Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Parasite: Drama Keluarga Menggugat Kesenjangan Sosial

Gambar
Setelah menonton Parasite, film terbaik  Academy Award  ke-92 pada Februari 2020 yang lalu, saya masih memikirkan bagaimana Bong Joon-ho bisa mengeksekusi ide dan tema sangat simpel ini menjadi drama  thriller  yang luar biasa menakjubkan. Satu keluarga inti terdiri Ki-Taek (Song Kang-ho) sebagai ayah, istrinya Chung Sook (Jag Hye-jin), serta sepasang anak Ki-Woo (Choi Woo-shik) dan adiknya Ki Jung (Park So Dam). Mereka berempat tinggal di rumah perkampungan kumuh, nyaris miskin papa. Mereka borongan bekerja sebagai pelipat kemasan pizza. Ki-Woo dan Ki Jung, terutama, mesti jeli mencari posisi sesulit apa pun untuk dapat menemukan sinyal jaringan  wifi  dari cafe atau gedung-gedung di sekitaran perkampungan yang tidak memasang  password . Sangat penting bagi mereka untuk bisa berkomunikasi via  WhattsApp , belajar banyak hal sekaligus mencari peluang di mesin pencari  Google. Pada satu malam saat rutinitas makan bersama keluarga Ki-Taek, yang saban hari juga diselingi '

The King's Speech; Kepahlawanan Raja George VI

Gambar
(Sumber : https://delupher.wordpress.com/2011) Malam tadi, saya memutar kembali film berjudul  The King’s Speech . Bukan film anyar memang.  The King’s Speech  mengangkat kisah perjalanan kekuasaan Raja George VI, ayah Ratu Elizabeth II di Kerajaan Britania Buckingham, London. Film ini dibuka dengan setting pada 1925 dengan menampilkan Stadion Wembley, lengkap dengan  twin tower  legendarisnya. Di stadion magis penuh sejarah tersebut, Raja George V menugasi putra keduanya, Pangeran Albert,-dalam lingkaran keluarga mempunyai nama Bertie, untuk membacakan pidato penutup pada sebuah event eksibisi kerajaan yang sangat prestisius. Teks pidato telah terkonsep dan tinggal dibaca melalui siaran langsung melalui radio ke seluruh penjuru Inggris Raya. Tampak mudah, namun bagi Albert muda, kewajiban itu begitu menyiksanya. Sejak usia lima tahun, Albert yang bergelar  Duke of York menderita gagap serius. Seperti yang dia khawatirkan, pidatonya berantakan. M enurut sejarah, pidato Alb

Kisah Bapak Tua Penambal Ban

Ban belakang motor saya tiba-tiba  gembos  di pelataran parkir yang penuh kendaraan. Saya menarik napas sejenak untuk menata mental agar dapat menerima kejadian pahit ini. Bagaimana tidak, saya mengetahui tukang tambal ban dari lokasi saya sekarang cukup jauh, terlebih lagi waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, biasanya sudah banyak penambal ban telah tutup. Setelah cukup siap, saya mulai menuntun motor dengan harapan cepat menemui penambal ban sebagai penolong malam ini. Selama menyusuri jalan, saya membayangkan bahwa seharusnya waktu ini saya sudah berada di rumah untuk beristirahat setelah sepanjang hari letih dengan kegiatan.  Butuh waktu sekitar 30 menit untuk menemukan penambal ban. Ketika saya melihat dari kejauhan sebuah alat kompresor ukuran besar berwarna orange, seketika rasa letih saya nyaris hilang. Sesaat lagi rasa capek saya mendorong motor berakhir di sini. Saya tiba dan menghentikan motor tepat di dekat kompresor tersebut pertanda butuh pertolonga

Menemukan Kunci Kebiasaan yang Tepat

Gambar
Kebiasaan buruk bisa saja diubah, bila kita paham bagaimana ia bekerja. Demikianlah satu tesis Charles Duhigg yang ada di dalam  The Power of Habit . Duhigg membagi bukunya menjadi tiga bagian besar: Kebiasaan Perorangan; Kebiasaan Organisasi dan; Kebiasaan Komunitas. Duhigg, lulusan Harvard Business School, dan reporter investigasi  The New York Times , menawarkan konsep kebiasaan dengan kuat, karena memadukan dengan apik penelitian-penelitian terbaru dengan kisah-kisah inspiratif sejumlah orang dan peristiwa untuk menunjukkan bagaimana kebiasaan membentuk hidup kita dan bagaimana kita bisa membangun kebiasaan positif.  Terkait dengan itu, para peneliti Duke University pada 2006, menyimpulkan 40 persen lebih tindakan yang dilakukan setiap hari bukanlah keputusan sungguhan, melainkan kebiasaan. **** Travis, pemuda dari keluarga bermasalah, telah berkali-kali kehilangan pekerjaan karena emosinya tak terkontrol. Namun sesudah menjalani pelatihan pegawai  Starbucks , yang me

Bola Klasik : Kontroversi Derby d'Italia pada 1998

Gambar
J uventus v Inter Milan pada 1998 (Sumber: theguardian.com) Saya tumbuh menjadi penggemar sepak bola dari tayangan Liga  Serie-A  Italia pada pertengahan 1990-an.  Lega Calcio  merupakan liga terbaik di Eropa bahkan Dunia kala itu. Dalam segala kemegahan dan gemerlap bintang-bintangnya, satu hal yang tak bisa disangkal bahwa ada bagian dari sepak bola Italia terbangun dari satu skandal ke skandal yang lain.  Kasus mafia  Totonero  pada 1980, dan tentu saja mafia  Calciopoli  pada 2006 yang menjatuhkan hegemoni sepak bola Italia, dan hingga kini belum pulih sepenuhnya. Tepat hari ini, 22 tahun silam, saya ingin mengenang satu dari sekian pertandingan sepak bola Italia yang paling kontroversial, bahkan masih sering didebat setelah dua dekade laga tersebut.  Pada 26 April 1998, Inter Milan melakukan perjalanan ke Stadion Delle Alpi Turin menantang Juventus  "si Nyonya Besar"  sekaligus juara bertahan, untuk satu duel krusial yang sangat menentukan menjuarai Liga Italia. 

Cerita Sekolah Kita Era 90's

Gambar
(sumber: http://milesfilms.net/bebas/) Film  Bebas  bertema 1990-an, bercerita soal kerinduan pada masa-masa puberitas. Riri Riza (tentunya bersama Mira Lesmana), kali ini menawarkan konsep berbeda kepada penggemar sinema tanah air. Duet abadi tersebut keluar dari pakem dengan mengadaptasi film Korea laris,  Sunny , karya Kang Hyoung-Chul. Saya sendiri belum pernah menonton  Sunny.  Oleh karena itu, rasa penasaran muncul seperti apa Riri mengadaptasinya. Masih ingatkah apa saja yang Anda lakukan pada 1995? Pada masa itu menghubungi teman harus lewat telepon kabel, telepon koin, atau langsung datang ke rumahnya. Internet masih samar-samar, komputer dioperasikan harus oleh seorang sarjana teknologi informasi. Hidup anak muda 90-an ber- geng-geng  dan belum mengenal istilah  viral, trending topic, tagar,  dan  bully-membully  di dunia maya. Jika antar  geng  tidak saling suka, langsung berjambakan di luar sekolah usai jam belajar, agar tidak ketahuan guru BP dan kepala sekolah. B

Malam Ajaib Il Fenomeno di Teater Impian

Gambar
Ronaldo pada 2003 (sumber:http://www.sport.net/) Satu pertandingan terhebat sepanjang masa Liga Champions. Sebagai fans fanatik kompetisi elite tersebut, saya masih mengingatnya dengan sangat baik. Tepat hari ini, 23 April, 17 tahun silam,  striker  Real Madrid asal Brasil, Ronaldo Luiz Nazario De Lima, mencetak tiga gol menakjubkan ke gawang Manchester United yang dijaga Fabien Barthez, di Old Trafford Stadium. Konon Ronaldo pemain lawan pertama yang menciptakan  hat-trick  di Teater Impian melawan MU di bawah Manager legendaris, Sir Alex Ferguson. Ronaldo sendiri mengatakan ia tak akan pernah melupakan malam tersebut. Laga epik tersebut adalah  leg-2  perempat final Liga Champions 2003, dipimpin Pierluigi Collina, wasit sangar dari Italia. Pada  leg-1  MU menyerah 1-3 di Stadion Santiago Bernabaeu, Madrid. Sangat berat memang mengejar ketinggalan dua gol dari tim seperti Real Madrid, juara bertahan yang diisi kumpulan pesepakbola terbaik: Zinedine Zidane, Luiz Figo, Raul Gonzale

The Death of Expertise; Runtuhnya Otoritas Keilmuan

Gambar
Tom Nichols menulis buku yang aktual dan orisinil, berjudul  Matinya Kepakaran, The Death of Expertise, Perlawanan terhadap Pengetahuan yang telah Mapan dan Mudaratnya. Dengan cerdas, profesor U. S Naval War College dan Harvard Extension School, menunjukkan bagaimana revolusi digital, media sosial, dan internet, sebenarnya hanya memenuhi hasrat heroik, menarik dorongan narsisme yang kuat pada banyak orang. **** Kita semua memiliki bias konfirmasi, yaitu cenderung hanya menerima bukti yang mendukung hal yang sudah kita percayai. Kita lebih mencari konfirmasi ketimbang informasi. Ini yang disebut Efek Dunning-Kruger. Otak kita memang sudah tersambung untuk bekerja dengan cara demikian. Kita sesungguhnya berada pada masa yang sangat berbahaya. Begitu banyak orang memiliki begitu banyak akses ke begitu banyak pengetahuan, tapi sangat enggan mempelajari apa pun, termasuk gejala menolak saran para pakar. Di era internet, kepakaran sepertinya sudah tak diperlukan. Ketika kita h

Tujuh Pertandingan Terbaik Sepak Bola Modern

Gambar
Sepak bola tidak sekadar olahraga yang dimainkan oleh 22 orang di atas lapangan rumput. Percayalah lebih daripada itu, sepak bola sudah menjadi alat pemersatu seluruh bangsa dan negara di seluruh dunia. Mau bukti? Organisasi FIFA yang merupakan otoritas sepak bola dunia mempunyai jumlah anggota 208 negara, bandingkan dengan organisasi PBB, yang hanya beranggotakan 193 negara. Betapa sepak bola telah menjadi bahasa universal yang begitu diterima oleh semua kalangan. Tidak ada batasan dari berbagai latar belakang untuk dapat menikmati cabang olahraga ini. Karena itulah, sepak bola banyak memunculkan cerita dan kisah menarik. Tak bisa dihitung lagi sudah berapa banyak orang bergembira dan menangis haru karena sepak bola, tapi secara bersamaan orang-orang juga harus kecewa, sedih, bahkan menitikkan airmatanya setelah menerima hasil pertandingan sepak bola. Di balik sepak bola yang sebenarnya sangat sederhana, ternyata dapat begitu dramatis dan tak jarang menampakkan keajaibannya sehingga