Suatu Malam Minggu di Bukit Bintang (3)
Inilah cerita malam pertama di Malaysia. Pas sekali ini Sabtu malam.
Usai masuk room apartemen type studio dengan luas 22 meter yang nyaman dan dilengkapi fasilitas cukup lengkap, kami bisa istirahat sekitar hampir dua jam. Mandi, sembahyang, menelpon mengabari keluarga, dan yang lain.
Setelah pukul 20 kami tentu sudah lapar mengingat terakhir makan saat di pesawat, jadi kami ingin keluar berburu kuliner sekalian berjalan-jalan menghabiskan malam Minggu di sini.
Dari informasi di media sosial, Vera mengajak makan di Restoran Nasi Kandar Umar di Kawasan Bukit Bintang, tepatnya Jalan Sultan Ismail Kuala Lumpur. Resto yang buka nonstop 24 jam ini berjarak 5,5 kilometer dari apartemen, jadi lagi-lagi kami memesan Grab, tarifnya RM-8,3.
Jika menggunakan Bus Rapid-KL lebih murah (RM-1,5 per orang), tapi kalau lebih dari dua orang pilihan Grab juga oke karena kita turun langsung di titik tujuan, bukan di halte kemudian berjalan kaki dalam jarak tertentu lalu bertanya-tanya di mana bangunan yang kami tuju. Sama halnya jika menggunakan train (RM-2,2), semua ada plus dan minusnya, silakan dipilih sesuai kebutuhan.
Kembali ke Nasi Kandar Umar. Posisi resto ini strategis di sudut keramaian, sulit tidak melihat restoran ini yang mencolok di jalan poros. Malam itu rasa lapar saya menghilang melihat limpahan makanan yang disajikan di etalase kaca yang besar. Ayam goreng, ikan bakar, udang goreng, bebek, kambing dan sebagainya.
Jadi Vera saja yang memesan nasi briani dengan lauk ayam panggang, telur rebus, dan olahan sayur nangka. Ia juga membeli minuman dingin ukuran jumbo. Karena porsinya yang banyak, itu cukup buat kami berdua menyantapnya dalam satu loyang. Ya, setelah mencoba rasanya memang masih cocok dengan lidah Makassar saya. Harga makan kami malam itu RM-19,3 (77.200 rupiah).
Usai perut terisi dan merasa stabil, waktunya menjelajah kemeriahan malam di Bukit Bintang dan Jalan Alor yang legendaris. Berjalan kaki di trotoar Jalan Sultan Ismail bagaikan berjalan di bawah lampu sorot yang tak pernah putus.
Jalan ini merupakan lokasi favorit di Kuala Lumpur untuk jalan-jalan malam. Mata kita dijamin tak berkedip menyaksikan keramaiann jalan ini yang dipenuhi apa saja. Perkantoran, perbelanjaan, cafe, restoran, bar, karoke, dan diskotik. Banyak yang bilang inilah Times Square ala Kuala Lumpur.
Di satu pusat persimpangan Jalan Bukit Bintang dan Changkat, akses menuju Jalan Alor, di sebuah trotoar luas dekat stasiun MRT, sekelompok musisi Melayu berjumlah sekitar 11 orang yang menamakan Mini Onz Busker, menghibur ratusan pengunjung dengan musik yang bervariasi dari lagu lokal hingga lagu-lagu Internasional.
Malam itu lagu "Ada Setan" yang paling heboh, menarik ratusan orang berjoged termasuk tiga bule berada di tengah mengajak kita semua menikmati malam ini.
"Ada setan/ ada setan di hatimu/ setan belang mata keranjang/ tukang godain eh anak orang/ kalau dikasih hati/ minta yang lain lagi, gila..."
Malam berkesan di Bukit Bintang.

Komentar
Posting Komentar