Kapan Ada Kebun Binatang di Makassar?

Pembangunan dan industri di segala sektor terus digenjot oleh pemerintah Makassar demi mewujudkan tag line kota yang selama ini gencar dipromosikan “Makassar Great Expectation”.

Makassar sepertinya semakin hari menjelma menjadi kota metropolitan yang super sibuk. 

Namun bagi saya, pembangunan baru sebatas fisik dengan menyampingkan sisi humanis peradaban warganya. Ternyata, makin modern peradaban kota ini, semakin tidak manusiawi interaksi warga urban. 

Kawasan kota hanya diperuntukkan untuk bangunan gedung berbeton yang sombong dan dingin, bukan memberikan manusianya ruang publik yang ramah,  teduh, nyaman dan penuh cinta. 

Inikah wujud yang didamba manusia modern? Saya sama sekali tidak bangga, bahkan prihatin. 

Saya baru akan merasa bangga jika pembangunan modern itu dilengkapi dengan hadirnya kebun binatang di kota tercinta ini. Sangat ironis, Provinsi Sulawesi Selatan dan Makassar sekitarnya, yang digadang-gadang kota maju, tapi tak memiliki satu wahana kebun binatang, layaknya kota-kota besar di Indonesia.

Pertanyaan sederhana muncul: Apa susahnya membuat kebun raya binatang di Makassar?

Kita di sini punya segala potensi mengembangkan kebun binatang sebagai wahana rekreasi, pendidikan, sekaligus perlindungan dan konservasi berbagai satwa flora dan fauna dengan tujuan menjaga kekayaan alam yang diberikan sang pencipta.

Pulau Sulawesi terdiri dari empat semenanjung dengan luas 227,654 km², dikaruniahi keanekaragaman hayati berupa beribu jenis satwa ikonik yang memberi warna unik bagi dunia satwa. Terutama jenis Primata, selain Mamalia Anoa tentu saja.

Setidaknya tujuh jenis Primata yang hidup di Sulawesi, dan tiga dari tujuh jenis Primata tersebut, tidak terdapat di belahan manapun, kategori satwa endemik. Ketiganya adalah Tarsius Spectrum di seluruh dataran rendah, hutan sekunder, hutan mangrove, bahkan di kota; dan dua species di pegunungan yaitu tarsius khas Sulawesi (Tarsius Pumillus) merupakan Primata terkecil dengan panjang tubuh kurang dari 100 cm biasa disebut dengan nama Yaki ; serta Tarsius Diana yang berhabitat di  sekitar hutan Sulawesi tengah.

Hingga kini memastikan kelestarian kekayaan alam tersebut tak menjadi prioritas utama pemerintah.  Pun tak peduli satwa asli dialam liar terancam punah habitatnya, tak berlebihan konservasi jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan di Indonesia oleh IUCN sudah berada status Critically Endangered (CR), satu grade diambang punah.

Mungkin pemerintah kita kurang kreatif, dan menilai membangun kebun raya dan kebun binatang merupakan proyek sia-sia yang tak dapat memberikan keuntungan bagi pendapatan asli daerah. 

Padahal jika dikonsep dan dikelola secara tepat, kebun binatang bakal menjadi kawasan wisata yang berpotensi besar mendapat keuntungan hasil kunjungan wisatawan.  

Makassar seharusnya telah memiliki kebun binatang dan kebun raya.

Salam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja