Nasionalisme Lewat Sepak Bola

Sebenarnya saya agak malas hari gini bicara nasionalisme, di saat Pancasila sebagai roh kehidupan berbangsa dan bernegara semakin terpinggirkan oleh ideologi asing.
Namun mari melihat dari sisi nasionalisme lewat sepak bola. 
Sudah sering saya katakan, sepak bola bukan sekadar cabang olahraga. Kemenangan bukanlah satu-satunya dari permainan sepak bola. Sepak bola telah menjadi bahasa universal yang begitu diterima oleh semua kalangan. Sepak bola menyangkut hajat hidup orang banyak. Tidak ada batasan dari berbagai latar belakang apa pun untuk dapat menikmati olahraga ini. Tak terkecuali di Indonesia, yang notabene prestasinya hampir tak ada yang patut di banggakan.
Oleh karena itu, jangan bicara prestasi dulu sebelum sepak bola kita diatur secara profesional oleh organisasi bernama PSSI. Memang mencatat prestasi itu bukanlah hal mudah, jangankan dalam permainan, dalam hal organisasi saja sepak bola Indonesia harus harus terus bergulat dengan berbagai kepentingan yang tak berhubungan.
Berangkat dari pemahaman bahwa nasionalisme ternyata bisa diperjuangkan lewat bola, dari situlah para pengurus federasi PSSI dan dukungan masyarakat mulai membangun kehormatan negara kita lewat sepak bola.
Dalam era globalisasi yang telah melampaui batas ruang dan waktu ini, membicarakan nasionalisme terkesan agak naïf dan tidak terlalu relevan lagi. Namun biar bagaimana sifat kebangsaan nasionalisme perlu terus ditumbuhkan dan dibentuk, caranya tidak hanya sebatas kemampuan bersaing di dunia ekonomi, politik, tapi juga lewat olahraga terutama sepak bola.
PSSI harus sadar dan perlu belajar dari sejarah, betapa prestasi sepak bola kita sesungguhnya sangat terkait dengan kebanggaan bangsa yang menumbuhkan nasionalisme.
Simpan saja dulu mimpi timnas kita menembus Piala Dunia. Mohon juga bersabar untuk bisa kembali menjadi "Macan Asia" seperti pada era 1970-80 an. Target paling realistis yang sudah di depan mata adalah menyabet medali emas Sea Games 2021. 30 tahun tanpa gelar, sekalipun hanya kawasan regional Asia Tenggara sesungguhnya membuat kita sakit.
Tidak ada istilah terlambat untuk menata sepak bola kita yang lebih baik. Kami tak pernah berhenti mendukung. Maju terus dan jaya lah sepak bola Indonesia.
Salam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja