Diego Armando Maradona (1960 - 2020)

Sosok Diego Armando Maradona sudah tertancap begitu dalam di dunia sepak bola. Pesepakbola berbakat dan jenius dengan definisi konsep apa pun. Maradona mengembangkan kemampuan seperti manusia super memainkan bola, ibarat yang dilakukan seniman hebat dengan kuas, dan komposer dengan nada-nada musik. 

Hasil jajak pendapat berulang kali menempatkan dia sebagai "orang paling terkenal di dunia" atau golnya melawan Inggris (yang kedua) pada tahun 1986, didapuk sebagai "gol terbaik di dunia" sepanjang masa.

Maradona tak sekadar superstar sepak bola, ia sudah menjadi ikon global, layaknya Muhammad Ali di tinju, atau Michael Jackson dalam industri musik. 

Tulisan apa pun yang dibuat untuk mengenang kepergian "Dewa Sepak Bola" yang meninggal dunia pada Rabu 25 November 2020 saat berusia 60 tahun tak bisa sebanding dengan sosoknya yang telah mendarah daging dalam milyaran orang di planet bumi ini. Namun sekiranya bisa memberikan makna.

Saya menyukai Liga Seri A Italia pada era 1990-an barangkali karena sebelumnya ada Maradona yang menjadi super dewa klub Selatan, Napoli, walaupun saya tak beruntung pernah menyaksikan aksinya di televisi.

Piala Dunia Meksiko 1986, panggung terbesar yang mengagungkan dan mengabadikan nama Maradona, saya masih bocah 5 tahun saat itu yang tentunya belum bisa paham mengapa Piala Dunia 1986 gempar oleh seorang Maradona. Setelah menjadi penggemar bola saya tak pernah bosan menonton aksinya di Youtube dan menjadi maklum mengapa Maradona adalah legenda terbesar sepak bola.

Maradona total tampil 21 pertandingan dalam empat kali Piala Dunia, yakni Piala Dunia Spanyol 1982 (5), PD Meksiko 1986 (7), PD Italia (7), dan PD USA (2). Setiap aksi Maradona di Piala Dunia selalu menarik perhatian karena prestasi dan kontroversi. Ia juga dibenci tapi lebih banyak orang memujanya.

Karena saya belum bisa mengikuti penampilan Maradona pada tiga piala dunia pertamanya, maka biarkanlah saya menuliskan memoar Maradona pada Piala Dunia USA 1994, satu-satunya ajang world cup yang bisa saya nikmati dari karir sepakbola megah Maradona.

****

Juara dunia dua kali Argentina secara mengejutkan nyaris gagal lolos ke Piala Dunia 1994 yang akan diselenggarakan di Amerika Serikat. Albiceleste yang ditukangi Alfio Basile dan tidak diperkuat Maradona, gagal mendapatkan tiket otomatis dari kualifikasi Zona Conmebol kalah kalah bersaing dengan Brasil, Kolombia, dan Bolivia. Bahkan dipermalukan Kolombia dengan skor 0-5 di kandang sendiri.

Untuk bisa lolos ke AS, tim Tango harus menjalani laga play-off melawan Austalia, yang cukup kuat dan berambisi besar ke putaran final. Keraguan dan kekhawatiran menyelimuti jutaan fans Argentina di seluruh penjuru.

Demi menjalani pertarungan berat dan penuh tekanan tersebut, Argentina memohon kepada Maradona kembali ke timnas untuk menyelamatkan Argentina dari aib piala dunia. Maradona setuju mengemban tugas berat negara.

Publik sepak bola dunia dibuat bergairah dengan comeback Maradona ke timnas Argentina, termasuk saya yang belum pernah menyaksikan penampilannya di piala dunia, walaupun Maradona sudah berusia 34 tahun. Kabar buruk bagi Australia tapi kabar baik bagi Piala Dunia 1994. Maradona, bagaimanapun, mungkin adalah nama sepak bola paling dikenal di Amerika Serikat. 

Saya masih bisa ingat momen comeback Maradona 27 tahun silam. Rasanya waktu itu Maradona begitu dekat dengan saya yang ada di Makassar. Surat kabar Kompas yang selalu saya nantikan ulasan kembalinya Maradona bahkan mengirim khusus tim peliputan ke Sydney Australia. 

Bahkan beberapa negara Asean seperti Singapura, Malaysia, dan Singapura dikabarkan melobi elite timnas Argentina agar negaranya dijadikan homebase dan ujicoba Argentina sebelum laga resmi di melawan Australia di Sydney. Tak lain karena sorotan media pada Maradona, sebuah mesin penjual yang laku.

Demikianlah, Maradona benar-benar mewakili negaranya, tetapi daya tariknya bersifat universal. Tanpa keraguan, dia dikenali dan diterima dengan anggun kemanapun dia pergi.

Seperti yang sudah tercatat dalam sejarah, Argentina akhirnya lolos berkat kontribusi Maradona, yang membuat banyak pemain Australia gugup menghadapinya.

Pada 31 Oktober 1993 leg pertama play-off. Pertandingan blockbuster terbesar sepak bola Australia dan itu disebabkan oleh satu orang bernama Diego Maradona, pesepakbola terhebat dunia. Senang dan terkenang karena laga itu digelar sore hari waktu Indonesia.

Hasil akhir skor 1-1. Striker AS Roma Abel Balbo mencetak gol penting dari asis Maradona, untuk membawanya ke leg-2 di Buenoes Aires pada 17 November 1993, di mana Argentina memastikan tiket setelah menang 1-0.

Maradona memimpin misi Argentina meraih gelar Piala Dunia di AS (bersambung).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja