Mengunjungi Pasar Malam Jalan Alor (4)

Masih di kawasan Bukit Bintang, Vera dan saya bergeser ke arah Barat Jalan Sultan Ismail. Betul, kami menuju ke Jalan Alor, Kampung Baru.

Jalan legendaris ini membentang dari Jalan Raja Chulan hingga Jalan Pudu, tak jauh dari Chinatown. Inilah jalan paling terkenal di Kuala Lumpur. Salah satu destinasi wajib para pelancong. 

Dinamakan Jalan Alor konon merujuk pada keberadaan parit (Alor) di bawahnya untuk mengalirkan air ke Sungai Klang. Ruas jalan sepanjang 1,5 kilometer ini memiliki sejarah, bermula dari zaman kolonial Inggris sebagai jalan yang menjadi pusat perdagangan.

Semakin berkembang pada awal kemerdekaan Malaysia pada 1960-an, mulai menjadi destinasi kuliner jalanan, dengan banyak pedagang makanan yang membuka lapak di sepanjang jalan.

Pada era 1980-an, Jalan Alor semakin populer di seluruh negeri dan mancanegara. Pada tahun 2000-an, jalan ini mengalami revitalisasi besar-besaran dengan pembangunan fasilitas dan infrastruktur, seperti penerangan dan trotoar yang lebih luas. Jalan sepanjang 1,5 kilometer dipenuhi ribuan lampion, mulai ramai dari sore sampai tengah malam.

Kami datang di Alor menjelang pukul 23.00 pada Sabtu 25 Oktober 2025 lalu, dan belum ada tanda-tanda ruas jalan ini akan berangsur sepi. Banyak orang memvideo aktifitas di pasar malam ini, membuat konten-konten menarik.

Vera dan saya bergabung dengan ribuan pengunjung menikmati suasana malam yang meriah ini sambil berjalan-jalan santai di tengah gedung-gedung tinggi ibu kota. Kita mesti melambatkan langkah kaki saat berjalan karena sangat ramai dan sibuk.

Kami dapat melihat dan mencium aroma jenis-jenis makanan yang dijajakan. Dari masakan khas Malaysia seperti nasi lemak, roti canai atau masakan China seperti dimsum, ayam goreng, bebek, yang ditemani dengan botol bir. Makanan dari Thailand, India, Korea Selatan, dan Jepang tersedia. Semuanya terasa otentik. Jalan Alor telah menjadi sebuah simbol budaya dan kuliner Malaysia.

Sang raja buah, durian, bisa dibilang ikon Alor, tersedia dalam banyak ukuran. Aneka jajanan ringan hasil olahan seperti kacang rebus, gorengan, es krim, dan es kelapa, juga laris manis. Karena masih kenyang, bingung mau membeli apa. Tapi tak afdal rasanya jika tidak jajan, saya pun membeli mangga potong segar dalam kemasan gelas seharga RM-5 (20 ribu rupiah), menyantapnya sambil melanjutkan berjalan, heheh.

Menjelang pergantian hari kami sudah tiba di ujung Alor menuju Jalan Pudu, menunggu Grab untuk bersiap kembali ke penginapan. Menghabiskan malam Minggu di Jalan Alor telah memberikan pengalaman menyenangkan.




























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Enlightenment Now: Kehidupan Menjadi Lebih Baik

Kenangan di Prambanan Jazz

Jumbo: Dongeng Kesatria dari Kampung Seruni