Skyfall; James Bond Paling Manusiawi




Seraya menanti edisi ke-25 film James Bond, sang agen rahasia 007 asal Inggris ciptaan fiksi author Ian fleming, saya ingin mengajak berdiskusi kembali pada satu edisi yang sempat saya review, yakni Skyfall (2012), yang dirilis bertepatan dengan 50 tahun James Bond.

Skyfall merupakan edisi ke-23, sejak tahun 1962, lewat film episode perdana Dr. No di mana Bond dimainkan oleh aktor kawakan Sean Connery. Tentunya film yang ditawarkan pada momen emas selalu menjanjikan hal yang menarik dan sesuatu yang baru dari edisi sebelumnya.

Benar saja, sekuel berdurasi 143 menit dan menghabiskan 143 juta US$ ini menuai banyak pujian, termasuk dari para kritikus yang selama ini tak ramah dengan pendekatan James Bond sebelumnya.

Karakter James Bond masih dipercayakan kepada Daniel Craigh (juga pada edisi ke-24 dan ke-25) tampil lebih realistis sebagaimana manusia biasa di bumi ini. Dapat dimaklumi, Skyfall digarap Sam Mendes, sutradara yang juga asal Inggris.

Sejarah Mendes sudah dikenal piawai dalam menciptakan karakter-karakter kuat dan tentu saja drama yang mencapai klimaks, walau pun terkadang dengan alur yang sangat lambat. Saya suka karya Mendes sebelumnya Revolutionary Road dan Road To Perdition.

Kali ini Mendes mendapat sokongan kuat dari tiga penulis skenario sekaligus, Neal Purvis, Robert Wade, dan John Logan. Kita tidak lagi disuguhi dominannya scene aksi heroik dengan sisi modern Bond yang memang menjadi trademark; mobil mewah, bond girls, dan peralatan canggih. Tapi itu tak mengurangi ketegangan kisah Spy jempolan tersebut, malah bagi saya ini adalah cara mengesankan untuk mengantisipasi tebakan publik akan plot cerita Bond sebelumnya yang sangat konsisten menonjolkan aksi pertarungan, tapi boleh jadi malah menjemukan.

Bagian tersebut merupakan bagian empuk bagi para kritikus untuk membabat habis beberapa sekuel Bond sebelumnya. Mendes menawarkan pendekatan melankolis namun berkelas. Mana pernah kita sebelumnya melihat Bond mengeluarkan air matanya?

Secara mengejutkan Mendes membawa penonton untuk melihat Bond jauh ke belakang, melewati masa kecilnya yang kelam. Penonton diajak menikmati sisi-sisi manusiawi Bond yang belum pernah diekspos. Semakin dramatis dengan vocal kuat Adele yang berkesempatan mengisi soundtrack kali ini. Lantunan Adele, yang melejit lewat hits 'Someone Like You', tak terpisahkan dari jalinan cerita.

Simak pula kiprah aktor Spanyol Javier Bardem, yang memerankan karakter Silva, benar-benar menjadi rival sepadan Bond dalam Skyfall, tidak hanya mempunyai kekuatan fisik. Silva adalah seorang psikopat flamboyan berambut pirang yang jenius, sadis, dan bengis tanpa rasa manusiawi. Mengingatkan saya akan cemerlangnya Bardem memainkan karakter bandit jahat Anthon Chigur di film No Country For Old Man, sehingga diapresiasi trofi Oscar pada 2007.

Pemeran pendukung lain juga tampil di atas rata-rata dan mengimbangi Daniel Craigh. Judi Dench tak diragukan lagi memainkan tokoh Emma, bos dari Bond. Naomi Harries tampil segar dan menggoda sebagai Eve, lalu Ben Wishlaw memerankan Q, partner Bond di balik operator sistem dalam menuntaskan misi berat ini juga tidak kaku beradu akting dengan bintang kawakan.

Kedalaman dan kompletnya Skyfall yang menyentuh, menegangkan, dramatis, sekaligus menghibur menjadikan film sebagai salah satu edisi Bond yang paling saya senangi.

Menebus tiket dan mengorbankan waktu panjang untuk duduk di gedung bioskop menyaksikan film ini dijamin tak sia-sia.

James Bond memang selalu menarik perhatian kita.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja