Keluarga Homer Simpsons

Akhir pekan, waktunya tertawa lepas.

Di Malaysia, desa yang paling terkenal adalah Desa Durian Runtuh, tempatnya Upin dan Ipin. Sedangkan di Amerika Serikat, Desa Springfield adalah desa paling populer, karena di kawasan itu hidup keluarga paling 'sinting' di AS, The Simpsons. Tentu saja, baik Durian Runtuh dan Springfield merupakan kawasan rekaan belaka.

Saya masih tidak mengerti apa yang ada di benak Matt Groeening, ketika ide dan imajinasinya menciptakan karakter-karakter “asik berat” anggota keluarga yang selalu membuat heboh Desa Springfield. Tanpa kreatifitas Groeening yang menyukai warna kuning, mungkin masyarakat Amrik tak punya selera humor bagus dan tidak tahu bagaimana cara tertawa terpingkal.

Homer, karakter utama, digambarkan sebagai ayah yang jauh dari sosok ideal. Perut buncit, malas kerja, malas ke gereja, peminum bir dan pemakan donat, culas, konyol, teledor, jorok, dan tidak senang dengan aturan- aturan kaku.

Marge, karakter ibu yang mempunyai kesabaran yang tidak pernah habis atas sikap suaminya, Marge merupakan tipikal ibu rumah tangga yang sebenarnya bijak, tapi sering masuk dalam jebakan kekonyolan sang suami.

Bart, sulung berusia 10 tahun, bocah badung, jahil, unik, pemberontak, dan selalu menertawai ayahnya sendiri. Hanya satu keahliannya, jago skate board sambil mengucap I’m cramba. Lisa adalah anak kedua dari Homer dan Marge, berusia 8 tahun. Dia sangat cerdas dan memainkan saksofon bariton. Telah menjadi vegetarian karena kecintaannya terhadap lingkungan. Sama seperti Marge, sering menjadi obyek kejahilan Homer dan Bart. Lalu ada karakter Maggie, si bungsu, jarang muncul, dan selalu terlihat mengisap dot.

Diluar keluarga itu, ada sang kakek Abraham, yang juga konyol. Kemudian sang tetangga Flanders, karakter paling bermoral dalam serial ini. Dia rajin kerja, rajin beribadah, suka menolong dan pandai bersosialisasi. Namun tetap saja tak pernah tenang dan damai dengan sikap Homer dan Bart. Ia selalu diledek gay setiap bertemu, hehehe.

The Simpsons pertama kali muncul di publik pada serial layar kaca pada tahun 1989 hingga tahun 2007 dengan merilis film layar lebar. Tiga dekade, The Simpsons telah banyak menuai kontroversi. Tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa The Simpsons telah memengaruhi banyak aspek kehidupan kita, sesuai dengan tema yang telah ditampilkan tentang agama, lingkungan, anti perang, musik, olahraga, politik, budaya, krisis ekonomi, bencana, dan sebagainya.

Semua lapisan kalangan masyarakat di AS menyambut posistif serial ini sebagai hiburan segar, tak terkecuali para selebrity top yang sempat menjadi guest star, Sebut saja misalnya Michael Jackson, Andre Agassi, John M’Croe, Aerosmith, Red Hot Chili Peppers, U2, Chris Martin Coldplay, hingga personil the Beatles Paul McCartney, Ringo Starr dan George Harrison.

Di versi layar lebar giliran Green Day, Arnold Swarzeneger, dan Tom Hanks yang “numpang beken”.
Pada 2010, Homer yang didubber oleh Dan Castellana, terpilih sebagai karakter terbaik pertelevisian dan perfilman. Homer menyisihkan karakter-karakter nyata ataupun animasi, seperti penyihir Harry Potter, Vampire Buffy, Joker dalam film Batman, Hannibal oleh Anthony Hopkins dalam film Silent of the Lambs, dan masih banyak lainnya.

Para juri berkesimpulan sedrhana. Di balik perilaku Homer yang buruk, terdapat karakter yang berkesan, karena juri meyakini setiap manusia memiliki paling tidak sepotong perilaku Homer dalam dirinya. No body perfect, dan itulah yang membuat Homer menjadi karakter hebat dan tak terlupakan.

Saya cukup menggemari keluarga ini, bukan pada waktu masih bocah, tapi saat sudah berada di bangku kuliah. Alasannya, serial tersebut dibuat berdasarkan naskah yang realistik dan cerdas. Tema dan pesan-pesan yang hendak disampaikan pun selalu diterima, karena dikemas secara ringan, langsung, dan konyol. Tak ada basa-basi.

Dialog-dialognya pas dan sesuai dengan selera humor saya. D’oh!’.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja