Merayakan Sepak Bola Baru dari Bundesliga

(sumber: https://www.spiegel.de/sport/fusball/)

Setelah sepuluh pekan berhenti karena badai Covid-19, kompetisi sepak bola kembali bergulir. Liga Jerman atau lebih populer dengan nama Bundesliga menjadi kompetisi elite di Eropa yang pertama bangkit.

Saat liga-liga di Belgia, Belanda, dan Perancis lebih dahulu menyerah dengan mengentikan kompetisi, Bundesliga menunjukkan jalan terang. Pada akhir pekan yang lalu, mulai pada Sabtu, 15 Mei 2020, otoritas Bundesliga melanjutkan 82 laga yang tertunda dan rencananya rampung enam minggu ke depan.

Ya. Sepak bola telah menghadirkan energi positif di tengah pandemik. Ia kembali dalam versi dan dimensi baru, bukan sepak bola seperti yang kita pahami. Sejumlah tradisi ritual menggelar pertandingan menghilang. Aturan protokol Covid-19 yang ketat harus dipatuhi untuk menggelar laga. Jumlah orang yang berada di dalam stadion sangat dibatasi, meliputi skuad kedua tim, perangkat pertandingan, tim medis yang lebih siaga, dan pekerja media yang jauh berkurang. Semua wajib mengenakan masker pelindung. Hanya pemain di lapangan dan wasit yang boleh melepaskan.

Bench tim yang bertanding juga sangat berbeda. Pemain cadangan ditempatkan dengan jarak aman, bahkan ada laga mereka didudukkan di tribun yang biasanya untuk penonton. Tentu saja yang paling mencolok adalah seluruh pertandingan yang dilangsungkan tanpa penonton dengan stadion kosong melompong. 

Untuk menghapus dahaga hari-hari panjang tanpa tayangan sepak bola, saya memilih menonton laga seru antara Borrusia Dortmund vs Schalke 04, Derby Lembah Ruhr yang digelar di Stadion Westfalen, Dortmund.

Pertandingan berjalan lesu dan sunyi. Saking senyap, bola yang disepak keras, suara pemain, dan arahan pelatih di tepi lapangan bisa terdengar dari layar kita di rumah. Dortmund memenangkan pertandingan dengan skor telak, 4-0. Kita tentu membayangkan bagaimana meriahnya fans di Stadion terbesar di Jerman berkapasitas 82 ribu kursi ini merayakan kemenangan penting pada waktu normal. Atmosfer di Westfalen sudah dikenal sangat mengintimidasi lawan-lawan, terutama di sisi selatan yang dikenal dengan Tembok Kuning, roh yang menghidupkan stadion.

Gestur perayaan tak lagi sama. Pencetak gol Erling Braut Haland, Raphael Guerreiro, dan Thorgan Hazard, merayakan selebrasi dengan menjaga jarak, tanpa rangkulan emosional dari rekannya. Gairah besar telah digantikan keheningan. Yel-yel, teriakan, nyanyian atau umpatan tak terdengar sore itu.

Sebagai tontonan, jelas itu tidak sempurna. Pertandingan telah kehilangan daya tariknya tanpa fans, para pemain masih dihantui takut terinfeksi, dan itu akan tetap seperti itu sampai kita menemukan vaksin Covid-19. Kita sedih tapi itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Itulah yang maksimal untuk kondisi saat ini. Kita memang harus bersabar.

Terlepas dari banyak kritik, kembalinya sepak bola Jerman adalah momen besar, jawaban atas keraguan mengenai nasib sepak bola, yang akan menjadi model adopsi bagi liga-liga Italia, Spanyol, dan Inggris segera menyusul.

Sebagai pelopor di antara liga-liga besar di Eropa, Bundesliga berani mengambil tanggung jawab besar. Menjalankan pertandingan dengan protokol Covid tentu tak mudah. Akan terlihat dalam beberapa minggu ke depan apakah sepak bola model baru aman dari penyebaran infeksi. Yang sudah pasti, restart Bundesliga akan menunjukkan seperti apa sepak bola dalam waktu dekat.

Kembalinya sepak bola adalah cara ampuh bahwa kita bisa pulih dari badai. Penanganan cepat dan tepat pemerintah Jerman telah berhasil membuat negara tersebut kondusif pasca krisis panjang pandemi. Jerman memperlihatkan contoh yang baik cara untuk bangkit, dan Bundesliga menjadi protagonist sepak bola dunia saat ini.

Salam sepak bola.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja