Final Wimbledon 2012: Andy Murray vs Roger Federer

Sebelum laga ini, nyaris satu dekade puncak persaingan tennis putra hanya melibatkan Roger Federer dan Rafael Nadal. Rivalitas dua petennis ini selalu ditunggu karena senantiasa menghadirkan duel epik yang tercatat sejarah. Baru dua tahun terakhir (2011-2012) petennis jangkung asal Serbia, Novak Djokovic, mengusik keduanya dengan prestasi fenomenal menyabet empat gelar dari enam Grand Slam terakhir.
Sebenarnya masih ada satu petennis yang digadang-gadang akan masuk bursa meramaikan, atau setidaknya bisa sesekali mencuri piala bergengsi yang sepertinya sudah tidak bisa lepas dari tiga nama di atas. Andy Murray. Petennis itu harapan publik Inggris Raya yang sejak tahun 1936 belum pernah lagi ada yang berhasil juara.
Harapan itu masih kandas pada Minggu lalu, 8 Juli 2012, di Centre Court All England, saat Final Wimbledon 2012 yang disaksikan permaisuri Pangeran William, Kate Middleton, David Beckham and wife, dan para pesohor di Eropa. Murray harus mengakui kehebatan Roger Federer, yang untuk ketujuh kali merebut Wimbledon, sekaligus gelar 17 Grand Slam!! Pencapaian yang akan sulit disamai apalagi dipatahkan oleh petenis mana pun.  
Kekalahannya setelah tampil dengan baik di atas ekspektasi besar seantero Inggris, menjadikan betapa emosionalnya Murray memberikan keterangan pers saat penyerahan trofi. Dari tribun, ibunya, Juddy Murray dan kekasihnya, Kim Sears, tak kuasa menahan haru melihat Murray telah berjuang sepanjang pertandingan dengan memperlihatkan sisi lain yang selama ini tak terlihat dari petenis kelahiran Glasgow, Skotlandia itu.
Andy Murray, memang kalah dan gagal menjadi petenis Inggris Raya pertama yang meraih gelar juara Wimbledon sejak 1936. Meskipun demikian, sesungguhnya dia akhirnya berhasil memenangi hati penggemar di negaranya. Publik dan media akan terus mendukung Murray demi kejayaan tennis Inggris Raya.
Sudah empat kali Murray sampai ke pertandingan final Grand Slam, dan seluruhnya gagal. Dari keempat kesempatan, tiga diantaranya, ambisi anak muda yang kini berusia 25 tahun dan penantian Inggris Raya terhempas di tangan sang maestro tennis asal Swiss tersebut.
Media setempat, Dayli Mail sampai menulis bahwa Murray tidak lain adalah korban takdir, yang mengharuskan ia lahir dalam satu generasi dengan salah satu pemain terbaik sepanjang sejarah. Senada dengan majalah Times. "Dari hatiku yang paling dalam, aku tak bisa menyalahkan seseorang hanya karena ia berada di bawah bayang-bayang petenis terbaik yang pernah memegang raket," tulis Times.
Namun, Murray telah berjanji ia tak akan membutuhkan waktu lama untuk kembali tampil di puncak kejuaraan Grand Slam. Mungkin dan tetap menjadi harapan besar bahwa Murray akan meraihnya untuk kali pertama, tidak saja menjadi arti penting dalam perjalanan karirnya yang penuh emosi menanggung beban sejarah panjang, namun juga mempersembahkannya kepada ibunya, kekasihnya, dan seluruh penggemar yang selalu setia selama ini kepadanya.
Pemenang yang menanti giliran. Di dunia ini bukankah selalu ada yang pertama kali?
Come On, Andy !!
Salam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja