Gegap Gempita di Festival GBK (Asian Games - 4 Habis)


Perasaan saya campur aduk, tak kuasa mendeskripsikan dengan kata-kata paling tepat. Yang pasti, ada rasa kehilangan Asian Games Jakarta-Palembang 2018 telah selesai. Saya sudah terlanjur larut selama 16 hari penyelenggaraan pesta olahraga empat tahunan bangsa Asia ini. 

Saya seperti sudah mendapatkan makna sesungguhnya kutipan yang terpahat di monumen Presiden Soekarno yang berdiri tegak di Stadion GBK, bahwa Asian Games melampuai soal pertandingan olahraga saja, tapi juga mengusung harga diri bangsa.

Asian Games 2018, benar-benar menjadi oase bagi bangsa kita, menyatukan seluruh kelompok dan lapisan masyarakat. Hampir tiap hari saya mengunjungi arena-arena Asian Games di Jakarta, terutama di GBK. Atmosfer di GBK dan venue, sangatlah menyenangkan, seperti masuk ke dunia baru yang tak pernah ditemukan dan dirasakan, tidak hanya buat saya tentunya.

Mengunjungi dan berbaur di kompleks GBK menciptakan kegembiraan luar biasa. Hadir di sana, tak ada sekat perbedaan, tak ada rasa curiga. Kita semua antusias, bersatu, berbagi, bergembira, dan melakukan apa saja yang bernilai positif. 

Saya takjub kita semua bisa spontan dan dengan rasa bangga memberikan dukungan kepada atlet Indonesia, dan juga atlet negara lain, yang telah menampilkan performa terbaik dan bertanding dengan sportif, dari hasil latihan keras bertahun-tahun.

Pada cabang olahraga Atletik, sebagai contoh. Ketika nomor Lompat Tinggi putra dilombakan di hari pertama, ada atlet Indonesia bertanding, Rizky Ghusyafa Pratama. Baru babak penyisihan, belum bertanding untuk perebutan medali. Rizky tentulah mendapat dukungan penuh dari puluhan ribu suporter yang memadati Stadion Utama GBK. 

Ada dua babak momen Rizky. Pertama, ketika mencoba melompati mistar setinggi 170 cm. Dua kali kesempatan Rizky gagal, tapi suporter terus memberikan semangat, dan ketika lompatan ketiga berhasil, tribun GBK bergemuruh.

Momen kedua, Rizky kemudian menaikkan tinggi mistar ke 173 cm. Rizky dan suporter makin bersemangat, namun tiga kesempatan lompatan, Rizky tak pernah berhasil. Dia gagal melaju, Rizky kemudian mendekati tribun suporter, dengan gestur meminta maaf dan berterima kasih telah disemangati. Pendukung pun kemudian memberikan tepuk tangan meriah atas usaha maksimal Rizky. Terpukau saya.

****

 


Keriangan atas perhelatan Asian Games benar-benar menjadi magnet yang menarik banyak pihak yang ingin menjadi bagian dari sejarah. Mereka ingin menyumbang untuk kesuksesan, sekecil apa pun.

Atmosfer di kompleks GBK sangat menarik, begitu hidup dan mengasikkan. Semua karakter orang, segala rentang umur, berbondong-bondong datang untuk menyemarakkan Asian Games, dan tentunya bersenang-senang bersama. Wajah-wajah orang yang datang tak ada yang palsu, tanpa curiga, kelihatan bahagia semua. Dapat tiket pertandingan senang, tidak dapat juga bisa senang. 

Nobar bulutangkis, contohnya. Ketika lebih banyak suporter fanatik yang tidak mendapat tiket masuk ke Istora menonton aksi Jonathan Christie, Minions, dan kawan-kawan, maka berkumpul berjamaah di depan layar raksasa area kompleks GBK merupakan pengalaman seru dan mengasikkan. 

Baru kali ini saya menikmati sensasi nobar bulutangkis yang sangat seru seperti yang terjadi di kompleks GBK. Yel-yel, nyanyian, joget-joget, dan aksi-aksi suporter kita memang luar biasa jika urusan mendukung pebulutangkis idola. 

Dua pekan rasa-rasanya bergulir begitu cepat hingga pesta olahraga benua Asia harus selesai, pada Minggu malam, 2/9/2018. Baru sehari ajang bersejarah tersebut berlalu, saya telah merindukan untuk menghabiskan hari di kompleks GBK. Menikmati festival, sarapan pagi, dan ngopi di GBK selama Asian Games pokoknya bikin betah.

Rasanya kita tak ingin menunggu 56 tahun lagi untuk menyelenggarakan kembali Asian Games.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja