Antara Jerman 2014 dan Bayern Munchen 2020


Bayern Munchen kembali menjadi klub terkuat Eropa pada 2020.

Bayern adalah klub dengan sejarah besar dari negara yang terkenal dengan karakter tangguh di persaingan sepak bola: Jerman.

Mereka berstandar tinggi. Persiapan yang matang, disiplin penuh, kerja sama yang solid, dan usaha tak mengenal menyerah adalah tipikal orang-orang Jerman. Mereka tak akan berani melakukan sesuatu tanpa rencana yang jelas. Preparation Perfect Performances, penampilan yang sempurna hanya dapat jika dilakukan dengan persiapan yang matang.

Barangkali seperti itu menggambarkan secara sederhana nature bangsa Bavarian tersebut. Taktis, detail, sistematis, teoritikal, dan penuh antisipasi, adalah metode yang telah menancap dalam kesehariannya.

Bayern adalah representasi sepak bola Jerman secara lebih luas. Kali ini saya ingin mengaitkan kesuksesan besar tim nasional Jerman pemenang Piala Dunia 2014 dengan klub Bayern Munchen, juara Liga Champions 2020. Kedua tim super yang menjuarai turnamen dengan epik. Dengan cara berkelas, tanpa terkalahkan sejak penyisihan hingga laga final.

Bayern’20 dan Jerman’14 memang jaminan mutu tentang bagaimana caranya bertanding di lapangan sepak bola. Cara mereka menggilas lawan begitu sistematis dan dingin. Bayern’20 dan Jerman’14 boleh disebut simbol kemapanan dunia sepak bola modern.

Thomas Reilly dan A. Mark, menulis dalam bukunya, Science and Soccer (2003), bahwa satu hal yang tak terbantahkan adalah sepak bola dimainkan dalam tempo yang lebih cepat dibanding pada dekade-dekade sebelumnya, dan pemain dipersiapkan lebih baik di semua segi untuk memainkan perannya. Bahwa tim sepak bola yang mau berubah dan mengikuti perkembangan zaman mendulang sukses lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang enggan berubah.

Hipotesa Thomas dan Mark benar-benar diracik dengan sempurna pelaku sepak bola Jerman. Tak ada satu pun serapi dan seakurat mempersiapkan tim sepak bola seniat Jerman. Mulai kakus kaki, sepatu, akomodasi, sampai pemilihan wasit, dan sebagainya.

Bagi pelaku sepak bola Jerman, setelah pertandingan satu, maka waktunya pertandingan selanjutnya. Seperti yang pernah dilaporkan Der Spiegel, majalah paling berpengaruh di Jerman, sebelum Piala Dunia 2014, Manager Joachim Loew, dalam menyusun taktik bertanding dibantu 38 asisten ahli. Disebutkan terdapat tiga pelatih kebugaran, empat dokter, empat fisiologis, dua orang Scout (spionase), lima yang mengurus akomodasi, lima petugas media, dan sebagainya.

Paling unik sosok Urs Siegenthaler, Chief Scout der Panzer sejak tahun 2010. Departemen Scout sangat krusial, bertugas memata-matai, layaknya tugas intelijen sebelum peperangan. Mendeteksi hal-hal khusus, yang tidak dilihat oleh orang awam, seperti dokter melihat sebuah wabah, kira-kira.

Siegenthaler dan kru lebih banyak bertugas untuk spionase soal kondisi psikologi tim lawan. Ia menyelidiki bagaimana pemain atau tim berperilaku menghadapi tekanan pertandingan. Hemat Siegenthaler, emosi lebih menentukan pada fase knock-out. Dari informasi dan analisis yang disusun Sigenthaler, Jogi akan memutuskan taktik terbaik dengan pemilihan pemain tepat untuk mengalahkan lawan. Bayangan saya Hans Diter Flick, Pelatih Bayern yang dulu Asisten Jogi, melakukan hal serupa.

Apa yang diraih Bayern’20 dan Jerman’14 bukan hasil kerja singkat dan mudah. Fenomena sepak bola mereka buah manis dari kebijakan Federasi mereka Deutscher Fusball-Bund (DFB) yang gencar membina usia muda pada awal tahun 2000-an. Persis setelah Die Nationnalmannscaft tersisih secara memalukan dengan status juru kunci di Euro 2000.

Jerman boleh kalah talenta-talenta hebat bakat alam dari negara Amerika Latin seperti Brasil dan Argentina. Tapi Jerman merespon itu dengan pola pembinaan yang terstruktur dan teratur. Mereka membenahi Bundesliga dan semua tingkat kompetisi hierarki secara revolusioner. Dari 525 pemain terdaftar di Bundesliga, 60 persen pemain berasal dari akademi dan berpaspor Jerman. Sementara lebih 5.000 pemain hasil didikan akademi lainnya tersebar di 282 klub di seantero Jerman dari berbagai kasta liga. Lihatlah hasilnya kini, Jerman dilimpahi pesepak bola muda bertalenta tinggi dan sudah di persaingan elite.

Hal terbesar yang direncanakan adalah bagaimana para barisan pemain muda yang segar, berteknik tinggi, dan antusias, berkembang dan membentuk tim yang stabil, konsisten. Bediri dan bertempur, semboyan itulah yang dilakukan pasukan Bayern’20 dan Jerman’14 setiap menghadapi turnamen besar.

Kejayaan Bayern’20 dan Jerman’14 sekaligus kemenangan sepak bola modern. Kedua tim telah menunjukkan dalam sepak bola modern dituntut perencanaan matang dan kolektivitas, serta mental yang tangguh. Bayern’20 dan Jerman’14 memberikan contoh bagaimana bangkit dari kegagalan demi kegagalan. Mereka tak pernah kehilangan motivasi, dan terus bekerja keras. Kedua tim pantas menjadi yang terbaik di antara yang terbaik.

Salam sepak bola.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja