Tujuh Pertandingan Terbaik Sepak Bola Modern
Sepak bola tidak sekadar olahraga yang dimainkan oleh 22 orang di atas lapangan rumput. Percayalah lebih daripada itu, sepak bola sudah menjadi alat pemersatu seluruh bangsa dan negara di seluruh dunia. Mau bukti? Organisasi FIFA yang merupakan otoritas sepak bola dunia mempunyai jumlah anggota 208 negara, bandingkan dengan organisasi PBB, yang hanya beranggotakan 193 negara.
Betapa sepak bola telah menjadi bahasa universal yang begitu diterima oleh semua kalangan. Tidak ada batasan dari berbagai latar belakang untuk dapat menikmati cabang olahraga ini. Karena itulah, sepak bola banyak memunculkan cerita dan kisah menarik.
Tak bisa dihitung lagi sudah berapa banyak orang bergembira dan menangis haru karena sepak bola, tapi secara bersamaan orang-orang juga harus kecewa, sedih, bahkan menitikkan airmatanya setelah menerima hasil pertandingan sepak bola.
Di balik sepak bola yang sebenarnya sangat sederhana, ternyata dapat begitu dramatis dan tak jarang menampakkan keajaibannya sehingga memberi banyak pengaruh dan inspirasi dalam kehidupan banyak orang.
Saya adalah satu pengemar sepak bola, mencoba merangkum tujuh pertandingan sepak bola (subyektif) dan menilai ketujuh pertandingan tersebut adalah laga hebat dan sangat historis, bahkan terdapat unsur-unsur keajaiban yang turut menentukan hasil pertandingan. Tidak bermaksud untuk menyandingkan tujuh keajaban dunia, hehe.
Daftar ketujuh pertandingan di bawah ini disusun secara urut berdasarkan waktu peristiwa. Mari kita simak.
1. Hungaria vs Jerman Barat, Final Piala Dunia 1954, Bern, Swiss
Pertandingan ini adalah inspirasi terhebat bagi sepak bola Jerman. Final Piala Dunia ke-5 ini juluki ‘Miracle of Berne’. Jerman harus menghadapi Hungaria yang merupakan negara terkuat sepak bola saat itu. Hungaria diperkuat oleh legenda Feren Puscas, Sandor Kocsis, dan Nandor Hiderguti, memiliki rekor mencengangkan: 30 pertandingan tak terkalahkan sebelum partai final, termasuk membantai Jerman Barat, 8-3 dalam babak penyisihan.
Tak bisa dihitung lagi sudah berapa banyak orang bergembira dan menangis haru karena sepak bola, tapi secara bersamaan orang-orang juga harus kecewa, sedih, bahkan menitikkan airmatanya setelah menerima hasil pertandingan sepak bola.
Di balik sepak bola yang sebenarnya sangat sederhana, ternyata dapat begitu dramatis dan tak jarang menampakkan keajaibannya sehingga memberi banyak pengaruh dan inspirasi dalam kehidupan banyak orang.
Saya adalah satu pengemar sepak bola, mencoba merangkum tujuh pertandingan sepak bola (subyektif) dan menilai ketujuh pertandingan tersebut adalah laga hebat dan sangat historis, bahkan terdapat unsur-unsur keajaiban yang turut menentukan hasil pertandingan. Tidak bermaksud untuk menyandingkan tujuh keajaban dunia, hehe.
Daftar ketujuh pertandingan di bawah ini disusun secara urut berdasarkan waktu peristiwa. Mari kita simak.
1. Hungaria vs Jerman Barat, Final Piala Dunia 1954, Bern, Swiss
Pertandingan ini adalah inspirasi terhebat bagi sepak bola Jerman. Final Piala Dunia ke-5 ini juluki ‘Miracle of Berne’. Jerman harus menghadapi Hungaria yang merupakan negara terkuat sepak bola saat itu. Hungaria diperkuat oleh legenda Feren Puscas, Sandor Kocsis, dan Nandor Hiderguti, memiliki rekor mencengangkan: 30 pertandingan tak terkalahkan sebelum partai final, termasuk membantai Jerman Barat, 8-3 dalam babak penyisihan.
Laga baru berjalan delapan menit, Hungaria sudah unggul 2-0, dan sepertinya akan dengan mudahnya merebut piala Julis Rimet. Tapi kemenangan itu tak bertahan lama. Hanya sepuluh menit berselang skor telah imbang, dan enam menit sebelum waktu selesai, Jerman membungkam Hungaria dan dunia dengan menciptakan gol kemenangan yang diciptakan Helmuth Rahn, sekaligus merebut Piala Dunia untuk pertama kali.
Berangkat dari momen ajaib ini, timnas Jerman kemudian dijuluki staying power, mesin diesel yang lambat panas. Sejak saat itu, tak lagi ada tim yang berani meremehkan Jerman. Jerman adalah Jerman, spesialis turnamen hingga sekarang, Der Panser telah sukses empat kali menjuarai turnamen sepak bola terakbar sejagad tersebut.
2. Jerman Barat vs Belanda, Final Piala Dunia 1974, Munchen Jerman.
Banyak pakar bola mengenangnya sebagai pertandingan final Piala Dunia yang terhebat sepanjang sejarah. Lagi-lagi melibatkan Jerman (Barat), dan kembali pula memperlihatkan mental juara Nationalmancfst.
Berangkat dari momen ajaib ini, timnas Jerman kemudian dijuluki staying power, mesin diesel yang lambat panas. Sejak saat itu, tak lagi ada tim yang berani meremehkan Jerman. Jerman adalah Jerman, spesialis turnamen hingga sekarang, Der Panser telah sukses empat kali menjuarai turnamen sepak bola terakbar sejagad tersebut.
2. Jerman Barat vs Belanda, Final Piala Dunia 1974, Munchen Jerman.
Banyak pakar bola mengenangnya sebagai pertandingan final Piala Dunia yang terhebat sepanjang sejarah. Lagi-lagi melibatkan Jerman (Barat), dan kembali pula memperlihatkan mental juara Nationalmancfst.
Kali ini walaupun bertindak sebagai tuan rumah turnamen, Jerman harus menantang Belanda, negara tetangga mereka yang banyak difavoritkan untuk menjuarai turnamen pada saat itu. Belanda melaju ke partai final setelah melibas negara-negara tangguh seperti Brasil, dan Argentina dengan permainan Tottal Voettbal yang dimotori sang legenda hidup, Johan Cruffj, dan pelatih jenius, Rinus Michels.
Pertandingan baru berlangsung semenit dan belum seorang pemain Jerman yang menyentuh bola, tapi Belanda sudah unggul berkat gol penalti. Namun unggul cepat membuat Oranye lengah dan jemawa. Belanda mungkin lupa bahwa Jerman adalah negara yang tak pernah menyerah, mereka pun akhirnya kalah berkat dua gol yang diciptakan Paul Breitner, juga melalui titik putih dan gol kemenangan oleh Gerd Muller. Jerman kemudian juara Piala Dunia untuk kali kedua di bawah kapten dan legenda Jerman, Kaisar Franz Beckenbaeur. Pelatih mereka saat itu adalah Helmut Schoen.
3. Argentina vs Inggris, Perempat Final Piala Dunia 1986, Azteca Meksiko.
Secara subyektif saya menilai inilah keajaiban terdahsyat yang pernah terjadi di lapangan sepak bola. Pertandingan antara Argentina melawan Inggris merupakan pertandingan terpanas dan tak mungkin terlupakan. Membicarakan Piala Dunia, laga ini yang pertama terkenang. Apalagi pertandingan ini dikaitkan dengan isu politik kedua negara yang bersitegang merebut pulau Malvinas.
Nilai keajaiban itu adalah dua gol Diego Maradona yang masih terus diperbincangkan dan didebat sampai saat ini. Gol pertama menggunakan tangannya yang kemudian memberi julukan sendiri gol 'tangan Tuhan', dan gol kedua yang oleh FIFA dan fans seluruh dunia didapuk sebagai gol terbaik sepanjang sejarah. Maradona melakukan slalom dari lapangan tengah dan melewati lima pemain Inggris dan kiper Peter Shilton.
Tidak perlu dijelaskan lagi partai ini. Tak terbantahkan ‘si Boncel’ membuat keajaiban yang mungkin tidak terulang lagi.
4. Manchester United vs Bayern Munchen, Final Liga Champion 1999, Barcelona Spanyol.
Final menghadirkan Manchester United dan Bayern Munchen di Stadion Camp Nou dan dipimpin oleh wasit galak Pierluigi Collina. Jujur saja saya bertaruh memilih Bayern Munchen saat itu.
MU datang ke Catalunia dengan kepercayaan tinggi setelah seminggu sebelumnya berhasil meraih double winners di kompetisi domestik. 'Setan Merah" ingin melengkapinya dengan trofi Liga Champions. Pelatih Alex Ferguson (setelah partai ini disebut Sir Alex) juga penasaran karena belum mampu menaklukkan kompetisi bergengsi Eropa, meskipun mendominasi liga Inggris.
Saat saya dan seluruh pendukung Bayern sudah bersiap-siap merayakan kemenangan di ajang akbar karena keunggulan 1-0 bertahan sampai menit ke-90. Keajaiban itu datang secara menakjubkan dan menggemparkan dunia sepak bola. MU mendapatkan dua tendangan sudut pada menit ke-91 dan ke-93 yang dieksekusi David Beckham dan kedua peluang kecil itu berhasil dikonversi gol oleh Teddy Seringham dan Ole Gunnar Solkjaer.
MU meraih trebble winners. Musim 1998/1999 merupakan tahun terbaik MU yang tak bisa terlupakan. Dalam press confrence, manajer Ferguson memberikan inspirasi: “Setiap manusia mempunyai spirit dan spirit itu dapat membuat kita keluar dari kesulitan apapun, asal kita mau mengakui dan menuruti daya spirit tersebut.”
5. Italia vs Belanda, Semifinal Piala Eropa 2000, Amsterdam, Belanda
Belanda ditantang Italia untuk memperebutkan satu tiket final Piala Eropa. Belanda sebagai tuan rumah maju ke semifinal dengan meraih empat kemenangan secara meyakinkan. Sedangkan Italia ke semifinal berkat aksi yang sebenarnya biasa-biasa saja. Italia kali ini sama sekali tidak diunggulkan dan diprediksi bakal angkat koper besok pagi.
Pada menit 20, Italia sudah harus bermain 10 orang melawan Belanda yang didukung 50.000 suporter yang mengorangekan Amsterdam Arena. 90 menit waktu normal Belanda menggempur habis-habisan gerendel Italia yang dikomando Paolo Maldini. Saya juga heran tak satupun bola yang berkenan masuk ke gawang Italia yang dikawal Francesco Toldo.
Extra-time saya kira cukup menamatkan perlawanan Italia. Dan ternyata lagi-lagi salah, meski terus mengepung dan kembali mendapatkan hadiah tendangan penalti, jala Italia tetap tak terkoyak. Frank Rijkard, Pelatih Belanda sampai berkata ada malaikat kecil yang menjaga gawang Toldo.
Dan akhirnya inilah hukuman buat Belanda. Mereka kalah secara tragis melalui adu penalti yang memang sangat dinantikan oleh kubu Gri Azzury. Dari empat algojo Belanda hanya satu yang menembus gawang Toldo, bahkan tendangan Japp Stam melambung tinggi jauh keluar stadion, ada yang berkomentar bola tersebut sampai ke Rotterdam, tempat partai final Piala Eropa akan digelar. Sedangkan tendangan penalti Totti menchip gaya Panenka menipu Edwin Van Der Saar menjadi inspirasi.
6. Italia vs Korea Selatan, Babak 16 Besar Piala Dunia 2002
Bersama Jepang, Korsel merupakan host World Cup 2002. Korsel selama menjalani pertandingan piala dunia tak sekalipun meraih kemenangan. Tapi lihatlah aksi mereka pada saat menjadi tuan rumah. Korsel yang dilatih meneer Guus Hiddink menjadi fenomena Piala Dunia 2002. Mereka tampil sebagai semifinalis dengan mengalahkan empat negara kuat Eropa: Polandia, Portugal, Italia, dan Spanyol.
Terlepas banyaknya tudingan curang selaku tuan rumah, Korsel memang menampilkan sepak bola menyerang yang mengibur. Para pemain juga tak pernah menyerah dan membuat publik sepak bola dunia heran bagaimana kekuatan fisik pemain-pemain Korsel yang seolah melebihi batas kemampuan fisik manusia.
Portugal dibuat pulang lebih cepat, Italia sibuk menyalahkan wasit Byron Moreno sebagai dalih kekalahannya, dan juga Spanyol dibuat tak berdaya dipermalukan Korsel yang kadang dengan mudah mereka kalahkan.
Sontak seluruh warga korsel bersatu dan mengaku bangga sebagai warga negara Korsel.
Pertandingan baru berlangsung semenit dan belum seorang pemain Jerman yang menyentuh bola, tapi Belanda sudah unggul berkat gol penalti. Namun unggul cepat membuat Oranye lengah dan jemawa. Belanda mungkin lupa bahwa Jerman adalah negara yang tak pernah menyerah, mereka pun akhirnya kalah berkat dua gol yang diciptakan Paul Breitner, juga melalui titik putih dan gol kemenangan oleh Gerd Muller. Jerman kemudian juara Piala Dunia untuk kali kedua di bawah kapten dan legenda Jerman, Kaisar Franz Beckenbaeur. Pelatih mereka saat itu adalah Helmut Schoen.
3. Argentina vs Inggris, Perempat Final Piala Dunia 1986, Azteca Meksiko.
Secara subyektif saya menilai inilah keajaiban terdahsyat yang pernah terjadi di lapangan sepak bola. Pertandingan antara Argentina melawan Inggris merupakan pertandingan terpanas dan tak mungkin terlupakan. Membicarakan Piala Dunia, laga ini yang pertama terkenang. Apalagi pertandingan ini dikaitkan dengan isu politik kedua negara yang bersitegang merebut pulau Malvinas.
Nilai keajaiban itu adalah dua gol Diego Maradona yang masih terus diperbincangkan dan didebat sampai saat ini. Gol pertama menggunakan tangannya yang kemudian memberi julukan sendiri gol 'tangan Tuhan', dan gol kedua yang oleh FIFA dan fans seluruh dunia didapuk sebagai gol terbaik sepanjang sejarah. Maradona melakukan slalom dari lapangan tengah dan melewati lima pemain Inggris dan kiper Peter Shilton.
Tidak perlu dijelaskan lagi partai ini. Tak terbantahkan ‘si Boncel’ membuat keajaiban yang mungkin tidak terulang lagi.
4. Manchester United vs Bayern Munchen, Final Liga Champion 1999, Barcelona Spanyol.
Final menghadirkan Manchester United dan Bayern Munchen di Stadion Camp Nou dan dipimpin oleh wasit galak Pierluigi Collina. Jujur saja saya bertaruh memilih Bayern Munchen saat itu.
MU datang ke Catalunia dengan kepercayaan tinggi setelah seminggu sebelumnya berhasil meraih double winners di kompetisi domestik. 'Setan Merah" ingin melengkapinya dengan trofi Liga Champions. Pelatih Alex Ferguson (setelah partai ini disebut Sir Alex) juga penasaran karena belum mampu menaklukkan kompetisi bergengsi Eropa, meskipun mendominasi liga Inggris.
Saat saya dan seluruh pendukung Bayern sudah bersiap-siap merayakan kemenangan di ajang akbar karena keunggulan 1-0 bertahan sampai menit ke-90. Keajaiban itu datang secara menakjubkan dan menggemparkan dunia sepak bola. MU mendapatkan dua tendangan sudut pada menit ke-91 dan ke-93 yang dieksekusi David Beckham dan kedua peluang kecil itu berhasil dikonversi gol oleh Teddy Seringham dan Ole Gunnar Solkjaer.
MU meraih trebble winners. Musim 1998/1999 merupakan tahun terbaik MU yang tak bisa terlupakan. Dalam press confrence, manajer Ferguson memberikan inspirasi: “Setiap manusia mempunyai spirit dan spirit itu dapat membuat kita keluar dari kesulitan apapun, asal kita mau mengakui dan menuruti daya spirit tersebut.”
5. Italia vs Belanda, Semifinal Piala Eropa 2000, Amsterdam, Belanda
Belanda ditantang Italia untuk memperebutkan satu tiket final Piala Eropa. Belanda sebagai tuan rumah maju ke semifinal dengan meraih empat kemenangan secara meyakinkan. Sedangkan Italia ke semifinal berkat aksi yang sebenarnya biasa-biasa saja. Italia kali ini sama sekali tidak diunggulkan dan diprediksi bakal angkat koper besok pagi.
Pada menit 20, Italia sudah harus bermain 10 orang melawan Belanda yang didukung 50.000 suporter yang mengorangekan Amsterdam Arena. 90 menit waktu normal Belanda menggempur habis-habisan gerendel Italia yang dikomando Paolo Maldini. Saya juga heran tak satupun bola yang berkenan masuk ke gawang Italia yang dikawal Francesco Toldo.
Extra-time saya kira cukup menamatkan perlawanan Italia. Dan ternyata lagi-lagi salah, meski terus mengepung dan kembali mendapatkan hadiah tendangan penalti, jala Italia tetap tak terkoyak. Frank Rijkard, Pelatih Belanda sampai berkata ada malaikat kecil yang menjaga gawang Toldo.
Dan akhirnya inilah hukuman buat Belanda. Mereka kalah secara tragis melalui adu penalti yang memang sangat dinantikan oleh kubu Gri Azzury. Dari empat algojo Belanda hanya satu yang menembus gawang Toldo, bahkan tendangan Japp Stam melambung tinggi jauh keluar stadion, ada yang berkomentar bola tersebut sampai ke Rotterdam, tempat partai final Piala Eropa akan digelar. Sedangkan tendangan penalti Totti menchip gaya Panenka menipu Edwin Van Der Saar menjadi inspirasi.
6. Italia vs Korea Selatan, Babak 16 Besar Piala Dunia 2002
Bersama Jepang, Korsel merupakan host World Cup 2002. Korsel selama menjalani pertandingan piala dunia tak sekalipun meraih kemenangan. Tapi lihatlah aksi mereka pada saat menjadi tuan rumah. Korsel yang dilatih meneer Guus Hiddink menjadi fenomena Piala Dunia 2002. Mereka tampil sebagai semifinalis dengan mengalahkan empat negara kuat Eropa: Polandia, Portugal, Italia, dan Spanyol.
Terlepas banyaknya tudingan curang selaku tuan rumah, Korsel memang menampilkan sepak bola menyerang yang mengibur. Para pemain juga tak pernah menyerah dan membuat publik sepak bola dunia heran bagaimana kekuatan fisik pemain-pemain Korsel yang seolah melebihi batas kemampuan fisik manusia.
Portugal dibuat pulang lebih cepat, Italia sibuk menyalahkan wasit Byron Moreno sebagai dalih kekalahannya, dan juga Spanyol dibuat tak berdaya dipermalukan Korsel yang kadang dengan mudah mereka kalahkan.
Sontak seluruh warga korsel bersatu dan mengaku bangga sebagai warga negara Korsel.
7. Liverpool vs AC Milan, Final Liga Champions 2005, Istanbul Turki.
AC Milan sudah unggul 3-0 dibabak pertama dan telah merayakan kemenangan ini di ruang ganti, seakan meraka lupa masih ada 45 menit yang mereka harus mainkan.
Kubu Liverpool mendengar perayaan tersebut dan mereka bertekad kalaupun harus kalah malam ini harus secara terhormat. The Reds sadar butuh keajaiban mengejar defisit tiga gol dalam partai sekelas final Liga Champions melawan tim berpengalaman sehebat AC Milan.
Tuhan memberikan keajaiban bagi mereka yang terus berusaha. Dipimpin oleh Stevie Gerrard, dalam 15 menit pertama babak kedua, Liverpool telah berhasil meyamakan skor berkat gol Gerrad, Valdimir Smicer, dan penalti Xabi Alonso. Liverpool menang 3-2 lewat adu penalti. Salah satu partai final Liga Champions paling dramatis sepanjang sejarah.
AC Milan sudah unggul 3-0 dibabak pertama dan telah merayakan kemenangan ini di ruang ganti, seakan meraka lupa masih ada 45 menit yang mereka harus mainkan.
Kubu Liverpool mendengar perayaan tersebut dan mereka bertekad kalaupun harus kalah malam ini harus secara terhormat. The Reds sadar butuh keajaiban mengejar defisit tiga gol dalam partai sekelas final Liga Champions melawan tim berpengalaman sehebat AC Milan.
Tuhan memberikan keajaiban bagi mereka yang terus berusaha. Dipimpin oleh Stevie Gerrard, dalam 15 menit pertama babak kedua, Liverpool telah berhasil meyamakan skor berkat gol Gerrad, Valdimir Smicer, dan penalti Xabi Alonso. Liverpool menang 3-2 lewat adu penalti. Salah satu partai final Liga Champions paling dramatis sepanjang sejarah.
****
Anda boleh setuju, dan boleh juga mencantumkan pilihan selain tujuh daftar di atas.
Salam sepak bola.
Anda boleh setuju, dan boleh juga mencantumkan pilihan selain tujuh daftar di atas.
Salam sepak bola.
Komentar
Posting Komentar