Peradaban Orang Balbod Makassar

(dok. pri)

Di kota Makassar (dulu sempat bernama Ujung Pandang), ada satu kawasan yang sangat populer dengan stigma negatif. Masih melekat hingga kini meski sudah mengalami transformasi sosial budaya masyarakatnya.

Balang-Boddong namanya, selalu disingkat dengan Balbod, dan saya termasuk warga ber KTP setempat. Hehehe.

Balbod, mempunyai sejarah kehidupan yang kelam dalam perjalanan waktu. Tanyakan pada  anak muda Makassar yang tumbuh di era 1970-an hingga masa 1990 an, Balbod adalah legenda yang menyimpan banyak kisah dan peristiwa yang masih sering diangkat ke permukaan ketika mereka-mereka yang dulu sebagai “penguasa” kawasan ini sesekali bertemu.

Balbod merupakan satu kawasan old town di Makassar sebelah selatan, mencakup jalan Letjen Mappaoddang, jalan Andi Mangerangi, jalan Baji Gau, dan beberapa jalan dan gang sempit. Secara administratif  berada di bawah naungan kelurahan Bungaya, Kecamatan Tamalate. 

Tiap kali saya menjawab tinggal di jalan Mangerangi, sering kali orang masih bingung, tapi ketika saya menyebut Balbod, mereka langsung tahu.

Setua apa peradaban orang Balbod ?

Belum jelas benar. Sering terjadi perbedaan pendapat tentang awal mula orang mendiami kawasan ini. Yang pasti, Balbod dulunya daerah yang dipenuhi tanah basah, kolam-kolam dangkal, dan rawa-rawa yang banyak ditumbuhi eceng gondok. Itulah sebabnya dinamakan Balang.

Sejak dulu, Balbod terdiri dari beberapa kompleks perumahan pemerintah. Ada kompleks Gubernuran, kompleks PU, kompleks Agraria, asrama Polisi, dan kompleks dinas Pendidikan. Kompleks perumahan dinas-dinas tersebut merupakan yang pertama di Makassar. Satu tandanya, banyak didiami PNS yang telah lansia dan sudah lama pensiun.
Selain itu, Balbod juga dihuni komunitas pendatang, mayoritas dari Jawa sehingga lokasi mereka disebut kampung Jawa. Mereka biasa pula disebut orang Kulon. Ada juga daerah Got besar, tempat kumpulan orang Toraja, yang garis wajahnya pada umumnya mudah dikenali.

Kehadiran sekolah-sekolah mulai dari SD Inpres, SD Sambung Jawa, SMP 1, SMP 3, SMP 24, SMA 2, SMA 3, SMA 8, SMA 11, SMK. 1 dll. Makin menambah keramaian Balbod di siang hari.
****

Boleh dikata, Balbod merupakan black districk of Makassar dari periode 1970-an hingga akhir 1990-an. Di sana, seluruh tindak kejahatan pidana: perkelahian, tawuran, penganiayaan, pembunuhan, pencurian, pemalakan, perampokan, perjudian kartu dan sabung ayam, minuman keras, pelecehan seksual, sampai prostitusi sudah pernah dan jamak terjadi. Dari pagi, siang, sore, hingga malam.

Kini, mungkin secara kebetulan mengikuti jatuhnya rezim Orde Baru pada 1998, wajah Balbod juga telah berubah dan perlahan-lahan menjadi kawasan peradaban yang lebih manusiawi dan lebih ramah dari sebelumnya. Sudah tidak terjadi lagi kejahatan pidana yang berulang-ulang. Jalanan dan gang-gang makin terang oleh lampu merkuri di malam hari, tak lagi hadir suasana mencekam dan rasa ketakutan melintasi kawasan itu, khususnya para pedagang kaki lima yang dulu selalu menjadi korban kebrutalan.

Namun, yang tersisa sekarang adalah cerita-cerita lama dari para pelaku kejahatan jaman itu. Mereka adalah kelompok preman yang “menguasai” tempat-tempat di Balbod waktu itu. Beberapa orang dari mereka masih kerap menggunakan “kekuasaannya”. Sedikit lebih halus dari masanya. Dan orang-orang pun masih ada saja selalu terintimidasi jika berada di dekat ‘penguasa’ tersebut, sehingga selalu bersikap baik padanya.

Demikianlah dinamika Balbod.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja