Musim Haji Usai Datanglah Musim Kawin



Konon setelah lebaran haji datanglah musim kawin. 


Fenomena ini secara tidak resmi ‘disepakati” seluruh kelompok masyarakat di seluruh Indonesia. Saban tahun, ribuan keluarga dari ujung barat ke ujung timur Indonesia, rame-rame menetapkan dan mempersiapkan tanggal perkawinan salah satu anggota keluarganya jatuh di bulan Djulhijjah dan Muharram penanggalan Hijriah.


Sejak sebulan terakhir undangan perkawinan dari beberapa kerabat, sahabat, kolega, mengampiri saya, sekadar untuk memberikan doa dan restu kepada pasangan yang berbahagia. Tentu tidak seluruhnya bisa saya hadiri. Tanpa mengurangi rasa bahagia pasangan pengantin saya mohon maaf. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahma. Amin.

Acara perkawinan adalah satu momen terpenting dalam hidup manusia. Sangat sakral, proses dan persyaratannya tidak boleh main-main. Dua manusia yang akan mengarungi hidup tertaut dalam satu janji suci atas nama agama di depan imam, wali nikah, saksi, dan tamu undangan. 


Melaksanan perkawinan merupakan penghormatan terhadap tiga nilai-nilai luhur yang menuntun hidup kita dalam tataran etika: Agama, Pemerintah, dan Budaya adat istiadat. Jangan pernah mengira perkawinan hanyalah legalisasi seks dan pemenuhan administrasi lainnya.


Akan selalu menjadi pertanyaan tentang apa yang manusia inginkan dan harapkan dari perkawinan dan kehidupan berkeluarga? Mengapa mereka masuk ke dalam hubungan berkomitmen dan apa yang mereka peroleh? 


Bahwa baik laki-laki maupun perempuan harus kawin, apapun motif sosial, spiritual atau simbolis. Perkawinan adalah cara untuk menunjukkan kepada keluarga dan teman-teman bahwa kita memiliki kehidupan pribadi yang sukses. Benarkah ?

Kita punya jawaban berbeda-beda.

Salam penuh cinta untuk kawan-kawan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naik Kereta Api Surabaya ke Jogja

Mencermati Teori Werner Menski: Triangular Concept of Legal Pluralism

Perjalanan Seru dari Makassar ke Jogja