Cerita Suporter PSM Makassar (2)


Kampiun di Milenium Baru

Baru saat memasuki milenium, PSM kembali menjadi tim yang solid. Nurdin Halid balik kandang. Pemain asing dan pemain nasional terbaik dikontrak dan digaji tinggi. De Melo, Kurniawan ‘Kurus’, Bima Sakti, Miro Baldo Bento, dan Aji Santoso, adalah nama-nama terbaik saat itu. Pelatihnya pun tak tanggung-tanggung: Henk Wullems, Si-Menir dari Belanda. Pokoknya gelar juara harga mati, tak boleh lepas lagi, titik.

Selain PSM, Persija dengan dana berlimpah juga difavoritkan. Dan setelah mengarungi penyisihan yang panjang, PSM dan Persija harus bertemu di semifinal, bukan di final yang lebih pas dan ideal. Untung saja ‘Ayam Jantan Timur’ bisa menang tipis atas ‘Macan Kemayoran’, berkat gol tunggal Baldo Bento.

Musuh di final adalah Pupuk Kaltim, yang diperkuat pemain kawakan nasional, jenderal lapangan, Fachri Husaini. Hasil akhir PSM menang 3-2, dan akhirnya menjadi juara. Klub pertama di luar pulau Jawa yang sukses. Prestasi tertinggi PSM ini semakin mengilap dengan keberhasilan lolos ke babak delapan besar dan menjadi tuan rumah Liga Champions Asia.

PSM dan masyarakat Makassar mendapat pengalaman menakjubkan ketika mereka bertanding dengan kekuatan elite Asia, seperti Samsung Blue Wings dari Korea; Jubilo Iwata jawara J-League; dan klub dari Tiongkok (saya lupa nama klubnya).

Pada musim 2000/2001, PSM hampir saja mengukir sejarah menjadi klub pertama yang berhasil mempertahankan piala juara. Namun sayangnya ambisi besar Persija Jakarta, berhasil membalas dendam kepada PSM, sekaligus merebut trofi pertama bagi tim ibukota. Nama Bambang Pamungkas melejit menjadi bintang terang dengan gol indah ke gawang Hendro Kartiko. Luciano Leandro pun harus meminta maaf kepada suporter PSM karena dia sudah berkostum Persija kala itu.

Selanjutnya musim 2002, PSM takluk di semifinal dari Persita Tangerang. Juara diraih klub BUMN, Petrokimia Putra Gresik. Tahun 2003 format diubah lagi, yakni kompetisi penuh layaknya liga-liga di Eropa. Persik Kediri sukses juara dan merangsek ke persaingan atas sepak bola nasional.

Siklus dan Format Kompetisi

Seperti siklus, PSM kembali bangkit pada tahun 2004. Kali ini Manager dipercayakan pada anak muda pengusaha tajir, Erwin Aksa. Pada musim ini PSM seharusnya bisa juara, hampir sepanjang kompetisi, Syamsul Chaeruddin, Ponaryo Astaman, cs, memimpin klasemen. Namun di akhir kompetisi PSM tergelincir dan gelar juara pun lepas, direbut Persebaya Surabaya.

Hanya dua tahun ditetapkan, memasuki musim kompetisi 2005, format dikembalikan menjadi dua wilayah. PSM lagi-lagi kandas di delapan besar. Yang menjadi juara adalah Persipura Jayapura, di bawah pelatih Rachmat Darmawan dan rising star, Boaz Solozza. Di final mereka membungkam Persjia Jakarta, 3-2.

Dapat dikatakan, musim 2005-inilah, akhir klimaks saya sebagai fans PSM. Berbagai alasan; kekuatan PSM yang timpang, manajemen tidak profesional, membuat saya berjarak dengan PSM dan kompetisi Liga Indonesia. Saya hanya sesekali mengikuti perkembangan PSM dari koran lokal. Tak pernah lagi menonton langsung di Mattoanging. Hasil menang ataupun kalah yang diperoleh PSM, tak cukup kuat lagi membuat dada saya bergemuruh seperti satu dekade silam.

Nyaris rentang 10 tahun hingga kini, prestasi PSM anjlok dan hanya menjadi klub medioker. Bahkan beberapa kebijakan pengurus yang membuat suporter marah. Pernah mundur dari kompetisi ISL, yang kemudian berbuntut hukuman degradasi. Bergabung pada kompetsi IPL yang tidak bermutu, rajin menunggak gaji pemain. Dan puncak dari segala keprihatinan saat PSM terusir dari Mattoanging musim lalu karena stadion lapuk itu tak memenuhi standar nasional lagi. Padahal PSM dan Mattoanging adalah satu paket.

Eporia Datang Lagi

Barangkali rasa suporter Persib Bandung yang berpesta berhari-hari merayakan keberhasilan ‘Maung Bandung’ menjadi juara ISL 2014, kini ada secercah harapan bangkit kembali. Musim ini PSM mulai lebih serius berbenah memperkuat tim, dan lebih penting ada harapan PSM akan bertanding di rumah sendiri, Mattoanging.

Pada 2 November 2020, PSM berusia 105 tahun. Selamat ulang tahun PSM. Jaya selalu reski Ilahi. Dan tentu Paentengi Siri’nu. Ewako.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja