Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2025

Review 9 dari Nadira: Drama Jurnalis Perempuan

Gambar
Pada suatu pagi 10 Desember 1991, Nadira Suwandi menemukan ibunya, Kemala Yunus, tewas bunuh diri. Sungguh mengejutkan. Mengapa perempuan hebat itu memutuskan mati? Sejak kematian Kemala, kehidupan Nadira berubah. Nadira sebagai seorang anak, saudara, sahabat, kekasih, istri, dan sebagai jurnalis. Ia menjadi berbeda, wajahnya kusut. Kolong meja kerjanya berubah menjadi tempat dia menyembunyikan seluruh kesedihan dan traumanya, ia tak peduli pada gejolak dunia. Novel ini terdiri dari sembilan bab mengisahkan hubungan Nadira dengan orang-orang terdekatnya. Pada ayahnya Bramantyo, pada dua saudaranya Arya dan Nina, pada mantan suaminya Niko, dan pada bosnya Utara Bayu. Karakter-karakter kuat dan menarik yang mengungkap trauma, kehilangan, dan harapan. Drama yang lengkap tentang keluarga, karier, persahabatan, dan percintaan. Alur ceritanya tidak linear sebagaimana novel-novel Leila S Chudori sebelumnya. Tapi enak dibaca, karena selalu ada "ledakan-ledakan" menyenangkan saat kita...

Sang Nakhoda Mengarungi Samudra Luas

Gambar
Ujung Pandang, suatu hari pada bulan Maret 1974, Rektor Universitas Hasanuddin Achmad Amiruddin, mengajak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Syarif Thayeb meninjau kampus Unhas Baraya dengan menyetir sendiri jeep "Land Rover".  Di suatu titik mobil terperosok masuk lubang kubangan. Mesin pun mati. Ketika Amiruddin berusaha menghidupkan kembali, menteri menghalangi, kemudian mengucapkan: "Pindahkan saja kampus ini". Ucapan yang membuat Amiruddin agak shock .  Tujuh tahun kemudian kampus baru Unhas diresmikan, berdiri megah dan asri di Tamalanrea. Kampus yang menjadi candradimuka bagi penempaan calon-calon pemimpin di Sulawesi Selatan.  Demikianlah cerita menarik yang ditulis pada bab "Memindahkan Kampus Unhas", di buku biografi  A. Amiruddin Nakhoda dari Timur. **** Untuk generasi saya dan sebelumnya, sosok Amiruddin adalah pemimpin ideal dan banyak dikagumi karena prestasinya sangat fenomenal. Nilai-nilai yang ia tanam dan jejak-jejak yang ia bangun masih t...

Ketika Laki-laki Bercerita dan Mencari Makna

Gambar
Buku Man's Search For Meaning  ditulis sangat indah dan menawan hati oleh Viktor Emil Frankl.  Buku yang ditulis pada 1945, awalnya konon ingin diterbitkan secara anonim. Berkisah tentang pengalaman mengerikan Viktor sebagai tawanan holocaust di kamp konsentrasi Auschwitz (nomor 119.104). Pengalaman di Auschwitz , betapa pun mengerikan, menguatkan kembali apa yang sudah menjadi salah satu gagasan besar Viktor bahwa hidup bukanlah sebuah upaya mencari kepuasan sebagaimana diyakini Sigmund Freud, atau mengejar kekuasaan sebagaimana pemikiran Alfred Adler, tetapi sebuah pencarian makna.  Setelah keajaiban selamat dari kamp neraka, Viktor menlanjutkan hidup sebagai psikologis klinis terapi yang kemudian terkenal dengan konsep logoterapi.  Logoterapi menganggap manusia sebagai makhluk yang tujuan utama hidupnya adalah untuk memenuhi suatu makna alih-alih sekadar menikmati dan memuaskan keinginan dan nalurinya.  Pasien-pasien dengan bermacam keluhan dan nestapa dat...

Suatu Minggu Pagi di Kuta (18- Selesai)

Gambar
Sampailah hari terakhir kami di Bali, pada Minggu 2 November 2025. Tak afdal rasanya jika belum berkunjung ke kawasan Kuta. Pantai ikonik dengan pasir putih, ombak gulung tebal, dan sinar matahari-nya yang sudah terkenal sejak lama. Dari tempat menginap, Yans House Hotel, di Jalan Kartika Plaza, Kuta, sebelum pukul 7.00 kami berjalan kaki menyusuri jalan-jalan menuju pantai, melewati Pasar Seni Kuta, dan hanya 10 menit sudah berada di pantai legendaris ini. Minggu pagi itu di Pantai Kuta sedang dilaksanakan upacara adat keagamaan Hindu, juga kegiatan aksi bersih-bersih limbah plastik oleh pemerintah Kecamatan Kuta dengan komunitas lokal. Di seberang pantai dilaksanakan event Rock and Run 2025 yang berpusat di Hard Rock Hotel. Kaki Siti dan Uswa akhirnya menginjak pasir pantai di Bali. Ombak dan pasir Kuta memang keren bagi penggemar selancar. Suasana Minggu pagi di Kuta bikin hari kita langsung cerah, semangat menjalani hidup. Setelah puas berjalan di bibir pantai sekitar 15 menit, ...

Terpukau Kemegahan GWK (17)

Gambar
Bulan Oktober berganti ke November 2025 ketika kami menginap di Askara Canggu Towhouse  yang villanya berdesain mezzanine . Usai melewatkan pagi dengan ngopi dan berberes-beres, pada pukul 11.00, Adi, driver mobil rental sudah menjemput kami untuk melanjutkan perjalanan menyusuri pulau Bali saat  weekend. Pemberhentian pertama adalah pasar Love Anchor Canggu , semacam pasar seni yang sedang populer. Kemudian makan siang di Bali Timbungan yang tertelak di Jalam Sunset Road. Usai puas menyantap, selanjutnya menuju Krisna By Pass .  Selesai urusan oleh-oleh pukul 16.20, kami melanjutkan perjalanan sore itu menuju Garuda Wisnu Kencana (GWK), di Desa Ungasan. Dari Krisna berjarak 10 kilometer dan ditempuh selama 25 menit perjalanan lancar, hanya di Jimbaran sedikit macet menjelang Sabtu malam. Kami tiba di GWK sebelum pukul 17.00. Baru memasuki gerbang GWK sudah terasa kemegahan dan auranya yang kuat.  Dari gerbang kita diantar shuttle train  sebelum masuk ...

Drama Lima Babak Perundingan di Helsinki (16)

Gambar
Masih di festival Ubud . Salah satu yang ditunggu event ini adalah nonton film bareng di Alang-Alang Stage, Taman Baca. Biasanya film underrated , kontroversial, dan kadang sengaja tidak diputar di bioskop-bioskop komersial. Lebih istimewa lagi, di Ubud kita menonton film bersama sutradaranya. Saya belum lupa momen pemutaran film Memories of My Body ( 2019 )   bersama Garin Nugroho, sutradara kaliber Indonesia. Edisi kali ini juga spesial, pada Jumat malam 31 Oktober 2025, film programme menayangkan  The Last Accord:  War, Apocalypse, and Peace in Aceh.  Film dokumenter ini disutradarai Arfan Sabran, sineas asal Makassar. Sebelumnya saya mengenal Arfan sebagai dosen jurusan Biologi di Universitas Hasanuddin. Arfan resign dari kampus, hengkang ke Jakarta, karena ia memilih fokus sebagai sutradara. Ketemulah kami di Ubud, momen  luar  biasa. **** Film dokumenter 75 menit ini menceritakan kisah luar biasa tentang bagaimana salah satu konflik terpanjang d...

Cerita dari Taman Baca Ubud (15)

Gambar
Saya senang menghadiri lagi  Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2025, setelah terakhir pada edisi  2019 , walaupun saya datang hanya satu hari dari lima hari pelaksanana, pada hari ke-3, Jumat 31 Oktober 2025.  Hari itu itu saya berpisah tujuan dengan Vera, Siti, dan Uswa. Sementara saya sepanjang hari di venue UWRF, mereka bertiga memilih menjelajahi tempat-tempat menarik di Ubud  yang memiliki alam dan nuansa pedesaan, juga seni dan budaya yang sudah terkenal.  Begitu tiba di Taman Baca, lokasi utama UWRF, pada pukul 11.00, terlebih dulu saya jajan seporsi bakso Afung   di festival food.  Bakso daging sapi ini memang selalu membuat saya kenyang dan merasa puas menyantapnya. Saya pun siap bergabung dalam diskusi-diskusi panel dan program yang sudah terjadwal. UWRF adalah festival tahunan yang sudah  dilaksanakan sejak tahun 2004,  diinisiasi Janet DeNeefe dan diprakarsai Yayasan Mudra Swari Saraswati.  Ruang pertemuan para ...

Bermain dan Belajar di Marine Safari (14)

Gambar
Destinasi berikutnya pada Kamis 30 Oktober 2025 adalah wisata di Bali Safari and Marine Park. Dari 32Do jaraknya sekitar 30 kilo meter yang ditempuh 70 menit dalam situasi lalu lintas normal. Sebagai informasi, Bali pada bulan Oktober dan November belum peak season , jadi relatif lancar.  Kami juga ke Safari memilih bukan saat weekend. Vera, Siti, dan Uswa, banyak menghabiskan waktu perjalanan dengan tidur. Sedangkan saya ngobrol dengan driver Anggara sambil menyaksikan aktivitas-aktivitas menarik di rute yang dilewati. Saya juga menyempatkan membeli tiket Safari via aplikasi, mengantisipasi antrean panjang di konter.  Harga tiketnya 250 ribu rupiah untuk dewasa, dan 200 ribu untuk anak-anak. Untuk turis asing harganya dua kali lebih mahal (mengapa begitu?). Karena tidak mengerti detailnya, saya keliru membeli, yang saya order tiket Safari Adventure   Legend , padahal tujuan kami  Marine  Safari . Kami baru menyadari saat proses   wristband barcode ...

Suatu Pagi di Kafe 32Do yang Keren (13)

Gambar
Usai istirahat yang cukup memulihkan tenaga, dan melaundri express pakaian Vera dan saya di depan penginapan, pada hari Kamis pagi 30 Oktober 2025 kami sudah cekout dari Alron Hotel, karena malam ini kami akan pindah menginap di kawasan Ubud. Kamis itu kami rencanakan berkunjung ke Bali Safari and Marine Park yang terletak di Kabupaten Gianyar, searah dengan rute Ubud.  Kami menyewa mobil New Avanza di aplikasi Tiket seharga 425 ribu rupiah.  Driver yang mengantar kami berkeliling bernama Anggara, orang Jogja yang merantau ke Bali. Anggara sudah menjemput kami pada pukul 9.30.  Pemberhentian pertama kami adalah mencari makan, pilihan Siti dan Uswa adalah  32Do Bali , kafe yang katanya viral di TikTok.  Lokasinya di Jalan Lebak Sari Petitenget, Kerobokan. Butuh 30 menit sampai ke sini. Tepat di sampingnya ada Waroeng Kopi Klotok . Saya yang butuh nasi, mampir makan dulu di sini dengan nasi sayur lodeh, tempe garit, mendoan, pisang goreng, dan tentu saja k...

Perjalanan Seru Bertemu Siti dan Uswa di Bali (12)

Gambar
Di Dataran Merdeka yang historis, Vera dan saya mengakhiri perjalanan di negeri jiran selama 5 hari. Kami harus segera bergeser ke KL Sentral, menumpang bus, dan bertolak ke bandara KLIA Sepang . Kami akan meninggalkan Kuala Lumpur dengan pesawat Batik Air Malaysia tujuan Denpasar-Bali dengan flight number OD-177 pukul 16.45.  Yes , sebelum cuti selesai, kami melanjutkan perjalanan di Bali. Yang membuat lebih happy , k edua anak kami, Siti dan Uswa akan bergabung. Mereka berdua berangkat dari Makassar. Pada pukul 13.00 kami tiba di KL Sentral, langsung mendatangi konter untuk membeli tiket bus yang berangkat setiap 20 menit. Kursi bus pukul 13.20 dan pukul 13.40 habis terjual, sehingga kami baru bisa berangkat pada pukul 14.00. Waktu menunggu hampir satu jam kami isi dengan berkeliling di NU Sentral Mall dan ngopi di gerai Starbucks , sekaligus membereskan dan menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Perjalanan ke bandara molor 10 menit. Kami baru tiba pada pukul 15.15, ham...

Memaknai Kemerdekaan di Independence Square (11)

Gambar
Usai ngopi dan brunch yang berkesan di How Kow Hainan Kopitiam menjelang pukul 12.00, kami sudah mesti antisipasi ketat perjalanan ke airport KLIA, mengingat kami akan menaiki pesawat Batik Air tujuan Denpasar Bali pada Rabu 29 Oktober 2025 pukul 16.45. Sebelum mengambil bus ke KLIA masih ada satu tempat yang bisa dikunjungi, dan kami memilih mendatangi Independence Square atau yang populer juga disebut Dataran Merdeka, landmark bersejarah di Kuala Lumpur. Hanya berjarak 2 kilometer dari Hainan dan ditempuh kurang dari 10 menit. Saat tiba, kami melihat Alun-alun ini sedang direvitalisasi termasuk bangunan ikonik di seberangnya yang berdiri megah, dihiasi dengan kubah dan menara jam yang besar, khas arsitektur klasik gaya Britania. Bangunan ini dibangun pada 1894-1897 dan difungsikan sebagai kantor pemerintahan kolonial Inggris sebagai simbol hegemoni. Pemerintah Malaysia mengubah nama gedung itu menjadi Gedung Sultan Abdul Samad, namun tidak menujukkan nafsu untuk menghancurkan b...

Tradisi Ngopi di Hainan Kopitiam (10)

Gambar
Sebagai bangsa yang didiami mayoritas etnis Melayu, China, dan India, ngopi telah menjadi bagian dari budaya Malaysia. Tak mengherankan Kuala Lumpur dikenal sebagai surga penggemar kopi. Ada banyak tempat ngopi dengan mudah kita temui, mulai dari warkop kecil tradisional hingga kafe-kafe modern. Mereka telah mengembangkan tradisi ngopi yang unik dan beragam.  Kopi adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Kopi dinilai bukan sekadar minuman, tapi juga ritual sosial, mereka menikmati kopi sambil berbincang dan bersosialisasi bersama keluarga dan teman-teman.  Sebagai peminum kopi saya pun tertarik menyesap secangkir kopi hitam moncoba menyelami tradisi yang sudah mendarah daging di sini. Sambil mendorong koper, pada Rabu pagi 29 Oktober 2025, kami tiba di Ho Kow Hainan Kopitiam yang terletak di Jalan Balai Polis, Pusat Bandaraya, tak jauh dari kunjungan semalam di Pasar Seni dan Petaling , kawasan Chinatown Bukit Bintang.  Kedai ini sudah ada sejak 1956, menem...

Malam Terakhir di Negeri Jiran (9)

Gambar
Setibanya di KL Central dari Genting dan cekin di D ' Majestic di kawasan Pudu, pada Selasa sore 28 Oktober 2025, Vera dan saya melanjutkan perjalanan, mengunjungi kawasan Kuala Lumpur City Centre (KLCC), akan berdiri di depan Menara Kembar Petronas, landmark Malaysia. Untuk kali ini kami menjajal kereta LRT, dari Stasiun Pudu yang berada di seberang hotel. Untuk menuju ke KLCC dari Pudu terlebih dahulu menuju stasiun Masjid Jamek, tarifnya RM-1,2. Kemudian berpindah kereta Kelana Jaya bawah tanah dan melewati dua stasiun yakni Dan Wangi dan Kampung Baru, sebelum tiba pada pukul 18.00 di Stasiun KLCC yang terletak di basement Mall Avenue-K. Salah satu stasiun tersibuk. Kita nyaman berjalan kaki di jalur mengikuti petunjuk sampai keluar di Jalan Ampang, tepat berada di bawah  Menara Kembar Petronas yang menjulang mencakar langit. Menara 88 lantai ini diarsiteki oleh Cesar Peli, mulai dibangun  pada 1992 dan diresmikan pada 1 Agustus 1998. Sempat menjadi gedung tertinggi di ...