Berhenti Sejenak

Buku yang tepat dan relevan untuk kita mengisi waktu di masa pandemi Covid-19.

Kita menghasilkan lebih banyak informasi dan pengetahuan dibandingkan dulu, tapi pengetahuan hanya bagus kalau kita renungkan, kemudian mengubah perilaku kita. Isu ini merupakan topik besar buku Thank You For Being Late, Membangun Optimisme Untuk Melangkah Maju di Era Akselerasi karya Thomas L. Friedman.

Buku yang terwujud dari inspirasi yang cukup unik, serba kebetulan. Friedman yang berprofesi sebagai Jurnalis New York Times secara teratur rutin membuat janji untuk mewawancarai narasumbernya, para pejabat, analis, atau diplomat, sambil sarapan dan ngopi di jantung kota Washington.

Sesekali janji itu molor, karena beberapa hal. Dari lalu lintas kacau sampai anak sedang sakit. Karena koleganya terlambat saat membuat janji, alih-alih kesal, Friedman justru berterima kasih untuk keterlambatannya (sesuai judul buku). Saat menanti koleganya datang, Friedman menemukan waktu untuk diri sendiri beberapa puluh menit untuk duduk berpikir dan merenung. Dalam jeda itu, ia menghubungkan beberapa gagasan yang ia geluti selama berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun.

Setelah merenung, Friedman paham betapa waktu seperti serigala lapar tak kenal lelah memburu aktivitas manusia, yang serba cepat dan tak pernah selesai. Segalanya berlangsung cepat, makin cepat, dan terus melesat. Ia analogikan eksponensial papan catur, mulai kotak pertama hingga kotak ke-64.

Kita seperti dipaksa selalu berada dalam percepatan. Kita tidak lagi sempat bertemu teman dan keluarga; tidak punya lagi waktu untuk melihat matahari terbenam; membereskan semua kewajiban tanpa sempat menarik napas, serba tergesa-gesa, tergopoh-gopoh. Kesemua itu telah menjadi model untuk kehidupan yang sukses.

Ditulis dan diuraikan secara mengalir oleh Friedman, dalam sejarah manusia, hanya beberapa sumber energi yang mengubah segalanya secara mendasar bagi kebanyakan orang: api, listrik, dan komputer. Dan sekarang komputasi yang sudah mencapai awan lebih besar daripada api dan listrik. Api dan listrik adalah sumber energi, menghangatkan rumah, memberi tenaga pada alat, dan sebagainya. Namun keduanya tak dapat menghubungkan kita ke semua ke pengetahuan atau semua orang di dunia. Hanya teknologi internet yang bisa menghubungkan. Karenanya Friedman lebih senang menyebutnya supernova-bukan awan (cloud)- mengutip Craigh Mundie.

Berkat supernova, dunia bukan hanya berubah pesat, melainkan juga dibentuk ulang secara dramatis. Dan perubahan bentuk ini terjadi lebih cepat daripada kemampuan kita membentuk ulang diri kita, kepemimpinan kita, lembaga kita, masyarakat kita, dan pilihan etis kita. Singkat kata, laju perubahan tersebut menantang kemampuan manusia beradaptasi.

Selagi dunia menjadi makin saling terhubung dan kompleks, melebarkan pandangan dan mengolah lebih banyak sudut  pandang menjadi makin vital. Friedman mengajak kita berani memilih berhenti sejenak dan merenung, bukan panik atau menyingkir. Waktunya untuk lebih banyak mengerti, menghubungkan beberapa gagasan yang kita geluti, membentuk hubungan yang lebih dalam dan baik, supaya kita lebih sedikit takut.

Melalui buku setebal 571 halaman, empat belas bagian dalam empat bab besar, Friedman mendefinisikan kekuatan-kekuatan penting yang mendorong perubahan di seluruh dunia; menjelaskan bagaimana kekuatan-kekuatan itu memengaruhi berbagai bangsa dan budaya, dan mengidentifikasi tanggapan yang tepat untuk mengelola kekuatan-kekuatan tersebut.

Tiga kekuatan terbesar di planet ini menurut Friedman harus menjadi prioritas, yakni: teknologi, globalisasi, dan perubahan iklim. Ketiganya bergerak makin cepat, sekaligus. Alhasil banyak sekali aspek masyarakat, tempat kerja, dan geopolitik kita yang sedang dibentuk ulang dan perlu dipikirkan kembali.

Praktisi dan kritikus media Amerika Serikat, Leon Wieseltier mengemukakan dengan relevan, bahwa selalu ada kesenjangan antara suatu inovasi dan pemahaman akan konsekuensinya. Tiap teknologi digunakan sebelum dimengerti sepenuhnya.  Kita bisa mendapatkan maupun kehilangan banyak hal. Saat ini satu orang bisa bermanfaat bagi banyak orang, begitu juga sebaliknya satu orang bisa menghancurkan banyak orang. Kita hidup dalam kesenjangan itu (hlm. 407).

Pada gilirannya supernova memperkuat individu. Oleh karena itu, menurut Friedman, tak ada yang perlu ditakuti dalam hidup, semuanya hanya perlu dimengerti. Dan sekaranglah waktunya berpikir untuk mengerti lebih baik dan menghadapi dunia sekitar kita dengan produktif.

Salam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja