Kita Balapan di Sepang (6)

Salah satu alasan kami melawat adalah menonton MotoGP Malaysia 2025 yang digelar di Sirkuit Internasional Sepang pada 24-26 Oktober 2025.

Kami sengaja melewatkan pada hari pertama dan kedua (Jumat dan Sabtu), dan hadir hanya pada race day yang dilaksanakan pada Minggu sore pukul 15.00.

Sirkuit ini terletak di Sepang, Selangor, satu kawasan dengan KLIA, tapi sirkuit ini lebih jauh sekitar 5 kilometer, jadi jarak dari pusat kota sejauh 62 kilometer.

Usai kunjungan singkat di Chow Kit, menjelang pukul 12.00 kami bergerak ke terminal Pasar Seni (Central Market), untuk menumpang shuttle bus khusus event MotoGP yang mengantar penonton ke Sepang. Tarif RM-20, tapi jika membeli pergi-pulang senilai RM-35 (140 ribu rupiah). Bus RapidKL yang kami naiki berangkat pada pukul 12.10 dan tiba pada pukul 13.30. Perjalanan relatif lancar, kecuali tersendat di gerbang sirkuit.

Penumpang diturunkan di parkiran utama, kemudian melanjutkan dengan internal shuttle yang mengantar penonton pemegang tiket ke tribun masing-masing. Kami dan rombongan tiket Grand Stand-F, lebih dulu turun, kemudian Main Tribun, lalu Grand Stand-K.

Di Grand Stand-F area t-7, tidak mengenal nomor kursi, jadi siapa yang cepat datang bebas memilih seat yang ideal. Siang itu tribun penuh sesak fans motomania, kami yang datang pukul 14.25 jelas sudah tak kebagian kursi. Terpaksa duduk di jalur anak tangga. Saya bersampingan duduk dengan WNI yang berasal dari Jawa Barat.

Di sini juga saya baru mengetahui bahwa balapan Moto-2 akan dilaksanakan pukul 16.30, setelah MotoGP, karena ada insiden sewaktu sesi latihan.

Balapan utama dimulai dengan ceremony pada pukul 14.40, diawali dengan aktraksi pesawat melakukan manuver-manuver spektakuler di langit Sepang, membuat takjub dan gemuruh. Dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia "Negaraku", yang disusul yel-yel gelombang yang meriah, sambil menunggu lampu padam tanda balapan dimulai.

Ketika balapan berlangsung, yang terdengar hanya raungan motor-motor yang menggelegar, sedangkan di tribun menjadi tenang karena penonton sangat fokus menyaksikan aksi-aksi balap yang intens, seru dan menegangkan para pebalap.

Setelah adu balapan 20 lap mengelilingi 5,543 kilometer, selama 40 menit, akhirnya pebalap Alex Marquez dari tim Gresini Ducati memenangkan balapan sore itu, diikuti Pedro Acosta (Red Bul KTM) di posisi kedua, dan Joan Mir (Repsol Honda) di posisi ketiga. Sayang juara dunia Marc Marques absen di Sepang karena masih cedera setelah mengalami insiden di Mandalika. Tapi tetap balapan yang seru dan penonton merasa terhibur.

Usai balapan, pada pukul 16.20 kami pun meninggalkan tribun, saya menyempatkan menjamak salat Duhur dan Azhar di surau sirkuit yang luas dan bersih. Salah satu keunggulan Sepang adalah fasilitasnya seperti toilet dan surau bersifat permanen, dan dirawat dengan baik.

Kami tiba di parkiran shuttle bus menjelang pukul 18.00 untuk perjalanan balik ke Pasar Seni. Dengan estimasi 75 menit, kami berencana makan malam di sana.

Dari dalam bus, saya melihat kembali area sirkuit yang dikelilingi hamparan perkebunan kelapa sawit, hingga hilang dari pandangan. Akhirnya misi mendatangi Sirkuit Sepang yang megah menonton balapan kelas dunia sejak tahun 1999 telah terwujud, menjadi kenangan indah.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Enlightenment Now: Kehidupan Menjadi Lebih Baik

Kenangan di Prambanan Jazz

Jumbo: Dongeng Kesatria dari Kampung Seruni