Pada Mulanya Catur

(dok. pribadi)

Manusia adalah Homo Ludens. Makhluk yang gemar bermain. Bermain apa saja untuk menyenangkan hati, karena bermain bagian sifat dasar manusia.
Setiap komunitas sejak jaman primitif hingga kini, selalu terdapat permainan sebagai bagian dari kebudayaan manusia. Lihatlah bagaimana manusia modern sekarang yang didukung dengan teknologi canggih dapat menciptakan ribuan permainan sebagai hiburan. Mulai dari perangkat ‘Play Station’ hingga ‘Game online’ di situs jejaring sosial Facebook, Twitter, Android, dan sebagainya.
Lantas, jenis permainan bagaimana favorit teman-teman ? Satu permainan favorit saya adalah catur.

Permainan klasik, konon catur adalah permainan yang paling lama dimainkan oleh manusia, sejak abad ke 6 di masyarakat Persia dan Arab, lebih tua dari yang diperkirakan. Namun Catur masih sanggup bertahan hingga kini di tengah gempuran ribuan permainan modern.

Kata "Catur" itu berasal dari kata "Chaturanga," yang dalam bahasa Sansekerta berarti "empat divisi”. Mungkin diartikan sederhana karena sisi dari papan catur itu berjumlah empat atau persegi empat. Atau banyak lagi kemungkinan penafsiran lain.


Dahulu Catur merupakan permainan esklusif yang dimainkan dan didominasi oleh para raja sehingga sering disebut the royal game. Seiring dengan perjalanan waktu, Catur mulai populer di Eropa khususnya bagian timur, terus merambah ke benua Amerika hingga dimainkan secara global. Indonesia, Catur termasuk permainan yang lumayan populer. 


Di setiap sudut desa, kampung, maupun kota-kota, kita sering menjumpai orang bermain Catur. Entah untuk mengisi waktu, mengeratkan pertemanan, bertaruh di alun-alun kota, dan apa saja motif orang memainkan. Apalagi Catur termasuk permainan yang relatif murah, terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.


Sejak pertama, aturan main catur nyaris tak pernah berubah, kalaupun ada perubahannya sangat kecil yakni teknis detail saat pertandingan, penerapan waktu pikir dalam catur cepat, sebagai contoh. Catur adalah permainan yang dimainkan secara tunggal. Masing-masing mempunyai kerajaan, Hitam melawan Putih


Setiap kerajaan terdiri dari 16 pasukan yang terdiri dari Raja, Perdana Menteri, sepasang Benteng, sepasang Kuda, sepasang Gajah, dan 8 prajurit yang bertempur di atas 64 kotak-kotak hitam dan putih.


Andrea Hirata dalam bukunya Padang Bulan, mendeskripsikan secara menarik dan menggelitik karakter-karakter bidak catur. Raja diidentikan sebagai pria tua gemuk, pemalas, dan gampang gugup. Raja merupakan penguasa papan catur. Ia melangkah kotak demi kotak, terantuk-antuk tak berdaya. Jika tak punya jalan lagi, permainan selesai.


Perdana Menteri adalah pria pelindung sekaligus penyerang yang paling mematikan. Ia sebenarnya punya banyak kesempatan untuk main serong, tapi ia juga kesatria berhati mulia yang takkan serong jika tak perlu.


Karakter Kuda paling unik, gerakan melompatnya berbentuk L. Ia kadang tak terduga dengan kemampuannya melompat merusak pertahanan musuh. Lalu sepasang Benteng tak ubahnya babi hutan, jika berlari tak bisa belok. Ada juga sepasang Gajah atau Luncus diidentikkan sepasang peragawati di atas papan catur. Bentuknya berlekak-lekak feminim seperti belalai gajah. Tabiat mereka amat santun, namun kadang kala bisa binal dan beracun. Gerakan mereka mencerminkan sifat buruknya: bisanya serong saja.


Pion, tak lain adalah kembar delapan. Semua wajahnya mirip. Mereka selalu riang, tapi tak pernah berumur panjang. Mereka adalah kaum martir. Jika ada yang harus jadi tumbal, pastilah mereka, demi melindungi pria tua penggugup itu.


Banyak yang percaya gaya permainan Catur dapat mencermin kepribadian sang pemain. Jika permainan terus bertahan dan pasif, mengindikasikan karakter pemain adalah orang yang tenang, cenderung mengikuti arus, nrimo-apa saja yang ada itulah yang diterima. Kontras dengan tipe pemain yang menyerang, penuh petualangan dan berisiko. Ini menunjukkan seorang berkepribadian yang dinamis, kreatif dan penuh perjuangan. 


Anda yang mana?


Di balik permainan Catur yang kompleks dan menantang, tersirat filosofi yang dapat menginspirasi dan membuat kita menjalani hidup lebih baik. Dalam permainan Catur, kita dilatih untuk meningkatkan kemampuan berkosentrasi, melatih fokus, serta mengembangkan akal untuk membuat analisa secara taktis. 


Setiap melangkahkan bidak-bidak Catur mempunyai nilai yang khas, karena kita dihadapkan banyak langkah aternatif untuk menentukan satu langkah yang terbaik yang kita yakini. Kita pun dituntut berpikir visioner, karena apa yang kita lakukan pada hari ini akan sangat menentukan hasil yang kita dapatkan nantinya.


Satu lagi alasan (subyektif) saya suka permainan ini, karena saya memang lebih gemar permainan yang dipertandingkan secara face to face. Di situ atmosfer persaingan lebih menarik terasa. Kita secara langsung beradu taktik, fisik, dan kekuatan mental. Memacu adrenalin dan sangat mengasikkan dibandingkan dengan permainan yang diperlombakan atau permainan individu tanpa ada lawan berupa manusia, seperti di permainan game online, dan sebagainya.


Checkmate !! Game is Over.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja