawan Uruguay juga menyisakan momen mencekam. Laga yang berlangsung antara dua "kuda hitam" ini harus diselesaikan melalui adu penalti yang dimenangkan Albiceleste.

Tapi bukan kemenangan itu yang diributkan, melainkan insiden "bola volly" pemain kontroversial Uruguay, Luiz Suarez, di menit ke-120. 

Berawal dari sepak pojok, dan terjadi perebutan bola di kotak, kiper Uruguay, Fernando Muselera juga berjibaku, namun tak kuasa menjangkau, bola kemudian ditanduk pemain Ghana, Dominic Adiyiah ke gawang yang sudah ditinggal Muslera. Namun di bawah mistar masih ada "penyelamat" Suarez, yang tak punya pilihan lain menghentikan laju bola dengan menggunakan dua tanganya.

Wasit meniup peluit, Suarez diusir, dan Ghana mendapat tendangan penalti, diambang kemenangan. Asamoah Gyan jadi algojo, jika sukses akan membawa sejarah baru bagi benua Afrika yang bisa menembus semifinal. 

Ternyata sejarah itu tertunda dengan cara paling tragis, sepakan Gyan membentur mistar dan skor tetap 1-1. Suarez yang tertunduk menangis, langsung melonjak kegirangan seperti anak-anak mendapat mainan baru, ketika melihat dari layar televisi saat berjalan menyusuri ofisial area.

Pertandingan akhirnya dimenangkan Uruguay melalui adu penalti, yang membuat Ghana dan pendukungnya patah hati menerima kekalahan dramatis.

Pada Piala Dunia 2014 laga perempat final paling dibicarakan orang sampai sekarang adalah antara Belanda berhadapan dengan Kosta Rika di Arena Fonta Nova Salvador.

Belanda menguasai permainan dan menggempur pertahanan Kosta Rika sepanjang pertandingan, tapi tak mampu membobol Los Ticos  yang dijaga Keylor Navas, hingga harus diselesaikan melalui adu penalti. Pada akhirnya Navas ditetapkan sebagai man of the match oleh FIFA.

Namun "bintang jatuh" sesungguhnya pada malam itu adalah Tim Krul, kiper cadangan Belanda, yang diperintahkan Louis van Gaal masuk menggantikan Jasper Cillesen di menit ke-120, tepat sebelum adu penalti dimulai.

Sebenarnya bukan hasil akhir laga yang dramatis. Namun bagaimana cara tim Oranye menghadapi adu tos-tosan yang tidak biasa, di luar kelaziman sepak bola profesional, apalagi di turnamen Piala Dunia. Keputusan van Gaal terbukti jitu, Krull berhasil memblok dua tendangan penalti dari Bryan Ruiz dan Michael Umana, yang mengantarkan Belanda maju ke semifinal.

Keputusan gila van Gaal ini seperti menemukan 'kebenaran' ketika di semifinal melawan Argentina, Belanda kembali bertarung adu penalti. Kali ini keputusan van Gaal tidak sama, dia tidak lagi memasukkan Krull untuk menghadapi algojo-algojo Argentina. Dan seperti yang kita tahu, Belanda takluk.

Banyak orang kemudian menuding van Gaal melakukan blunder, andai Krull yang kembali dipasang pafa adu penalti, Belanda tak kalah melawan Argentina. Apakah betul demikian? Terkadang pengamat bola nampak lebih jago daripada pelatih, sekelas Louis van Gaal. Itulah sepak bola. (Van Gaal kembali memimpin Belanda di perempat final Piala Dunia 2022 dan akan melawan Argentina).

Empat tahun kemudian pertandingan perempat final terbaik Piala Dunia 2018 menurut saya adalah tuan rumah Russia melawan Kroasia. Kedua tim ini lolos ke perempat final setelah menang adu penalti di babak 16 besar. 

Dan ketika mereka berduel pemenangnya juga harus ditentukan melalui adu penalti, setelah bermain 2-2 dalam waktu 120 menit. Pada akhirnya kita lihat Kroasia menang dengan menunjukkan kekuatan mental menghentikan eforia tuan rumah Russia.

****

Piala Dunia 2022 kini sudah tiba di fase perempat final. Delapan tim terbaik dunia sudah mendapatkan lawan sekaligus jalur menuju final di Lusail Stadium, Doha, 18 Desember nanti.

Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa babak perempat final Piala Dunia selalu memberikan hiburan, ketegangan, dan klimaks. Babak ini seperti menyimpan misteri, mistis, dan daya magis.

Dunia bisa dibuat tercengang menantikan drama macam apa lagi yang akan terjadi pada Jumat dan Sabtu ini.

Salam Piala Dunia.

Hayya Hayya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja