Jusuf Kalla Orang Bugis Pandai, Saleh, dan Kaya

Christian Pelras, antropolog Perancis yang hampir setengah abad mengkaji berbagai aspek kemasyarakatan, sejarah, dan kebudayaan suku Bugis, menulis dalam bukunya Manusia Bugis, bahwa ada empat sifat keutamaan yang harus dimiliki oleh pemimpin yang baik, yakni: warani (berani), macca (pandai-pintar), sugi’ (kaya), dan panrita (saleh). 


Keempat sifat mulia ini semata-semata untuk menegakkan siri’ (rasa bangga dan malu) yang menjadi nilai paling berharga bagi orang Bugis dan Makassar. Kemudian di akhir buku tersebut, Pelras menuliskan sosok Jusuf Kalla, seorang Bugis yang prototipe to-acca, to-panrita, dan to sugi’. Entah alasan apa Pelras tak mengkategorikan Jusuf Kalla seorang to-warani.


****

To-acca secara harfiah berarti "orang pintar", dapat juga diartikan sebagai seseorang yang “ahli” atau “cerdik”. Sama halnya dengan konsep keberanian (to-warani) dalam cerita-cerita Bugis. Konsep kepintaran, kecerdikan, dan keahlian, juga bersisi ganda. Sebagaimana keberanian, kepandaian dapat digunakan untuk kebaikan bersama, dan dapat pula dijadikan sebagai alat melakukan berbagai kejahatan. Orang pintar tanpa moral, pasti akan sangat berbahaya, begitu kira-kira.


Menyematkan karakter to-acca pada sosok JK, sekiranya memang tepat. JK telah disiapkan ayahnya, Hadji Kalla (penulisan huruf ‘D’ dalam kata ‘Haji’), untuk menjadi seorang ustas atau kiai. Oleh sebab itu, sesudah JK menamatkan pendidikannya di SMA, JK disekolahkan di Pendidikan Islam Datu Museng. Namun Jusuf muda berkehendak lain, ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai pengusaha. Ia pun kuliah di Fakultas Ekonomi Unhas.


Pada 1968, JK telah bergelar sarjana ekonomi. Di dunia kampus ia adalah Ketua Senat FE Unhas, Ketua HMI Makassar, dan juga Ketua KAMI Sulsel. Pada 1976-1977, JK pergi ke Fontainebleau, Perancis, untuk memperdalam ilmu di bidang administrasi di European Institute of Business Administration. Gelar Doctor (HC) sudah diberikan puluhan Universitas dalam dan luar negeri. Mungkin deretan gelar inilah kemudian JK layak disebut dengan to-acca, yang berarti ‘pintar’.


Selain ‘pintar’, JK juga Bugis yang ‘cerdik’ atau ‘panjang akal’. Jusuf sudah tertarik pada dunia politik sejak muda. Kepiawaiannya sebagai pengusaha adalah jalan mulus yang membawanya terjun ke politik. Sejak tahun 1971, ia sudah bergabung dengan Golkar, karir legislatif diduduki hingga 1999. Kemudian diangkat menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam Kabinet Persatuan Nasional, jabatan yang hanya ditempati selama enam bulan saja, atas tuduhan KKN yang ternyata sama sekali tidak terbukti.


JK kembali masuk kabinet Presiden Megawati sebagai Menko Kesra pada 2001. Sebagai politisi, JK juga dikenal tidak hanya bisa berkomunikasi dengan teman-teman separtainya, ia bisa diterima di berbagai kelompok kepentingan. Orang tak lupa perannya mendamaikan Poso, Ambon, dan Aceh.


Karir politiknya makin mentereng ketika JK mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden, mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan terpilih pada pilpres pertama yang diselenggarakan secara langsung. Kemudian JK terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. 


Pada perhelatan politik 2009, Jusuf Kalla sebenarnya sudah berhitung untuk bermain aman, untuk kembali menjadi wakil Yudhoyono. Namun banyaknya benturan kepentingan politik saat itu, mewajibkan dia ‘terpaksa’ maju menjadi Calon Presiden. Seperti kalkulasinya sebagai saudagar, hasilnya ia tumbang dengan telak di pemilihan.


Lima tahun berlalu, JK ternyata masih masuk dalam bursa pemilihan Presiden. Merasa tak punya sokongan partai untuk mencalonkan, JK dan timnya dari beberapa penjuru, giat melobi Megawati agar dipasangkan sebagai wakil dari Jokowi. Konon JK tak berminat menjadi calon presiden, apalagi calon wakil presiden, selain berpasangan dengan Jokowi. Kalkulasi dan insting politiknya kembali diuji. So Jusuf Kalla to-acca yang berkonotasi cerdik, tak salah.


****


Sifat keutamaan yang kedua bagi Jusuf Kalla adalah to-panrita. Sifat mulia ini hanya dapat dipandang dari satu sisi saja. Adalah orang yang menguasai seluk beluk agama, bijaksana, saleh, dan jujur. To-panrita dianggap sepadan dengan bahasa Arab ‘ulama yang berarti tidak mementingkan diri sendiri. Selalu diasosiasikan sebagai muslim panutan.


Konon, JK telah disiapkan ayahnya untuk menjadi seorang ustaz atau kiai. JK dibesarkan dalam keluarga Nahdliyin. Ayahnya memang tokoh NU Sulsel yang berasal dari Bone. Kemudian JK menikah dengan perempuan Minang yang dibesarkan dalam keluarga Muhammadiyah.


Keterlibatan JK dalam bidang Agama terbentang panjang. Mulai Bendahara Masjid Raya Makassar, meneruskan posisi ayahnya. Ia berinisiatif bersama Jenderal M Jusuf, membangun Masjid Al Markaz Al Islami yang megah dan menjadi pusat peradaban Islam di Makassar. Di bidang pendidikan Agama, JK mendirikan pusat pendidikan bernafaskan Islam yang dinamakan Sekolah Islam Athirah, untuk mengenang ibunda JK. Sampai saat ini, JK adalah Ketua Dewan Masjid Indonesia.


****


Keutamaan sifat JK yang ketiga adalah to-sugi’. Secara harfiah to-sugi’ adalah orang kaya akan harta bendawi. Bagi orang Bugis, keinginan untuk memperkaya diri tampaknya merupakan motivasi paling kuat dan menjadi pendorong utama berinteraksi dalam kemasyarakatan. 


Bahkan, sangat banyak ulama menganggap usaha memperkaya diri sebagai kewajiban sepanjang dilakukan secara jujur dan halal (sappa dalle hallala), karena memungkinkan seseorang membantu sesama yang kurang beruntung. Barangkali ini prototipe JK yang paling banyak dikenal masyarakat. 


Pelras dalam pengakuanya pada 1996, ketika menulis mengenai Usahawan Bugis Kontemporer, tidak pernah menduga, bahwa perusahaan keluarga Hadji Kalla yang mula-mula berdagang hasil bumi, hari ke depannya gemilang seperti yang kita saksikan dewasa ini.


Rasanya tak mungkin jika berada di Makassar, kita tak bersentuhan dengan bisnis keluarga JK. Sampai ada cerita begini: Baru tiba di Bandara Hasanuddin, itu merupakan bandara yang digarap perusahaan JK. Keluar dari gerbang Bandara, melintasi jalan tol, juga dimiliki Grup Kalla. Anda tiba di hotel untuk menginap, itu pun hotel punya jaringan bisnis JK. Ingin jalan-jalan ke Mall, ternyata Mall tersebut juga milik JK. Mobil yang mengantar ke manapun kemungkinan berasal dari show room Hadji Kalla. Atau jangan-jangan barang-barang yang kita beli, sebelumnya diangkut pakai kapal ekspedisi milik keluarga JK.


Salam.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Balapan, Konser Keren Lenny Kravitz (10)

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja